Di hari kedua, Selasa (20/3/2023) yang tempatnya terbagi menjadi dua ruangan di Meranti dan Eboni room dengan masing-masing ruang berjumlah 9 dari perangkat daerah kerja.Â
"Sebenarnya untuk inovasi ini sudah kita cetuskan di tahun 2019, tapi kami tidak pernah memasukkan diajang tingkat kota. Jadi dengan adanya pengumuman mengenai inovasi pelayanan publik ini menjadikan kami termotivasi untuk mengikutinya," ucap salah satu peserta Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik. Â
"Dan kami dari lembaga pendidikan sekolah, kebetulan di sekitar sekolah tempat kami mengajar berada di lingkungan home industri ayam potong, yang mana itu memunculkan sebuah limbah yaitu berupa bulu dan kotoran ayam. Sehingga dari situlah muncul polusi udara dari limbah tadi. Maka dari lingkungan sekitar kami ada masalah adanya limbah yang berakibat munculnya polusi udara, maka kami selesaikan dengan inovasi ini, mau diapakan, mau dikemanakan agar dapat mengurangi polusi udara," jelasnya.
"Dengan mengikuti KIPP ini senang, karena kami dapat masukan dari para juri dan juga rekan-rekan panitia untuk lebih mengembangkan lagi inovasi kami untuk kedepannya, juga nantinya kami diminta kerjasama juga dengan pihak DLH (Dinas Lingkungan Hidup), kemudian Universitas, karena SDM nya otomatis lebih banyak nantinya," tambahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H