Mohon tunggu...
Harist setiawan
Harist setiawan Mohon Tunggu... Pelajar -

Saya bukan pesulap, hanya seniman yang mengaku sebagai pesulap. Selain itu, saya juga punya hobi lain yaitu, nulis. yaudah gitu aja sih...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Debus Sesat? Berarti Belum Tahu Faktanya

22 April 2019   12:26 Diperbarui: 22 April 2019   12:39 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertunjukkan Debus (http://www.daftarbudayaindo.web.id/kesenian-bela-diri-dari-banten-debus/)

22/04/2019

~Harist Setiawan~

Penampilan saya dan teman-teman dari Padepokan Persaudaraan Kembang di acara Donor Darah Fompa

Indonesia adalah negara dengan kekayaan, keberagaman, dan keindahannya yang luar biasa. Selain pepohonan, pemandangan, dan kesejukan, budaya pun tumbuh mememriahkan pesona bumi pertiwi ini. Warisan para leluhur, ritual, dan adat pun masih digenggam erat oleh beberapa lapisan masyarakat. 

Namun malangnya, rasa cinta tanah air, semangat melindungi bangsa dan negara, menjaga keanekaragaman luntur sedikit demi sedikit, hilang sedikit demi sedikit. Semua dikalahkan oleh gengsi. Budaya barat bermunculan dan berteriak di daun telinga masyarakat "ini adalah budaya barumu, budaya barat". Hilang semua rasa cinta terhadap bangsa. Luntur sudah.

Walaupun banyak orang yang gengsi, banyak orang yang takut padaku, wkwkwkwkw. Tak membuat saya menjauhi seni yang saya cintai. Justru saya adalah salah satu penentang bagi orang yang gengsi terhadap seni dan budaya negaranya sendiri. Saya tak pernah memperdulikan gengsi. Ini bangsaku, ini tempat tinggal ku, dan ini budayaku. "Hargai seniku! maka akan ku hargai dirimu". 

Salah satu seni yang melekat dalam jiwa  saya adalah seni pertunjukan Debus. Beberapa orang menyimpulkan bahwa seni ini merupakan seni yang sesat, bermain jin, menyiksa diri. Pasalnya, seni pertunjukan ini menampilkan pertunjukan yang extreme dan tidak masuk akal. Semua orang awam yang mendengarpun ikut mengambil kesimpulan. "Debus ini gak layak untuk dilihat". 

Sedikit cerita, saya pernah tinggal dan dibesarkan di Cikampek tepatnya desa Kamojing. Dari kecil, saya sering sekali melihat pertunjukan yang sering kita sebut sebagai Debus ini. Pasalnya, setiap ada yang merayakan khitanan, pasti ada pertunjukan sisingaan. Setiap selesai arak-arakan menggunakan sisingaan tersebut, anggota sisingaan mulai menurunkan anak-anak yang ada diatas sisingaan dan melanjutkan menari di tengah lapang luas. 

Penonton mulai menjauh ketika semua sisingaan selesai menari karena akan ada pertunjukan yang sangat spektakuler. 

Suara pecut mulai terdengar menggelegar, beberapa orang mulai dilukai dengan benda padat seperti genting, bolham, tendangan, pukulan. Pertunuukan ini berlangsung selama berjam-jam. Siapa yang nonton? ya banyaknya bocah-bocah ingusan yang ga pernah ngebersiin ingusnya. Apakah kita semua menirukannya? tentu tidak kawan. Mereka hanya menonton. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun