Mohon tunggu...
maftuhahboen
maftuhahboen Mohon Tunggu... Guru - seorang guru dan ibu dua anak yang tinggal di Bandung

seorang guru dan ibu dua anak yang tinggal di Bandung

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sudah New Normal Nih, Ayo Naik Gunung Lagi

1 Juli 2020   12:45 Diperbarui: 1 Juli 2020   12:35 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada beberapa inbox masuk di FB saya, bertanya tentang kapan naik gunung lagi? Atau kapan saya buka lagi jasa pemandu gunung?  Pertanyaan yang merobek-robek sanubari pendaki gunung ini, membuat saya cukup lama memandang kursor yang berkedip-kedip ganjen menunggu saya menuliskan jawaban.

Kegiatan yang paling  saya rindukan selama mengikuti anjuran pemerintah untuk "stay at home" adalah menghirup udara pegunungan.  Menghitung detak jantung yang berdetak semakin kencang bila melewati tanjakan (ga separah kalo ketemu mantan emang sih).  Dan dapat bonus honor dari memandu para customer yang minta diantar ke puncak demi konten atau foto bagus di Instagram.

Atau pura-pura ikut panik kalau ada customer yang tiba-tiba kelelahan atau putus semangat untuk lanjut perjalanan (honor ga pake dipotong kalo ga sampe puncak, itu asyiknya).  Kadang-kadang juga harus jadi pemandu gaya, photographer dadakan bahkan jadi chef.  

Ketika ada pengumuman bahwa kegiatan outdoor akan mulai dibuka pada bulan Juli 2020, APGI (Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia) sebagai salah satu wadah para pemandu gunung mulai membuat beberapa aturan pendakian dalam masa New Normal.   Salah satu aturan wajib yang diterapkan adalah memakai masker, membawa hand sanitizer, pengecekan kesehatan lebih ketat dan wajib membawa surat kesehatan bebas covid 19. 

Tetapi permasalahan bukan hanya pada kepatuhan dalam menggunakan protokol kesehatan saja. Yang juga harus dipertimbangkan adalah bagaimana cara pendakian,  saat di area perkemahan dan saat turun pendakian.  Ini yang betul-betul harus dipersiapkan. 

Bagaimana tidak menjadi penting, kegiatan outdoor semenjak tahun 2000an menjadi sebuah kegiatan favorit yang banyak digemari oleh semua kalangan.  Pendakian  ke sebuah  puncak gunung tidak bisa dibilang sebuah perjalanan pertapaan yang sepi, sepanjang jalan kita bisa merenung menikmati alam, tetapi sudah seperti kita berkunjung ke mall, saking ramainya.    Dan ini artinya resiko tinggi terjadi penularan Covid 19.

Hal yang bisa terjadi adalah penumpukan pendaki di pos pelaporan dan registrasi, pos peristirahatan, atau bahkan di puncak, dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi kepadatan di perkemahan yang tentu saja akhirnya menimbulkan kerumunan.

Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi alam bebas.  Bisa saja terjadi salah satu pendaki mengalami hipotermia atau tiba-tiba demam karena kelelahan,  dan kita tidak tahu apakah si pendaki seorang OTG (Orang Tanpa Gejala) atau bukan.  Kita tidak bisa begitu saja melakukan pertolongan tanpa menggunakan standar penangan virus yang ditetapkan pemerintah. Jadi ceritanya,  bukan pulang membawa kenangan tetapi pulang membawa corona.

Sehingga, bila memang harus melakukan pendakian karena sudah tidak kuat menahan kerinduan berjalan di ketinggian, persiapan harus lebih matang dari yang biasa dilakukan.  Persiapan yang mungkin membantu kita untuk menikmati keindahan alam tanpa takut tertular atau menularkan covid 19.

Persiapannya antara lain, tentukan gunung mana yang akan dituju.  Transportasi apa yang akan kita gunakan  ke tujuan, serta apakah tempat tersebut telah menerapkan protokol kesehatan atau belum.  Selanjutnya persiapkan fisik dan mental.  Lakukan latihan fisik sebelum pendakian, juga pengecekan kesehatan sangat dianjurkan.

Persiapkan peralatan pendakian yang mumpuni, tidak rusak dan bukan barang pinjaman.  Kalaupun terpaksa menyewa di rental, minimal lakukan sterilisasi sebelum digunakan.  Bawa sendiri alat masak, dan alat makan tentu saja.  Logistik yang cukup, yang dihitung dengan tepat berapa kalori, protein serta bahan lain yang diperlukan oleh tubuh. 

Persediaan air minum yang cukup selama pendakian, sehingga tidak perlu meminta persediaan minum dari orang lain.  Alat sanitasi sendiri ini juga perlu diperhatikan.  Bahkan alat tulis seperti pulpen dan buku catatan lainnya juga diperlukan saat registrasi di pintu loket sehingga meminimalisir menggunakan barang bersama.

Selanjutnya lakukan pendakian pendek dahulu, tidak perlu bermalam.  Ini berguna untuk menghindari kerumunan di daerah perkemahan.  Banyak gunung yang berketinggian kurang dari 1800 mdpl  yang bisa didaki sebagai pelepas rindu.  Ya, kencan pendek yang penuh kenangan biasanya kan susah dilupakan, hehehe.   Kalau memilih pegunungan yang lebih tinggi perhitungkan yang hanya memerlukan satu atau dua malam perjalanan saja.

Hindari jalur populer yang cenderung ramai.  Tidak dianjurkan untuk membuka jalur baru, tapi pilih jalur yang lebih jarang dilalui pendaki.  Berbagai hal bisa terjadi dan semua tidak bisa kita kendalikan dengan mudah.   Jalur yang sempit memungkinkan gagalnya physical distancing yang kita terapkan.  Jadi selalu tekan serendah mungkin berinteraksi dengan orang diluar kelompok perjalanan.   

Tak perlu duduk berbagi kopi dan rokok saat beristirahat, cukup dengan lambaian tangan, ucapan salam atau senyum semanis yang bisa dibuat untuk menunjukan keramahan pada rombongan pendaki yang berpapasan dalam perjalanan.

Lakukan pendakian dalam kelompok kecil, yang kita kenal dan ketahui riwayat kesehatannya.  Tak perlu ikut open trip dulu deh, cukup dua atau tiga orang dan satu orang pemandu tentunya, hehehe.

Pada intinya, semua kembali pada diri kita untuk bertanggung jawab terhadap keselamatan, keamanan dan kesehatan. 

Okeh gaes, persiapkan alat-alat naik gunungmu.  Yuk naik gunung lagi.  Masih simpan nomor kontak saya kan?

Sindanglaya, 27 Juni 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun