"Recover together, recover stronger."
Kalimat tersebut adalah tema yang diusung oleh Presidensi G20 Indonesia pada tahun 2022 ini.
Tujuan digunakannya tema tersebut adalah karena Indonesia ingin mengajak seluruh dunia untuk bersama-sama, saling support dan bahu membahu untuk dapat pulih bersama serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan. Terutama dalam menghadapi pandemi yang belum selesai ini.
Ada begitu banyak isu yang menjadi perhatian negara-negara yang terhimpun dalam G20. Salah satunya adalah masalah kesehatan.
Kita sama-sama mengetahui bahwa masa depan sebuah bangsa ditentukan oleh kualitas generasi penerusnya. Penjagaan kualitas calon penerus bangsa menjadi tugas dan tanggung jawab semua elemen bangsa.
Generasi seperti apakah yang dibutuhkan oleh suatu bangsa untuk membangun bangsa yang lebih kuat, lebih makmur, lebih sejahtera dalam segala bidang kehidupan? Tentunya adalah generasi yang sehat. Baik fisik maupun psikis. Generasi yang sehat secara fisik adalah salah satu syarat utama terwujudnya bangsa yang lebih baik dan maju.
Lalu, apakah Indonesia sebagai salah satu negara anggota G20 telah mampu memberantas segala permasalahan kesehatan bangsa ini?
Sayangnya belum. Hampir semua negara mengalami permasalahan kesehatan. Dalam hal menciptakan generasi penerus yang sehat dan berkualitas, ada satu permasalahan kesehatan yang sampai hari ini masih menjadi PR yang harus dihadapi oleh bangsa kita. Yaitu masalah stunting.
Stunting Adalah Musuh Besar Bangsa
Merujuk pada laman bkkbn.go.id tahun 2021, pengertian stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama dan hal itu menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.
Kekurangan gizi yang dialami oleh bayi tersebut mengakibatkan tubuh anak penderita stunting menjadi lebih pendek daripada balita seusianya.
Yang lebih membahayakan adalah bahwa stunting ternyata tidak hanya membuat tubuh anak-anak menjadi pendek dan tidak normal, tapi juga membuat fungsi otaknya tidak berkembang maksimal.
Anak yang menderita stunting memiliki daya tahan tubuh yang buruk dan IQ yang rendah. Hal ini otomatis membuat kita kehilangan generasi yang cerdas. Karenanya, kita tentu perlu waspada, jika anak-anak kita hari ini banyak yang mengalami stunting, lalu generasi seperti apakah yang akan menggantikan peran kita di masa yang akan datang dalam menggerakkan roda kehidupan bangsa? Juga dalam kancah percaturan dunia?
Apakah generasi yang sakit-sakitan? Generasi yang memiliki keterbatasan berpikir dan mencerna segala hal? Kita semua tentu sepakat berkata tidak. Kita tentu mengharapkan generasi penerus adalah generasi yang sehat, kuat dan cerdas.
Masa depan bangsa bisa menjadi genting karena masalah stunting. Lahirnya generasi-generasi bangsa yang lemah dalam jumlah yang besar, pelan tapi pasti akan membuat negara ini bergerak menuju ambang kemunduran. Apalagi bangsa kita yang sedang menyongsong bonus demografi pada tahun 2030 mendatang, tentunya harus waspada dalam hal ini.
Kasus Stunting di Negara G20
Mengutip laman liputan6.com tanggal 5 Mei 2021, secara umum dunia telah mengalami perbaikan positif mengenai penanganan stunting selama 20 tahun terakhir. Hanya saja perbaikan itu belum lagi merata di banyak negara. Dan diperkirakan kasus stunting semakin parah dengan adanya pandemi covid-19 yang menyerang dunia hari ini.
United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) merilis laporan level malnutrisi anak edisi 2021. Dalam laporan itu terungkap kondisi jutaan anak-anak yang mengalami kegemukan, kurang nutrisi, hingga stunting di seluruh dunia.
Diperkirakan terdapat data 149,2 juta anak-anak yang mengalami stunting. Angka itu setara 22 persen anak-anak balita di dunia pada 2020. Namun, data tersebut disinyalir tidak mewakili data ril di lapangan. Data tersebut adalah hasil estimasi data yang diambil sebelum tahun 2020. Pandemi covid yang terjadi mengakibatkan proses pengumpulan data menjadi sedikit tersendat. Bahkan UNICEF mengkhawatirkan data sebenarnya di lapangan jauh lebih buruk dari data estimasi tersebut.
Lalu bagaimana kasus anak penderita stunting di negara G20?
Melansir laman voaindonesia.com, Indonesia merupakan negara dengan beban anak stunting tertinggi ke-2 di kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Bahkan negara yang kaya sekalipun tidak terbebas dari kasus stunting ini.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN) memprediksi bahwa 4 tahun ke depan dari 20 juta kelahiran bayi, tujuh juta di antaranya berpotensi mengalami stunting. Kondisi ini tentu saja mengkhawatirkan kita semua, dan perlu kerjasama semua elemen bangsa  untuk mengatasi permasalahan ini.
Kasus Stunting di Indonesia
Mengetahui Indonesia berada di urutan keempat kasus stunting terbesar di dunia tentu saja harus membuat kita waspada dan berbenah. Namun, kita tentu juga tidak menutup mata, bahwa pandemi covid hari ini menjadi salah satu pemicu semakin tingginya angka stunting di negara kita. Pun di beberapa negara lain di dunia.
Beberapa pemicunya di antaranya:
Pertama, keterbatasan akses ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya ke pos pelayanan terpadu setempat. Pembatasan aktivitas berkumpul selama masa PPKM telah mengakibatkan banyak ibu hamil tidak bisa melakukan chek up kehamilannya pada tenaga kesehatan.
Kedua, kasus ibu hamil yang menderita covid-19 membuat kematian dan kasus gizi buruk pada bayi juga meningkat.
Ketiga, kurangnya edukasi tentang kesehatan reproduksi. Ibu hamil cenderung menjalani kehamilannya seperti air mengalir saja tanpa adanya upaya untuk membekali diri dengan ilmu-ilmu berguna tentang bagaimana menjaga kesehatan, atau asupan gizi yang dibutuhkan oleh dirinya dan bayi di dalam kandungannya. Hal ini juga diperparah oleh kultur atau budaya setempat yang kurang turut berperan dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan ibu hamil.
Keempat, pandemi yang membuat kalangan masyarakat menengah ke bawah mengalami krisis ekonomi, membuat perhatian ibu hamil akan gizi dan kebutuhan nutrisi tubuhnya tidak lagi menjadi perhatian dan prioritas utama. Karena itulah, sejak di dalma kandungan, janin sudah mengalami pertumbuhan yang tidak normal. Alhasil ketika dia lahir, sang bayi mengalami gizi buruk, bahkan rentan mengalami kematian.
Semangat "Recover together, Recover Stronger", Cegah Stunting Agar Bangsa Tidak Genting
Semangat pemulihan bersama agar menjadi lebih kuat tentunya menjadi semangat yang harus ditularkan kepada seluruh negara yang terhimpun dalam G20, sehingga dampaknya terasa ke seluruh negara di dunia, terutama pada negara-negara berkembang.
Kasus stunting pun harus menjadi perhatian penting bangsa-bangsa. Karena isu ini semestinya tidak hanya menjadi perhatian negara yang mengalami kasus saja. Bagi negara yang tidak memiliki masalah besar dalam hal kekurangan gizi pada bayi ini pun semestinya memberikan perhatian dan kepedulian.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan bersama via kerjasama antarnegara. Di antaranya:
Pertama, kerjasama dalam memberikan pelatihan bagi SDM yang akan memberikan edukasi yang menyeluruh bagi masyarakat. Edukasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan dan terus menerus. Karena ada begitu banyak lapisan masyarakat yang harus disadarkan tentang pentingnya menjaga nutrisi bagi ibu hamil, maupun bayi yang baru lahir.
Kedua, pengadaan fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi ibu hamil dan anak balita. Keterbatasan fasilitas ini bisa diatasi salah satunya dengan saling bahu membahu memberikan dukungan dan bantuan bagi negara yang mengalami kasus stunting tinggi dan tentunya sangat membutuhkan.
Ketiga, pengadaan vitamin, suplemen dan makanan bergizi bagi ibu hamil. Kondisi perekonomian yang mengalami kemerosotan selama pandemi ini, secara tidak langsung membuat para ibu hamil tidak lagi memperhatikan gizi yang dibutuhkan oleh tubuhnya dan janin di kandungannya. Maka dengan kerjasama pengadaan makanan bergizi dan vitamin yang dibutuhkan tersebut, semoga visa menjadi salah satu solusi dari permasalahan kekurangan gizi tersebut.
Semua bangsa bisa bangkit dari keterpurukan. Dengan semangat "recovery together, recover stronger", masa depan bangsa yang dikhawatirkan menjadi genting karena stunting, akan dapat teratasi. Sehingganya lahirlah generasi-generasi sehat yang akan membawa bangsa-bangsa di dunia menuju kehidupan yang lebih baik. Semoga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI