Dunia digital perlu konsisten menciptakan interkoneksi baru dan memperkuat ikatan antara sesama manusia. Dunia digital tak seharusnya membuat frustasi orang lain, apalagi mengintimidasi, mendatangkan rasa lelah, dan memicu konflik.
Dunia digital hendaknya menciptakan empati, yaitu kemampuan kita merasakan emosi orang lain. Ini adalah mekanisme yang bisa menyatukan manusia di saat-saat paling dramatis dalam hidup.
Berikut tips menumbuhkan empati supaya ruang digital, khususnya media sosial tidak mengurangi kebahagiaan hidup kita.
1. Prioritaskan kontak mata
Ketika komunikasi manusia diturunkan dari tatap muka ke perangkat digital, siapapun pasti menjadi lebih buruk mendeteksi emosi. Bahasa tulisan sudah pasti berbeda dengan bahasa melalui nada suara atau sentuhan.
Jadi, pastikan kita memprioritaskan interaksi tatap muka dalam kehidupan sehari-hari. Untuk membicarakan hal-hal penting, sekiranya kita tak bisa bertemu langsung, pilihlah opsi video call atau sambungan telepon ketimbang chat atau SMS.
Saat video call misalnya, mantapkan pandangan ke lawan bicara melalui lensa kamera ponsel, seolah-olah kita sedang bertatap muka langsung dengannya. Jangan membuang pandangan kemana-mana. Ini adalah cara sederhana mempertahankan kontak mata.
Sekiranya kita membaca unggahan orang lain di media sosialnya, ingatlah bahwa unggahan apapun itu secara inheren tidak otomatis bisa dideskripsikan lengkap selengkap bicara tatap muka. Maka dari itu penting bagi kita mengadopsi lebih banyak rasa ingin tahu. Jangan gampang tersulut emosi hanya karena satu unggahan yang kurang berkenan di hati kita.
2. Ruang digital adalah ruang untuk membina hubungan baik
Mereka yang memanfaatkan jaringan internet untuk berinteraksi lewat ponsel, laptop, dan perangkat menggunakan layar lainnya pasti memaklumi bahwa komunikasi hari ini tidak bisa total dilakukan lewat tatap muka. Maka dari itu mereka menggunakan ruang digital, khususnya media sosial untuk membina hubungan baik.
Caranya?
- Gunakan fitur video call untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga atau teman yang terpaut jarak jauh.
- Unggah pesan dukungan untuk keluarga, rekan, sahabat yang menumbuhkan hubungan baik lebih bermakna, misalnya dengan komunitas.
- Gunakan media sosial untuk belajar tentang orang-orang dari tempat berbeda dan budaya berbeda.
- Hindari perspektif negatif, misalnya menganggap orang lain lebih baik atau lebih buruk dari kita. Kembangkan perspektif positif yang lebih humanis supaya kita bisa memahami orang-orang dari latar belakang berbeda.
3. Cobalah berempati menyikapi konflik
Sebelum kita terbawa arus 'menyerang' orang lain di ruang digital, ambil napas dalam-dalam, embuskan perlahan. Konflik sering kali membuat kita merasa terancam, marah, dan defensif. Namun, hati-hati, perasaan seperti ini justru berpotensi mengubah cara kita berpikir jernih, sehingga sulit menumbuhkan empati.
Kita mungkin tidak sadar, ketakutan justru memperbesar keinginan kita untuk menarik diri atau melarikan diri. Kemarahan menempatkan kita menjadi pusat perhatian dan kita akan berusaha menemukan orang lain untuk disalahkan. Defensif mengarahkan pikiran kita hanya fokus pada diri sendiri, alih-alih mempertimbangkan perasaan orang lain.