Mohon tunggu...
Magdalen Wulan
Magdalen Wulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Partikelir

Hidup senang, hidup sulit

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Menunggu Program Nasrul Abit-Indra Catri Mengembangkan E-Sport di Sumbar

12 November 2020   11:45 Diperbarui: 12 November 2020   12:42 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Tim Media NA-IC

Sebagai seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Padang dan seseorang yang lahir pada 1999, game online bukanlah barang asing bagi saya. Kebanyakan waktu luang sehari-hari sering saya isi dengan bermain game online, seperti Mobile Legend, League Of Legend, atau PUBG. Hal ini juga sudah pasti dilakukan banyak orang seangkatan saya.

Oleh generasi sepantaran orang tua saya, tentu permainan seperti ini tentu dianggap asing, tidak mengandung nilai moral, dan acap dikatakan hanya membuang waktu. Padahal, game online atau pada dasarnya sebuah game juga memiliki dampak positif. 

Misalnya, melatih motorik halus, mengasah respons cepat, menstimulus pikiran dalam memecahkan masalah, dan mengajarkan berbahasa inggris dengan asyik. 

Setiap generasi punya permainannya sendiri. Tidak elok juga jika dikatakan bahwa bermain game online sebagai sesuatu yang buruk sama sekali tanpa terlebih dulu mengetahuinya.

Saya merasa senang ketika game yang saya mainkan, seperti Mobile Legend dan PUBG, masuk ke dalam kategori e-Sport dan dipertandingkan di seluruh dunia. Sebenarnya e-Sport atau olahraga elektronik merupakan kompetisi game yang sudah ada sejak tahun 1972. 

Pada era 90-an, ketika teknologi internet sudah berkembang, kompetisi game yang awalnya analog berubah menjadi online. Namun, di Indonesia kata tersebut seperti baru booming beberapa tahun belakangan karena meluapnya produksi ponsel Android dan banyaknya orang yang mengunduh dan bermain game online.

Saya pernah mendengar kelakar seorang yang sudah tua tentang e-Sport  ini. Ia menyebut bahwa game online bukanlah sebuah olahraga karena tidak menghasilkan keringat. Pada waktu itu saya hanya diam, tapi di dalam hati saya berkata, "Jika olahraga mesti menghasilkan keringat, lalu bagaimana dengan olahraga catur atau poker?"

Begitulah, game online dan e-Sport memang masih dianggap remeh oleh sebagian orang. Padahal, para atlet e-Sport juga harus menjaga ketahanan tubuhnya agar bisa fokus dalam bertanding. 

Bisa kita lihat saja beberapa tim unggulan pada e-Sport dunia cabang Dota 2, yaitu Liquid, Evil Genuis, dan OG, semua anggotanya memiliki postur badan yang ideal dan bugar. Tidak kerempeng, rambut acak-acakan, kantung mata hitam, dan lemah, seperti yang sering dibayangkan orang-orang.

Peran Pemerintah dalam Mewadahi Olahraga e-Sport

Di dalam game PUBG dan Mobile Legend, saya dan beberapa teman membentuk sebuah tim. Walaupun kami selalu menjadwalkan latihan tiga kali dalam seminggu, tim yang kami bentuk masih jauh dari cara kerja yang profesional. Meski begitu, tidak jarang tim saya masuk tiga besar pada turnamen tingkat kampus hingga provinsi.

Selama saya mengikuti turnamen, banyak penyelenggara yang mengadakan kompetisi itu berasal dari pihak swasta atau masyarakat biasa, misalnya pemilik warnet atau inisiatif dari sekelompok pemain yang ingin merasakan atmosfer sebuah turnamen. 

Dari segi dana, mereka biasanya mengumpulkan dana bersama-sama dari hasil iuran atau hasil dari pemasukan warnet. Tentu saja mereka bisa mencari sponsor, tetapi masih jarang ada perusahaan yang mau ikut mendanai dengan serius kompetisi seperti ini.

Ini merupakan salah satu keresahan kami, para pemain yang serius menggeluti e-Sport ini. Padahal, e-Sport adalah salah satu cabang olahraga yang mentereng di dunia karena hadiah, peminat, dan kemeriahannya. 

Pada 2019 saja, turnamen The Internatinal Dota 2 yang diselenggarakan oleh Valve Corporation menyediakan hadiah total sebesar $34,4 juta Dolar AS atau setara dengan Rp480 miliar.

Keresahan saya itu menjadi sedikit reda ketika salah seorang teman lama saya yang menjadi relawan NA-IC menjelaskan program dari Nasrul Abit dan Indra Catri. 

Ia menjelaskan bahwa ada salah satu program NA-IC yang berencana mengembangkan olahraga berbasis teknologi (e-Sport). Tentu saya merasa senang ketika mengetahui hal tersebut. 

Menurut saya, salah satu cara agar calon-calon atlet e-Sport di Sumatra Barat (Sumbar) bisa menjadi profesional ialah dengan ikut sertanya peran pemerintah dalam membangun sebuah wadah yang tepat. Kita tidak bisa menutup mata lagi karena e-Sport sudah menjadi salah satu cabang olahraga yag dipertandingkan di SEA Games.

Bibit-bibit yang sudah mulai berkembang sekarang ini perlu diberi asupan pupuk yang bergizi dari pemerintah. Dengan ikut sertanya pemerintah dalam menangani cabang olahraga ini, tentu paradigma masyarakat yang menganggap kalau bermain game online itu hanya membuang waktu percuma dan menghabiskan tenaga bisa diredam dan lama-kelamaan masyarakat bisa menganggap bermain game online sama halnya dengan bermain catur, misalnya.

Sebenarnya saya dan teman yang bermain game online tidak paham atau tidak ingin tahu tentang dunia perpolitikan. Namun, karena mengetahui ada paslon pada pilkada yang ingin memerhatikan kondisi kami, saya pun jadi bersemangat untuk mengampanyekannya. Saya dan teman-teman mendukung Nasrul Abit dan Indra Catri dalam pilgub 9 Desember.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun