Mohon tunggu...
M Afra Athaillah Marom
M Afra Athaillah Marom Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Farmasi Universitas Airlangga

Kegagalan adalah langkah awal dari sebuah kesuksesan. Maka dari itu, jangan pernah menyerah ketika menghadapi sebuah kegagalan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Makanan Viral : Antara Tren dan Ancaman Kesehatan Bagi Generasi Z

8 Desember 2024   21:00 Diperbarui: 9 Desember 2024   14:59 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dalam beberapa tahun terakhir, tren makanan viral terus mengguncang dunia kuliner, khususnya di Indonesia. Fenomena ini begitu lekat dengan perkembangan media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube yang menjadi medium penyebaran tren dengan sangat cepat. Makanan atau minuman viral ini biasanya memiliki daya tarik yang khas—baik dari segi tampilan, rasa, cara penyajian, atau konsep unik yang membedakannya dari produk lain. Namun, di balik popularitasnya, terselip tantangan besar terkait kesehatan, khususnya bagi generasi muda seperti Gen Z. Setiap tahun, kita menyaksikan inovasi makanan yang sukses menarik perhatian masyarakat, terutama generasi muda yang dikenal sangat responsif terhadap tren baru. Pada 2024 ini, beberapa makanan viral yang mendominasi pasar antara lain cromboloni, milk bun, dan cokelat Dubai. Nama-nama ini mungkin sudah tidak asing lagi bagi para pengguna media sosial, karena hampir setiap hari muncul unggahan tentang pengalaman mencicipi makanan ini, lengkap dengan komentar tentang keunikan rasa atau tekstur mereka.

Namun, fenomena makanan viral tidak hanya bersumber dari kreasi lokal. Tren kuliner ini sering kali dipengaruhi oleh budaya luar seperti Jepang, Korea, Prancis, atau China, yang memperkaya cita rasa sekaligus memengaruhi cara pandang masyarakat Indonesia terhadap makanan. Sayangnya, di tengah euforia ini, banyak yang abai terhadap dampak konsumsi berlebihan makanan-makanan viral tersebut terhadap kesehatan tubuh. Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga yang juga seorang penikmat kuliner, saya mulai menyadari bahwa tidak semua makanan viral memiliki manfaat yang baik bagi tubuh. Sebaliknya, banyak dari mereka justru mengandung kadar gula, lemak, dan kalori yang sangat tinggi. Sebut saja cromboloni dengan tekstur renyah dan isian manisnya, milk bun yang lembut dan kaya krim, hingga cokelat Dubai yang mewah dengan rasa super manis. Meskipun menggoda, makanan-makanan ini menyimpan risiko jika dikonsumsi secara berlebihan.

Kandungan gula dan kalori yang tinggi dalam makanan viral ini dapat memicu berbagai masalah kesehatan, seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung, hingga kelelahan kronis. Fenomena ini mulai terlihat di kalangan Gen Z yang lebih banyak terdorong oleh fear of missing out (FOMO) sehingga rela mencoba semua makanan viral tanpa memikirkan dampaknya bagi kesehatan. Perlu diingat bahwa tren makanan viral tidak akan pernah berhenti. Selalu ada inovasi baru yang menggugah selera dan menarik perhatian di media sosial. Namun, sebagai konsumen, kita harus lebih bijak dalam memilih makanan yang akan kita konsumsi. Penting untuk mempertimbangkan apakah makanan tersebut memiliki manfaat bagi tubuh atau justru membawa risiko kesehatan.

Generasi Z, sebagai generasi penerus bangsa, perlu mengedepankan kesadaran akan pola makan yang sehat. Menjaga keseimbangan antara menikmati tren kuliner dengan memperhatikan kebutuhan tubuh adalah kunci untuk tetap sehat di tengah derasnya arus tren makanan viral. Tidak ada yang salah dengan menikmati makanan viral, selama dilakukan dengan bijak dan tidak berlebihan. Sesekali mencicipi cromboloni atau milk bun tentu tidak masalah, asalkan diimbangi dengan pola hidup sehat seperti olahraga teratur, mengatur asupan kalori, dan mengonsumsi makanan bernutrisi.

Sebagai generasi emas, kita memegang tanggung jawab besar untuk menjaga kesehatan tubuh agar dapat terus produktif dan berkontribusi bagi bangsa. Tren kuliner boleh datang silih berganti, tetapi kesehatan tetap menjadi prioritas utama. Jadi, sebelum mengikuti tren makanan viral berikutnya, tanyakan pada diri sendiri: apakah ini benar-benar bermanfaat bagi tubuh saya?. Mari kita nikmati tren kuliner dengan bijak, tanpa mengorbankan kesehatan kita. Karena di balik semua makanan viral yang menggiurkan, kesehatan tetap menjadi aset paling berharga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun