Mohon tunggu...
Magel Haens Sianipar
Magel Haens Sianipar Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mahasiswa

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature

Danau Toba: Mitos atau Fakta

23 April 2024   19:59 Diperbarui: 23 April 2024   20:07 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Sejumlah besar cerita dan mitos telah berkembang di sekitar Danau Toba selama sejarahnya yang panjang, banyak di antaranya masih dipercaya secara luas oleh orang Batak setempat hingga saat ini. Cerita seorang yang bernam toba yang bertemu dengan jelmaan ikan mas. Mereka menikah dan akhirnya memiliki anak. Lalu timbullah bencana, dimana toba ketika marah menyebut anaknya dengan anak ikan. Hal ini menimbulkan kemarahan ibunya sehingga datanglah hujan lebat dan menenggelamkan tempat itu dan jadilah Danau toba.  

Mengenai asal usul Danau Toba, menurut penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan ahli, danau tersebut terbentuk sebagai akibat dari letusan gunung berapi besar yang terjadi sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan diperkirakan terjadi di wilayah Indonesia. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kaldera besar berisi air, yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba, dan tekanan dari magma yang gagal meletus menyebabkan terbentuknya pulau di tengah danau, yang dikenal sebagai Samosir. Pulau yang terletak di tengah danau. Para peneliti percaya bahwa letusan super yang disebabkan oleh gunung berapi menyebabkan hampir setengah dari spesies yang hidup di dunia mati dan lenyap, seperti yang dilaporkan oleh para ilmuwan.

Dari segi panjang dan lebar, Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, dengan panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer. Inilah salah satu alasan mengapa danau ini terkenal di negara lain. Keindahan alamnya juga menarik banyak wisatawan yang datang berkunjung ke Danau Toba dan Pulau Samosir. Gunung Toba telah meletus tiga kali dalam catatan sejarah. Letusan pertama terjadi sekitar 800.000 tahun yang lalu. Sisi selatan Kaldera Gunung terbentuk akibat letusan ini, yang meliputi wilayah Prapat dan Porsea Sumatera Utara. Letusan kedua, yang memiliki kekuatan lebih kecil, terjadi 500.000 tahun yang lalu dan kurang kuat. Kaldera terbentuk di sisi utara gunung berapi, antara Silalahi dan Haranggaol, sebagai akibat dari letusan ini. Letusan ketiga, yang terjadi 74.000 tahun yang lalu, menciptakan kaldera dan mengubah Gunung Toba menjadi Danau Toba saat ini, dengan Pulau Samosir terletak di tengah kawah danau.

Gunung Toba, gunung berapi super yang mengelilingi Danau Toba dan Pulau Samosir, masih aktif, seperti pulau lainnya. Masih belum bisa diprediksi kapan gunung berapi itu akan meletus. Padahal, letak Gunung Toba (sekarang Danau Toba) membuatnya sangat rentan terhadap bencana alam. Hal ini disebabkan letak geografis Indonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Seorang peneliti dari New York University melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana iklim bumi telah berubah dari waktu ke waktu. Dia berhasil menemukan objek yang dikenal sebagai foraminifera di dasar laut, yang menjadi bukti bahwa suhu bumi pernah sangat ekstrem di masa lalu. Ketika harus menentukan apakah letusan Gunung Toba yang harus disalahkan atas suhu ekstrem, para peneliti akhirnya menemukan jawabannya. Selanjutnya, menurut peneliti, lautan di seluruh dunia mengalami penurunan suhu hingga 5 derajat Celcius akibat letusan tersebut.

Debu riolit yang seusia dengan batuan Toba telah ditemukan di Malaysia serta di utara India Tengah (sekitar 3.000 kilometer), dan juga ditemukan di Samudra Hindia. Letusan Gunung Toba mengakibatkan kematian yang meluas dan kepunahan beberapa spesies. Bukti DNA menunjukkan bahwa letusan juga mengakibatkan pengurangan 60 persen populasi manusia, menurut beberapa perkiraan. Letusan besar Gunung Toba, yang mendatangkan malapetaka di planet ini pada saat itu. Para peneliti menemukan bukti bentuk molekul yang sama dari debu vulkanik di 2.100 lokasi di seluruh dunia, membenarkan hipotesis mereka. Penyebaran debu akibat letusan Gunung Toba begitu luas hingga mencapai Kutub Utara, yang cukup mengejutkan.

Dari sisi konsep Filsafat Ilmu terkait ontologi, Epistemologi dan Aksiologi bisa dilihat bagaimana terjadinya danau Toba dibuktikan dengan sejumlah teori dan fakta yang ditemukan di lapangan , seperti penemuan sisa batu vulkanik, kaldera dan adanya sejumlah penelitian geologi disana. Mitologi yang berkembang dilakalangan batak, tidak dapat lagi di pertahankan. Namun nilai-nilai rohani yang terkadung di dalamnya memuat sejumlah masukan terhadpa masyarakat. Esensi mitos terkait terjadinya Danau Toba tidak terlihat dalam pembuktian terjadinya secara mitos, namun lebih kepada cara masyarakat menjelaskan sesuatu dimasa lampau.  Secara Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi terjadinya danau toba adalah fakta dan dapat dibuktikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun