Namun, jika sedari awal kita memakai kacamata positif, kita tetap bisa memetik pelajaran dari kesalahan tersebut sehingga kita menemukan cara untuk mencegah atau menghentikan mereka menyakiti anaknya lebih jauh.
Sebuah penelitian dengan topik sharenting yang dipublikasikan dalam Children and Youth Services Review Journal by Elsevier mencoba menggali lebih dalam perihal sharenting, mulai dari motivasi orang tua, respons anak-anak mereka ketika beranjak remaja, dampak positif dan negatifnya. Karen Verswijvel dan rekan-rekan peneliti dari University of Antwerp dan Artesis Plantijn University College Belgia melakukan wawancara semi terstruktur dengan 10 keluarga di negara tersebut.
Hasilnya, 17 dari 20 orang tua mengatakan sebagian besar postingan media sosial mereka terkait momen kebersamaan dalam keluarga, seperti makan di restoran, pergi ke taman hiburan, jalan-jalan, dan pesta ulang tahun. Dengan kata lain, orang tua tidak selalu memosting aktivitas harian, hanya berbagi momen penting saja.
Sebanyak 13 orang tua mengaku mereka membagikan prestasi atau kesuksesan anak di media sosial. Contohnya anak juara kelas, prestasi olah raga, dan sebagainya. Motivasinya karena bangga atau ingin memberi tahu keluarga dan teman-teman mereka.
Sebanyak 16 orang tua menganggap peristiwa negatif, seperti pertengkaran dan masalah rumah tangga tidak boleh dibagikan di media sosial karena merupakan ranah pribadi. Mereka lebih banyak berbagi pengalaman positif ketimbang negatif di media sosial.
Bagaimana komentar anak-anak yang telah beranjak remaja tentang sharenting?
Kira-kira separuh anak ternyata percaya orang tua mereka menghormati privasi mereka saat melakukan sharenting. Namun, semua anak sepakat bahwa seiring pertambahan usia, anak-anak remaja tadi ingin memiliki kendali atas privasi mereka sendiri.
Caranya bagaimana? Sebanyak tujuh remaja mengatakan orang tua harus meminta izin anak sebelum memosting sesuatu yang melibatkan mereka. Delapan remaja berpendapat orang tua harus bersedia menghapus informasi atau postingan terkait mereka jika diperlukan.
Mayoritas remaja lebih suka orang tua mereka tidak membagikan terlalu banyak informasi tentang anak di media sosial. Jika orang tua hendak membagikan informasi tersebut, anak harus setuju terlebih dahulu, termasuk pilihan orang tua menandai atau tagging akun media sosial anak.
Awareness sangat penting. Akan tetapi, tetap ada rambu-rambunya. Setiap kali saya berbagi pengalaman membesarkan anak istimewa saya lewat tulisan di blog, postingan gambar atau video di media sosial, saya berusaha menyajikan informasi agar bisa diterima baik oleh pembaca sekaligus menghormati privasi anak spesial saya.
Berikut adalah lima tips sharenting bijak yang bisa diadopsi orang tua.