8 Agustus 2017
Â
Indonesia merupakan Negara ke empat yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia. Dengan jumlah penduduk tidak kurang dari 261,1 juta jiwa berdasarkan data terakhir yang diambil pada tahu 2016. Tentu dengan banyaknya jumah penduduk yang ada ini menandakan banyaknya jumlah konsumsi diberbagai bidang, salah satunya dalam hal konsumsi tenaga listrik. Dengan jumlah penduduk yang begitu banyak serta meningkatnya presentase pertumbuhan perekonomian Indonesia maka bisa dipastikan konsumsi listrik pun akan terpengaruh, dengan jumlah konsumsi sebanyak 956 KWh per kapita.
Namun bila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga terdekat, maka angka tersebut kalah signifikan karena konsumsi listrik perkapita penduduk Indonesia hanya 10% dengan perbandingan konsumsi listrik Singapura serta Malaysia. Angka 956 KWh per kapita pun masih sebagian besar didominasi di pulau jawa, karena pendistribusian  listrik sampai saat ini masih belum sepenuhnya menyentuh wilayah terluar dan pedalaman.
Dari jumlah yang ada, 85% sumber tenaga listrik masih didominasi oleh bahan bakar minyak, gas alam serta batu bara, sedangkan sisa presentase yang ada menggunaakan tenaga terbarukan seperti Geothermal Energy (panas bumi), Solar Energy (tenaga surya), serta Hydro Energy (tenaga air). Tentunya hal ini membuat Indonesia semakin khawatir, karena listrik masih diperoleh dari minyak yang masih diimpor setiap tahunnya karena produksi dalam negri tidak dapat memenuhi perminaan akan konsumsi dalam negri.
OPEC mencatat bahwa cadangan minyak Indonesia hanya menyimpan 0,2% dari cadangan minyak dunia dengan jumlah 3,6 M Barrel, yang tertingi masih ditempati oleh Venezuela, Uni Emirat Arab serta Amerika. Jumlah cadangan batu bara yang dimiliki Indonesia diperkirakan 32,4 M Ton. Dengan jumlah cadangan yang dimiliki oleh Indonesia kini, dapat diasumsikan bahwa  minyak akan habis dalam waktu 20 tahun kedepan dengan peningatan presentase konsumsi bahan bakar setiap tahunnya 10% dan batu bara akan habis dalam kurun watku 90 kedepan.
Dengan melihat hal ini perlu adanya inovasi dlam hal penyediaan sumber daya listrik Indonesia. Beberapa penelitian yang dilakukan ternyata Indonesia memiliki potensi yang cukup besar akan energy terbarukan. Energy yang diperoleh dari potensi Geothermal Energy (panas bumi) mencapai angka 29.544 MW, potensi Solar Energy (matahari) mencapai angka 532.579 MW, potensi Hydro Energy (tenaga air) mencapai angka 75.000 MW, dan potensi Bio Energy mencapai angka 32.654 MW. Angka-angka tersebut adalah hal yang luar biasa bilamana Indonesia mampu mengkonversi menjadi tenaga listrik tambahan atau menjadi pengganti tenaga listrik yang sudah ada.
Mengapa hal ini bisa menjadi solusi ? Karena untuk menghasilkan tenaga listrik dari minyak bumi pemerintah harus mengimpor bahan baku dari negara lain penghasil minyak bumi dengan US $52,36 /Barrel harga yang berlaku per 7 Agustus 2017. Melihat lebih dalam lagi konsumsi minyak saat ini sudah menyentuh angka 1650 Barrel/hari dengan jumlah produksi dalam negri 850 Barrel/hari. Ini menandakan Indonesia harus mengimpor sebesar 800 Barrel/hari, tentu ini angka yang sangat besar karena overkonsumsi setiap harinya.
Namun hal ini bisa disiasati dengan mengkonversi sumber tenaga listrik yang biasa digunakan dengan sumber energy terbarukan. Dari jumlah potensi Geothermal Energy yang ada sebesar baru dimanfaatkan sebesar 1490,4 MW, Solar Energy yang ada baru dimanfaatkan sebesar 210 MW, Hydro Energy yang ada baru dimanfaatkan sebesar 5.383 MW dan Bio Energy yang ada baru dimanfaatkan sebesar 86,25 MW. Seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga dapat menekan jumlah impor minyak paling tidak 35% dari data sebelumnya, yang tentunya ini dapat memperbaiki kondisi keuangan Negara agar tidak membengkak pembiayaan impor.
Melihat hal ini besar potensi Indonesia mengkonversi sumber tenaga listrik dari sumber tenaga minyak bumi menjadi sumber energi terbarukan. Dengan didukung ketersediaan sumber daya air yang terdiri dari sungai, waduk, sampai laut. Di Timur Indonesia sumber daya matahari melimpah, oleh karena itu sangat memungkinkan perlihan ini dilakukan disamping dengan murahnya biaya perawatan yang dibebankan kepada konsumen. Biaya perawatan Hydro Energy hanya berkisar Rp. 850 /KWh sedangkan biaya perawatan dengan bahan bakar minyak berkisar Rp. 3.500 -- Rp. 4.000 /KWh. Kesukseskan Norwegia dalam memanfaatkan air sebagai sumber energy dapat dijadikan patokan, terlebih Indonesia kaya akan sumber daya air.
Sehingga penghematan biaya belanja impor minyak bisa ditekan seminim mungkin dengan beralihnya atau dikonversinya sumber tenaga listrik kepada sumber energi terbarukan. Oleh karena itu konversi sumber bahan baku penghasil listrik menjadi energy terbarukan menjadi salah satu jalan keluar yang baik dan cukup murah bagi masyarakat Indonesia. Maka semua warga negara dapat menikmati listrik. Dalam segi ekonomi, ini dapat menimbulkan multiplier effect, dana yang ada karena efek positif dari konversi energi ini dapat didistribusikan kesektor produktif lainnya.
Juga dengan terdistribusinya listrik sampai kepedesaan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada maka dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah dan salah satu jalan dalam pendistribusian pendapatan yang merata bagi seluruh masyarakat. Oleh sebab itu, sudah saatnya Indonesia berkomitmen penuh dalam mengembangkan potensi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H