PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA MATERI PERUBAHAN FISIKA DAN PERUBAHAN KIMIA
MAFITA INDRIFIANI
No. UKG : 201506844292
PPG DALJAB ANGKATAN 1 TAHUN 2023 UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
Tujuan pendidikan nasional abad 21 di Indonesia yaitu membentuk masyarakat yang mempunyai pribadi mandiri, berkemauan, dan berkemampuan untuk mewujudkan bangsa yang bahagia, sejahtera,serta dapat bersaing secara global. Abad 21 adalah abad dimana Negara-negara di dunia bisa saling berinteraksi satu sama lain seolah-olah tidak memiliki sekat geografis. Ilmu pengetahuan dan teknologi meningkat secara cepat. Globalisasi semakin merajalela. Sumber daya dapat mengalir secara bebas dan terbuka. Munculnya tenaga asing yang bebas masuk ke dalam sebuah Negara. Diantara kompetensi tersebut adalah pertama keterampilan proses sains. Keterampilan proses dalam pembelajaran menuntut siswa secara aktif mendapatkan kebenaran dengan mencoba mencari hukum atau dalil secara mandiri (Diani, 2015). Dengan kata lain proses mencari, menemukan, mencoba, dan menarik kesimpulan dialaminya sendiri. Keterampilan proses sains menuntut siswa dalam menafsirkan, mengembangkan sains serta mendapatkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode atau langkah ilmiah (Afrizon, Ratnawulan, & Fauzi, 2012).
Literasi saintifik adalah pengetahuan tentang konsep, proses ilmiah dan pemahaman yang diperlukan agar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Turiman, Omar, Daud, & Osman, 2012). Hal ini berkenaan dengan kemampuan penyelesaian masalah. Penyelesaian masalah kehidupan adalah kompetensi tertinggi yang bisa dicapai siswa (Asrizal, Hufri, & Festiyed, 2015). Literasi saintifik adalah kemampuan memecahkan masalah kehidupan sehari-hari menggunakan pengetahuan sains. Diantara indikator literasi saintifik adalah argumentasi ilmiah, validasi literatur, informasi ilmiah, desain eksperimen, membuat grafik, interpretasi data, pemecahan masalah, statistik dasar, dan inferensi (Adi, Suwono, & Suarsini, 2017).
Beberapa faktor yang melatar belakangi rendahnya literasi sains siswa antara lain pertama pada saat pembelajaran guru belum menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif sehingga siswa cenderung pasif. Kedua, pembelajaran sains yang diterapkan tidak memfasilitasi siswa untuk mengembangkan literasi saintifik. Pembelajaran sains menitik beratkan pada membuktikan kebenaran/fakta. Kebenaran/fakta tersebut dapat ditemukan melalui praktikum, eksperimen, dan pengalaman nyata. Ketiga, sarana dan prasarana yang belum mencukupi seperti laboratorium dan alat-alat praktikum. Kurangnya peralatan ditunjang dengan kurangnya kreatifitas siswa mengakibatkan keterampilan proses menjadi terhambat.
Kostelnikova dan Miroslova (2013) mendefinisikan model pembelajaran inkuiri dengan suatu proses yang memungkinkan siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai bermacam-macam topik. Adanya pertanyaan bermacam-macam topik dari siswa akan menimbulkan rangsangan untuk menggali lebih dalam mengenai topik tersebut. Peran guru dalam model ini adalah mengarahkan siswa untuk menjawab sendiri pertanyaan mereka melalui eksperimen atau pembelajaran berbasis aktivitas. Pembelajaran inkuiri menekankan pada pemahaman struktur dan proses sains, mengintegrasikan kegiatan laboratorium dalam pembelajaran dan menekankan pada keterampilan berpikir pengetahuan tingkat tinggi (Sani, 2017). Fase-fase dalam model pembelajaran inkuiri terdiri dari 6 fase. Diantara fase-fase tersebut orientasi peserta didik terhadap masalah, perumusan hipotesis, merancang hipotesis, melakukan percobaan untuk memperoleh data, mengumpulkan data dan menganalisis, membuat kesimpulan.
Model pembelajaran inkuiri dipilih karena memenuhi kategori prosedur dalam pembelajaran, yang erat kaitannya dengan keterampilan proses sains (Yulkifli, Yanto, Agustia, Ihsan, & Yohandri, 2020). Dibantu juga dengan metode ekperimen yang akan membuat siswa lebih memahami konsep-konsep dalam menemukan hal yang baru dalam kehidupan sehari-hari
Dampak dari model pembelajaran Inkuiri dengan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi perubahan fisika dan perubahan kimia di SMPN Parunggalih Satu Atap siswa terlihat lebih aktif, aktif dalam bertanya berdiskusi antar kelompok sehingga suasana kelas terlihat semakin hidup dan menyenangkan. Meningkatnya literasi sains siswa juga dapat dilihat dari hasil belajar Berdasarkan hasil penilaian pengetahuan dari 10 peserta didik pada kelas VII 8 peserta didik mendapkan nilai tuntas (di atas 75) dan 2 peserta didik mendapat nilai belum tuntas di bawah (75). Dengan demikian dapat dikatakan model pembalajaran inkuiri dengan metode eksperimen efektif untuk meningkatkan literasi sains siswa.
Peserta didik perlu dibiasakan dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran yang inovatif. Sehingga dengan terbiasa peserta didik akan mudah dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini harus menjadi motivasi bagi semua guru untuk menggunakan model pembelajaran yang inovatif dalam kegiatan pembelajarannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H