Mohon tunggu...
Magdalena Suster
Magdalena Suster Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar merangkai kata

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cinta dan Belas Kasih Tak Terpisahkan Dalam-Nya

27 Februari 2023   14:18 Diperbarui: 11 Mei 2023   11:11 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Belas kasih dari zaman ke zaman tidak pernah selesai dibicarakan. Allah dalam sejarah manusia menyertai dan memberikan belas kasih-Nya. Ketika manusia jatuh dalam dosa Allah marah dan mengusir manusia itu dari taman Eden. Namun belas kasih-Nya tetap menyertai manusia karena manusia adalah ciptaan yang istimewa bagi-Nya. Allah terlihat tidak berdaya karena cinta dan belaskasih kepada manusia dan belas kasih itu tampak menyatu dalam diri-Nya. 

Selain itu, belaskasih kasih Allah tidak memiliki ruang untuk berhenti. Sebab cinta dan belas kasih Allah adalah diri-Nya sendiri. Dalam sejarah kehidupan manusia terlihat bahwa tidak sedikit pun memberi diri untuk didiami oleh Allah. Manusia selalu dikuasai oleh keinginanya yang menyesatkan dirinya. 

Manusia dalam peziarahan hidup seringkali berbuat salah. Manusia menciptakan benteng atau jarak antara dirinya dengan Allah. Sekalipun manusia membuat jarak tetapi Allah tidak ingin manusia itu terjerat terus menerus dalam dosa. Apabila manusia terlepas dari cinta Allah maka manusia akan mati.  Manusia tidak akan merasakan betapa indah dan bahagia hidup ini. 

Oleh karena ketidak tahuan mansuai Allah tetap membuka kerahiman-Nya. Allah menuntun manusia untuk tetap hidup bahagia. Selain itu, Allah telah berjanji kepada diri-Nya saat menciptakan manusia untuk selalu mencintai. Sebab manusia ada karena cinta. Oleh karena itu, belas kasih Allah dulu, sekarang dan sampai akhir zaman menyertai manusia.

Gereja secara universal mengarahkan pendangannya kedepan agar perkembangan zaman tidak membuat manusia jauh dari Allah. Perkembangan yang sedang berlangsung harus menjadikan manusia semakin dekat kepada Allah. Manusia harus mamiliki keberania untuk mengagungkan karya ciptaan-Nya. Manusia harus terarah pada Allah agar seluruh keberadaan dirinya terpelihara untuk kebahagiaan dan kehidupan yang abadi. Semua yang ada di bumi ini ada karena Allah menginjikan. 

Maka, manusia tidak memiliki alasan untuk mengatakan bahwa ini dan itu milikku atau semua itu ada karena diriku. Manusia harus sadar bahwa Allah memberi kemampuan kepada dirinya untuk hal-hal yang baru itu. Semua yang ada berasal dari satu sumber yang satu. Sumbernya adalah Allah sendiri.

Perkembangan yang pesat itu menyangkut seluruh segi kehidupan manusia. Manusia merasa tidak perlu lagi campur tangan Allah atas diri-Nya karena ia mampu melalukan apa pun. Manusia merasa berelasi dengan Allah hidup menjadi tidak bebas. Allah seakan-akan menjadi hambatan untuk perkembangannya. Maka Allah tidak perlu agar manusia melalukan apa pun tanpa ada yang melarang. Sikap manusia ini membuat dirinya jauh dari Allah. 

Namun kerahiman Allah tetap terbuka dan dicurahkan bagi manusia. Manusia hayan mementingkan diri, kelompok dan lain sebagainya. Akibat memikirkan diri sendiri, sesama dijadikan sarana kebahagiaannya sendiri. Manusia merasa bahwa sesama merupakan ancaman, pembawa bencana bagi dirinya.  

Oleh karena itu manusia menghalalkan segala cara untuk kepentingan dirinya. Manusia lupa bahwa dalam dirinya ada cinta Allah dan begitu pun dengan kehadirin sesama. Manusia pada dasarnya ada karena cinta maka manusia memiliki cinta. Namun cinta yang ada dalam diri manusia itu telah ternoda. Cinta Allah pelan-pelan hilang karena ketamakan dan keadaan hidup yang tidak dapat dikendalikan. Maka terjadilah persaingan buruk antar manusia. Manusia menjadi mengabaikan Allah yang ada dalam dirinya setiap personal.

Allah berkali-kali mencurahkan kasih-Nya bagi manusia agar manusia kembali pada keadaannya yang semula yakni hidup bahagia. Manusia terlalu asik dengan jebakan dunia yang pelan-pelan akan membinasakan dirinya. Oleh karena itu, Allah mengutus para nabi. Para utusan Allah itu kerap kali tidak didengarkan oleh manusia. 

Maka, Allah dengan inisiatif sendiri mengutus Putra-Nya. Namun manusia masih ada yang tidak menanggapi belas kasih Allah. Dalam situasi zaman yang tidak dapat dipungkirin ini, Allah dengan berinisiatif memanggil dan memilih orang-orang yang berkenan pada-Nya untuk menjadi alat penyelamat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun