Mohon tunggu...
Muhamad Tajul Mafachir
Muhamad Tajul Mafachir Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Omdurman Islamic Univ

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yahudi - Israel di Mata Soeparman

27 November 2012   21:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:35 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“setiap agama, missionaris membawa peradaban, itu pasti”. Kata Soeparman mengawali cerita. Sembari tak mau menurunkan kernyitan dari keningnya, yang sebenarnya terbuat dari krupuk rambak.

“Melihat kenyataan di negri sendiri, saja ngeri. Saya kira paling ngeri, ternyata ada yang lebih ngeri”. Lanjutnya, dalam nada ringan dan agung. Dan masih tetap matanya terpaku pada adegan yang  dikemas dalam sebuah acara berita.

Bisa jadi, pikirku, semua kebrutalan yang mereka lakukan, berdalih misi menyelamatkan umat manusia dari ancaman Ormas Lokal, yang diduga menyimpan bom peledak masal. Dulu, berbagai upaya, semenjak pada masa kedudukan Abu ‘Ammar (Yassir Arafat), , 1996 – 2004. Yassir sendiri, selain menjadi presiden otoritas Palestina pada sebelum tahun 2004 itu, juga memimpin PLO –Palestine Liberation Organization, sebuah organisasi pembebasan Palestina. Dalam masanya, Yassir menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk memerangi Israel, dalam memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri bagi Palestina.

Namun kini, celah upaya Yassir semakin ciut. Karena harus dibayar dengan berbagai tuduhan, yang dilontarkan pihak Israel ke Palestina setelah kepergiannya. hingga sekarang ini di mana Hamas muncul ke permukaan menggantikan popularitas PLO. Pihak Palestina dan negara-negara Arab, kemudian diamini juga oleh dunia Islam, tentu menyalahkan pihak Israel sebagai biang kegagalan usaha diplomatik itu.

“apa mungkin, ini soal politik murni man?”, sanggahku mengaburkan lamunanku sendiri.

“jika urusan politik, pasti ! Namun kemurniannya, saya sangsi. Upaya seperti itu, Intimidasi ah, itu saudah menjadi pelaksanaan kepentingan, dan politik adalah kendaraanya”, jawab Soeparman serius, nada berat dan agungnya mendinginkan panasnya siang.

Banyak kemungkinan dibalik semua ini, di balik issue Israel –Yahudi, yang beberapa tahun lalu terendus misi meraka, melalu berbagai misi. Mulai Issue Global Warming, racun Illuminati, nikotin Freemanson hingga sindrom zionis.

Namun yang perlu saya pertanyakan adalah, mengenai apa tujuan dibalik kesemua ini. Secara sistematis, tidak ada satupun agama –dalam sejarah, yang dibenci dan menjadi sasaran tudingan, seperti yang dialami oleh kaum yahudi. Dimana stereo-type, rasialisme, dan persekusi selalu mengarah kepada bangsa mereka. (Debat berkepanjangan di Eropa abad 20, Jewish Question). Padahal Jika dilihat, dari kuantitas Yahudi sendiri, tidak lebih dari 15 juta jiwa –tersebar di berbagai daerah kawasan Israel, Jordan, amerika dan sekitarnya.

“mungkin mengenai dogma ayat ayat Muliamu juga”, Soeparman mencekal, dengan mata hitam tajamnya. micing

Dalam perjalanannya, kristenlah yang mula mula sebagai pihak pelawan yahudi. Sejak lama, -bahkan semenjak lahirnya agama tersebut, Kristen dan yahudi memang tidak pernah akur, selau diselingi kebencian terhadap yahudi  -kebencian yang dijustifikasi oleh firman dan ajaran Tuhan sehingga pengaruhnya sangat mendalam, bahkan perdebatan yang mereka lakukan lebih untuk menyentuh bab teologis.

Kemudian kebencian tersebut juga menjadi lapisan dasar dari wacana Islam yang datang setelahnya. Meski sebenarnya, pada abad 8 hingga 15 M, Yahudi merasa Islam lebih romantic daripada Kristen.

kebencian pada Yahudi sebagai sebuah agama tetap bertahan secara endemik dalam Islam. Bangsa Yahudi digambarkan sangat negatif dalam beberapa ayat di Quran, dan kemudian disokong pula dengan sejumlah hadis. Contoh kecil saja: sebuah hadis terkenal menyebutkan bahwa pada akhir zaman nanti Nabi Isa (atau Yesus) akan turun kembali ke bumi (persis dengan keyakinan dalam Kristen). Menurut hadis itu, tugas Nabi Isa pada saat itu, antara lain, adalah untuk menghancurkan salib dan membunuhi orang-orang Yahudi.

Sebuah hadis lain menyebutkan bahwa dua frasa di ujung Surah al-Fatihah (bab pembuka dalam Quran) merujuk kepada orang Kristen dan Yahudi. Dua frasa itu adalah: "al-maghdub 'alaihim" (orang-orang yang dibenci oleh Tuhan)

dan "al-dallin" (orang-orang yang sesat). Orang yang dibenci (al-maghdlub) Tuhan maksudnya, sebagaimana dijelaskan oleh hadis itu, adalah orang Yahudi,

sementara orang-orang yang sesat (al-dldloolliiin) adalah orang-orang Kristen.

Karena pengaruh Kitab Suci sangat mendalam pada umatnya, kita bisa membayangkan bagaimana dua frasa yang diulang-ulang pd saat setiap salat dan sembahyang oleh seluruh umat Islam ini memiliki pengaruh dalam membentuk prasangka buruk terhadap bangsa Yahudi.

Ini bukan kebencian biasa, tetapi kebencian yang dijustifikasi oleh firman dan ajaran Tuhan sehingga pengaruhnya sangat mendalam. (Carl Goerdeler-Jewish Question )


“Mungkin juga, itu… god, religion, history, and pain into one, the scapegoat”, cetusku seperti menemukan masalah, meski asal asalan.

“pas”, Soeparman menambahkan, ada kemungkinan lain, dibalik factor X adalah rasa takut yang besar bagi Yahudi yang dihantui oleh hampir mayoritas bangsa beragama terhadap ajarannya. Sehingga, ia perlu bertindah Hyper-Active untuk menanggulangi krisis mental yang ia rasakan sebenarnya.

Alih alih Soeparman berbicara, aku berfikir. Bukankah Yahudi datang sebagai agama, kenapa ia tak selaras dengan misi agama pada umumnya? Menjunjung martabat Negara, Agama dan Kemanusiaan. –Wathaniyyah, Aqidah dan Insaniyyah. -setidaknya, Jesus saja punya ajaran kasih sayang.Jika benar desus, bahwa Yahudi hanya percaya pada Ten Commandment (sepuluh perintah tuhan kepada Musa) atau Protocol of Zionist (berisi 25 pasal bagi Yahudi), sebagai Regulasi, Law Internal bagi sesama Yahudi, dan melegalkan laku curang tehadap non-Yahudi? Maka hal demikian sangatlah berbenturan dengan aturan pokok agama boleh didirikan.  –saya mulai paham, kenapa nyatanya, secara kuantitas, minim sekali pemeluk Yahudi. Alasan logis saya, ya, karena tidak selaras dengan misi kemanusiaan. Padahal, segala bentuk gerakan, revolusi, tidak terkecuali turunnya missionaries haruslah sesuai dengan misi kemanusaan untuk meraup banyak simpatisan manusa.

Namun fakta dilapangan, malah menguatkan dugaan bahwa benar, merupakan konflik politik sahaja. Perjuangan kemerdekaan rakyat palestina, bukanlah semata mata perjuangan kaum muslimin. Karena hakikatnya, masyarakat Palestina adalah masyarakat yang Plural "Majmu". Perjuangan kemerdekaan palestina pun, banyak melibatkan pejuang non -Islam. Mereka bahkan, banyak andil dalam perlawanan. Beberapa dari mereka pun terlibat dalam aksi-aksi terorisme terhadap warga sipil. Wadi Haddad, misalnya, adalah orang Palestina beragama Kristen yang merupakan mastermind dari kelompok Black September. (Salah satu aksi yang paling dikenal dari kelompok tersebut adalah aksi penculikan dan pembunuhan terhadap 11 atlet Olimpiade Israel di Munich, Jerman pada tahun 1972)

