Mohon tunggu...
Mae Purple
Mae Purple Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Teacher | Goweser | Nice Mom | Dreamer | Creative/ Smile

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Senyum di Ujung Senja VI

16 Agustus 2013   10:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:15 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Angin semilir berhembus menerpa rambut Anah yang sedikit berantakan, pipi yang sedikit kotor, lusuh karena debu, sampai di depan pagar Anah tertegun heran

“ada apa ys kok rame ya?”

“ga tau coba yu tanya “ Anah dan Sandy terharan di rumah Anah sangat ramai banyak saudara dan tetangga datang membantu membuat kue dan menyiangi sayuran

“Assalamualaikum!”

“Waalaikum salam!”

Semua yang ada menjawab salam Anah, Anah bersalaman dengan ibu, bapak dan semua yang ada di sana.

“emih aya naon?” Anah bertanya heran kepada emih

“sok kadieu duduk dulu” emih menenangkan Anah yang masih bingung

“Anah…emih ga ada maksud apa-apa Cuma khawatir sama kamu, karena kamu teh jauh di Jakarta, terus deket sama Sandy, bukan emih ga percaya, tapi emih merasa takut kalau ada fitnah, jadi ya udah emih sama keluarga Sandy sepakat untuk menikahkan kalian”.

Anah melirik Sandy yang terlihat senyum senang memang ini yang di tunggu-tunggu Anah dan Sandy, tapi anah merasa ini terlalu terburu-buru.

“kunaon atuh emih ga rundingan dulu sama Anah?”

“ya emih sama bapak pikir Anah dan Sandy sudah saling suka, ya sudah sekarang mandi, makan terus istirahat”

Anah menuruti perintah emih walau hatinya masih bingung, Sandy pamitan pulang sambil kebingungan karena Sandy belum dapat pekerjaan lagi setelah kontrak kerjanya di Lampung sudah habis. Tapi jauh lubuk hatinya bahagia akan menyatu selamanya bersama gadis yang di cintainya, sampai di rumah Sandy hanya tersenyum getir kepada ayah dan ibunya karena sudah tahu kabar pernikahannya dari keluarga Anah.

“Sandy…”ibu memanggil “sini duduk nak!”

Sandy duduk dengan tatapan masih bingung “ya bu!”

“Sandy sudah dengar kabarnya?”

“ya bu tadi dari emih “

“gi mana kamu senangkan?”

“aku memang senang bu itu yang di tunggu-tunggu Sandy, tapi masalahnya, Sandykan belum dapat kerja laqgi bu, ini terlalu tergesa-gesa!”

“ibu fikir juga begitu, tapi keluarga Anah mendesak terus, katanya nanti sambil jalan bisa cari kerja”

“ga semudah itu bu!”

“ya sudah semua ini sudah di putuskan tinggal tunggu besok, kamu harus siapkan mental kamu” ibu mendekati Sandy, sambil mengelus kepalanya “sudah sana mandi dan istirahat”

Sandy berlalu kearah kamar untuk mandi dan istirahat.

Di dalam kamar Sandy dan Anah masih merenungi apa yang akan terjadi besok masih seperti mimpi yang selama ini di harapkan, mereka berdua mimpi duduk di pelaminan denganpesta meriah dan banyak undangan teman-teman mengucapkan selamat, tapi besok acaranya akan sederhana, tanpa ada undangan, tanpa pesta, “ooo Tuhan inikah takdirmu untukku?” Anah dan Sandy berdo’a sama-sama dalam hatinya walau di tempat yang berbeda, tapi isi hatinya sama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun