Suatu hari, Imam al-Ghazali bertanya kepada para santrinya, “siapakah yang paling dekat dalam kehidupan kita di dunia ini?” Mereka menjawab sesuai dengan pengalaman masing-masing, ada yang menjawab orang tua, teman, dan guru. Imam al-Ghazali membenarkan semua jawaban para santri tersebut. Namun beliau kemudian menjelaskan bahwa sesungguhnya yang paling dekat dengan kehidupan ini adalah maut/kematian.
Satu detik, satu menit, satu jam, satu hari, satu minggu, satu bulan, dan satu tahun. Makin hari, liang kubur kita makin dekat. Tapi amal kita makin hari makin loyo. Sebagaimana potongan lagu berikut:
Sisa umurku berkurang setiap hari
Dosa-dosaku makin bertambah Yaa Illahi
Setiap kita pasti akan mati. Dia akan datang sesuai dengan jadwal yang telah tertulis sejak kita masih dalam kandungan. Lauh al-Mahfudz. Lalu, sudah siapkah jika sewaktu-waktu dia datang menjemput? Sudah cukupkah amal kita sebagai uang saku di rumah masa depan (kubur)? Atau justru butiran dosa-dosalah yang memberatkan timbangan kita? Nau’udzubillah.
Dosa sendiri ada dua macam. Pertama, dosa yang bisa diampuni karena mempunyai penyambung umur serta meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Kedua, dosa yang tidak bisa diampuni karena tidak mempunya penyambung umur serta meninggal dalam keadaan suul khotimah.
Pasar umur atau penyambung umur merupakan perkara yang dapat menyambung umur manusia meski ia sudah meninggal. Ini bukan berarti membeli umur di pasar agar malaikan izrail tidak jadi mencabut nyawa atau yang sudah mati jadi hidup lagi lho ya. J
Lalu, pasar umur itu apa saja?
Nah, pasar umur atau penyambung umur itu antara lain amal jariyah, ilmu manfaat, dan anak sholeh/sholehah. Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’I, dan Ahmad bahwa “Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya.”
Harta dan anak yang banyak adalah perhiasan dunia yang membuat bahagia sholihah. Maksudnya, dengan memiliki harta yang banyak bisa dimanfaatkan untuk shodaqoh jariyah ketika masih hidup. Menurut Imam al-Suyuti (911 H), bila semua hadis mengenai amal yang pahalanya terus mengalir walau pelakunya sudah meninggal dunia dikumpulkan, semuanya berjumlah 10 amal, yaitu: ilmu yang bermanfaat, doa anak shaleh, sedekah jariyah (wakaf), menanam pohon kurma atau pohon-pohon yang buahnya bisa dimanfaatkan, mewakafkan buku, kitab atau Alquran, berjuang dan membela Tanah Air, membuat sumur, membuat irigasi, membangun tempat penginapan bagi para musafir, membangun tempat ibadah dan belajar.
Sedangkan anak yang banyak akan menjadi bibit-bibit generasi umat sholeh jika dididik dengan baik. Nah, persyaratan pendidikan anak sukses (sholeh/sholehah) adalah; yang pertama, harus pandai baca al-Qur’an; kedua, berakhlaqul karimah; ketiga, mengerti ilmu agama – Islam – dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari; keempat, mengerti ilmu pengetahuan umum (sebagai pelengkap dan sarana menuju kehidupan akhirat). Dengan keempat syarat itulah, suatu pendidikan bisa dibilang sukses atau berhasil.
Yang berperan penting dan bertugas utama dalam hal ini (mendidik anak) adalah kedua orang tua terutama ibu. Sebab, ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya. Selain itu wanita (ibu) adalah tiang suatu Negara.
الْمَرْأَةُ عِمَادُ الْبِلاَدِ إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَتِ الْبِلاَدُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَتِ الْبِلاَدُ(رواه الديلمي)
“Wanita adalah tiang suatu negara, apabila wanitanya baik maka negara akan baik dan apabila wanita rusak maka negarakapun akan rusak.”
Dengan pendidikan anak yang sukses (sholeh/sholehah), otomatis para orang tua telah berhasil menjadi orang tua bagi anak-anaknya. Malaikat pun mencatatnya sebagai amal yang tidak akan putus meski mereka sudah meninggal dunia kelak.
“Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali.” (Q.S. Al-Baqarah: 156)
Maftuhah As Sa’diyah
Jum’at, 29 Sya’ban 1435 H
09:46 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H