Mohon tunggu...
Magdalena Saina
Magdalena Saina Mohon Tunggu... Guru - GURU

HOBI DRAMA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Nilai Kearifan Lokal dalam Dunia Pendidikan di Manggarai

27 Desember 2022   11:06 Diperbarui: 27 Desember 2022   11:11 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       Pepatah Manggarai mengatakan "toing, titong, toming" (nasihat, tuntunan, meniru), tiga hal ini haruslah sejalan berbarengan. Sebagai guru kita dianggap "bulshit" apabila kita sekadar menasihati tetapi sangat lemah dalam memberikan praktik baik. Justru menurut hemat penulis, praktik baik itu paling penting, karena dengan sendirinya yang lainnya akan mengikuti. Istilah "toing, titong, toming" juga sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Suntolodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.

       Berbicara tentang anak zaman sekarang atau sering kita sebut sebagai generasi 'Z', sangat kritis dalam menilai perilaku gurunya. Secara manusiawi, terkadang anak-anak menolak perilaku gurunya dengan cara dia bersikap dan bertutur kata secara refleks atau spontanitas. Sebagai guru penting bagi kita untuk terus melakukan refeksi terhadap kinerja kita, agar nilai-nilai kearifan lokal ini tetap terjaga dan terus dilestarikan dalam sikap, tutur kata, dan pembawaan kita setiap hari. Hal ini merupakan bagian terpenting dalam Pendidikan karakter.

       Dalam dunia Pendidikan anak diibaratkan benih yang ditaburkan dalam hamparan tanah kosong, guru diibaratkan sebagai penabur benih, baik atau tidaknya pertumbuhan benih tersebut tergantung cara kita merawatnya. Salah satu pemupukkan yang paling penting dan sangat berpengaruh terhadap tumbunya benih ini adalah nilai kerarifan lokal yang ditaburkan oleh si guru sebagai penabur. Oleh karena itu, kita dituntun dan wajib menjadi penabur yang baik dalam lahan Pendidikan, agar tumbuh benih yang baik dan berkualitas. Percuma kita belajar atau mengikuti program-program peningkatan keprofesionalitasan tetapi jika dalam praktik baiknya justru tidak dilakukan atau praktik baik sangat lemah, maka untuk apa dilakukan. Perlu diingat, bahwa sebagai guru kita berhadapan langsung dengan manusia, bukan berhadapan dengan sebongkah kertas atau administrasi semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun