Mohon tunggu...
Mafruhin
Mafruhin Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pengikut dan Pengagum Gus Dur

Selanjutnya

Tutup

Bola

Bukan Tidak Butuh, Tapi Indonesia Menunggu Tindakan FIFA

14 Desember 2015   10:34 Diperbarui: 14 Desember 2015   12:59 1041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada pertanyaan yang dilontarkan oleh pendukung PSSI yang sedang dibekukan oleh pemerintah: apakah Indonesia tidak butuh PSSI/FIFA?

Kita (dari sudut pandang mendukung tindakan pemerintah) bisa menjawab dengan cepat: Indonesia sangat membutuhkan FIFA. Lha memang begitulah seharusnya antara Negara dengan Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA). Bisa saling bekerja sama.

Mengapa mereka bertanya seperti itu? Barangkali mereka sedang menderita kejang-kejang karena pemerintah sedang mereformasi sepak bola Indonesia. Mereformasi sepak bola di Indonesia membutuhkan keberanian yang kuat dan luar biasa serta butuh sikap “melawan arus” dan juga butuh waktu yang sangat lama. Kalau baru delapan bulan saja sih rasanya masih sangat singkat.

Namun jika dengan waktu yang “sesingkat” ini saja sudah mendapatkan respons, artinya kita punya harapan reformasi sepak bola di Indonesia akan bisa selesai lebih cepat dari perkiraan.

Mengapa? Salah satu cara mengalahkan para mafia yang telanjur menggerogoti sampai ke sendi-sendi dalam aliran darah kepengurusan di PSSI ya dengan membekukan kegiatan mereka. Membekukan PSSI juga menjadi hal paling berani yang pernah dilakukan pemerintah.

Jika pemerintah tidak berani membekukan PSSI, tentu reformasi sepak bola Indonesia tidak akan pernah terjadi sebagaimana sebelum-sebelumnya. O ya, tindakan pemerintah ini juga sejalan dengan keinginan masyarakat yang meminta Negara hadir untuk mengatasi sepak bola yang dikelola tidak dengan semestinya. Selama ini sepak bola dikelola secara serampangan dan dijadikan alat politik.

Jika FIFA masih belum mempunyai pandangan yang sama dengan pemerintah RI, tentu Indonesia tidak bisa memaksanya. Indonesia hanya menunggu apa yang akan dilakukan FIFA terhadap persepakbolaan Indonesia. Jika mereka tak menganggap ada Negara Indonesia di balik PSSI, maka itulah kekeliruan terbesar FIFA. Karena itu posisi menunggu pemerintah jangan diartikan Indonesia tidak membutuhkan FIFA. Oh, itu keliru. Itu hanya membelokkan opini dari orang-orang yang terbiasa dengan kenikmatan semu.

Bukankah RI telah sangat lama ingin merundingkan reformasi sepak bola Indonesia bersama FIFA? Atau apakah justru mereka yang tidak butuh RI? Entahlah. Tapi yang jelas, ketika sepakat akan merundingkan sesuatu, tentu posisinya harus setara.

Kalau pemerintah untuk saat ini tidak butuh-butuh amat kepada PSSI memang ada benarnya. Sebab, Negara ini tengah membekukan mereka. Hukum positip yang tengah diberlakukan sebuah Negara tak bisa dicampuri oleh Negara atau badan lain di dunia.

Indonesia malah sudah sampai pada kesimpulan tidak hanya sepak bola Indonesia yang perlu direformasi, melainkan FIFA sendiri perlu introspeksi. Bagaimana Federasi Sepak Bola Dunia tersebut memandang dirinya. Ketika mereka masih berpandangan hanya mereka sendirilah yang berhak mengurus segala urusan mereka tanpa campur tangan pihak lain maka semua keburukan akan bisa ditutupi.

Kini mereka sudah tak bisa lagi berkata seperti itu lagi, karena FBI sudah bisa mengobrak-abrik privilege mereka. Dan Indonesia pun berhak mengoreksi sepak bola yang terjadi di negaranya sendiri.

Indonesia menyambut sesuatu yang baru dari FIFA. Mari bekerja sama membangun sepak bola beradab. Karena rakyat berada dibelakang itu semua. Mereka tidak bodoh lagi menonton tindakan kalian.***

Tulisan menarik yang tak boleh ditinggalkan: Rapat Komite Ad Hoc yang Tidak Sukses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun