Era 5.0, yang dikenal sebagai era masyarakat berbasis teknologi dengan kecerdasan buatan, internet of things, dan big data sebagai pilar utamanya, membawa tantangan dan peluang bagi perkembangan Bahasa Indonesia. Di satu sisi, teknologi memudahkan penyebaran dan pelestarian Bahasa Indonesia. Di sisi lain, ada ancaman terhadap orisinalitas dan keutuhan bahasa akibat arus globalisasi dan dominasi bahasa asing. Â
Bahasa Indonesia di era ini menghadapi tantangan serius dari tren penggunaan bahasa asing, terutama dalam dunia profesional, media sosial, dan teknologi. Istilah-istilah seperti startup, e-commerce, big data, hingga cloud computing lebih sering digunakan daripada padanan Bahasa Indonesia, meskipun Pusat Bahasa telah menyediakan terjemahan resmi. Hal ini mencerminkan kurangnya kebiasaan atau minat untuk mempopulerkan istilah-istilah lokal. Â
Namun, di sisi lain, teknologi menawarkan peluang besar bagi pengembangan Bahasa Indonesia. Platform digital seperti aplikasi belajar bahasa, kamus daring, hingga penerjemah berbasis AI dapat memperluas penggunaan Bahasa Indonesia ke tingkat global. Jika dikembangkan secara maksimal, teknologi dapat menjadi alat untuk melestarikan, mempromosikan, dan memperkaya Bahasa Indonesia. Â
Pemerintah, akademisi, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan ini. Kampanye kesadaran akan pentingnya Bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa harus terus digalakkan. Selain itu, dukungan terhadap pengembangan teknologi berbasis Bahasa Indonesia, seperti perangkat lunak pengenal suara dan pengolah teks, perlu ditingkatkan. Â
Di era 5.0, Bahasa Indonesia harus beradaptasi tanpa kehilangan jati dirinya. Tantangan ini adalah kesempatan untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang relevan, modern, dan mampu bersaing di kancah global, tanpa meninggalkan akar budaya bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H