lain hal dengan George Habash, mantan pemimpin organisasi PFLP (Front Rakyat Pembebasan Palestina) yang dituding oleh Israel dan media amerika sebagai Kelompok aliansi radikal. Bahkan, dalam dunia politik, banyak warga Palestina non-Muslim memiliki andil dalam perjuangan tanah dan bangsa Palestina. Salah satu wajah Palestina yang paling dikenal di dunia internasional adalah perempuan Kristen Palestina bernama Hanan Ashrawi. Sebagai Legislator pada parlemen Palestina, juga tercatat selama beberapa tahun sempat menjadi

press secretary delegasi Palestina dalam berbagai perundingan perdamaian. Ayahnya, Daoud Mikhail, terlansir juga membidani sebagian posisi di PLO (Organisasi Pembebasan Palestina yang digembongi oleh Yassir Arafat)*

“lalu kapan berakhirnya man? Jika demikian terus menerus, saya kira kita tidak akan terus larut dalam pertempuran paradigm”, Tanya ku pada Soeparman yang asik melamun. Dari tadi, kita sama sama melamun.

"sampai mereka bisa merebut Jerusalem dan menuliskan sejarah di atas tanah suci nenek moyang mereka. Mengukir sejarah dan peradaban, yang selama ini kesempatan itu tidak dimiliki oeh yahudi, seperti agama agama lainya", dia berfatwa, aku magut magut. Tanda setuju.

"Jika hanya merubah nama, seperti yang sedang diusulkan sekarang ini Israel -karena Israel adalah nama etnik, suku. Maka, kurang besar kemungkinan untuk membendung setiap kecaman kebencian yang ditudingkan kepada mereka, yahudi. Saya pikir, meski saat itu tuhan telah mengganti namanya bukan Allah, Jesus, Ala, Abuk, Acan atau yang lain, Berthnard Russel tetap akan bertahan untuk Atheisme nya. Geser sedikit, ya, Paling Agnostic. Karena, rasa kebencian dan ketidak percayaan (karena pengaruh dogma dan ayat mulia) lah yang membimbing kita untuk senantiasa merawat tudingan itu terhadap Yahudi. Belum lagi, Hyper-Active Yahudi, seperti yang kita lihat, belum juga kita bisa benarkan. salah kenyataan pahitnya adalah, angka pengangguran di Palestina hampir mendekati presentase 50%. Maka, tidak heran jika mantan Presiden Amerika Jimmy Carter menyatakan bahwa pendudukan Israel atas Palestina tidak bedanya dengan kebijakan rasis Apartheid yang pernah dianut oleh pemerintah Afrika Selatan." Lanjutnya, dengan nada yang sedikit mereda. Seperti menemukan pilihan tepat, diantara kucing dalam karung.

“Lantas, Siapa yang benar dalam hal ini man?”, tanyaku mendesak Soeparman, sedikit memaksanya untuk menggunakan pita suaranya.

“Ich konnte all die Juden in dieser Welt zu zerstoren, aber ich lasse ein wenig drehte-on, so knnen sie herausfinden, warum ich sie getotet..!”, Kata Soeparma, dalam bahasa yang tidak sedikitpun aku mengerti, kecuali nada tegasnya yang kutangkap

"Bisa saja saya musnahkan semua Yahudi di dunia ini, tapi saya sisakan sedikit yang hidup, agar kamu nantinya dapat mengetahui mengapa saya membunuh mereka..", Adolf Hitler

“Oh shit, Fuck off.. Sial, itu bahasa jerman ya!?”

"Bagi orang yang memang harus berperang, perang adalah adil. Dan bila harapan hanya dapat diraih dengan perang, perang itu pun suci." [Titus Livius, 59 SM - 17 M]

*Dalam kunjungannya pertama kali ke Jakarta di tahun 1984, almarhum Yassir Arafat mengatakan bahwa perjuangan Palestina adalah untuk "mendirikan negara Palestina yang demokratis" bagi seluruh "orang Palestina yang beragama Kristen, Yahudi dan Islam dapat hidup dengan baik dan memiliki kewajiban yang sama sebagai warga negara". (Detik.com)


Khartoum, 22 Nov 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun