Dalam setiap detakan jantung dan dentingan jarum jamÂ
Kesekian kali, kupandangi sosok dalam pantulan cermin
Kembaliku selami diri
Kutanyakan atas segala hal yang telah terjadiÂ
Kini aku tenggelam dalam segala ambisi duniawi
Diperbudak oleh hawa nafsuku lagi
Inilah aku, korban atas penindasanku sendiri
Aku telah lupa siapa diri ini
Hingga aku kian terjerat dan tertusuk belati bernamakan "Iri Hati dan Dengki"
Aku meronta dalam sepiÂ
Aku menangis dalam keheningan sembari mengasihani diri sendiri
Aku lelah
Aku tak kuat tuk menjalani kehidupan yang penuh fatamorgana ini, Tuhan
Aku lelah dengan segala keramaian pikirku yang selalu ingin dituruti
Sedangkan hatiku yang bertolak kini bersedih hati untuk kesekian kaliÂ
Pantaskah aku yang kau sebut kekasih hati
Pantaskah aku yang kini kau cintai
Sedangkan kini aku tengah berlumur dosa atas ulahku sendiri
Aku bertanya, Tuhan...
Sebenarnya untuk apa semua ini ?
Untuk apa aku ada disini ?Â
Sedangkan aku yang merasa semakin jijik dengan diri sendiri
Kini aku tak sanggup untuk sekedar berkata lagi
Segera bangkit, kucari hakikat dari hidup yang tengah kujalani
Kini, kutemukan hakikat di balik semua duka lara ini
Bahwa karena cintalah "Mahabbah" aku tengah bernafas di sini, di bumi sang Ilahi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H