Ruang digital memungkinkan kita menjalankan aktivitas tanpa batas setiap harinya. Namun, acap kali dunia digital berlawanan dengan intuisi yang menuntut kita menjadi lebih manusiawi atau humanis.
Saya ambil contoh tragedi kecelakaan yang merenggut nyawa pasangan artis kondang di Jalan Tol Jombang baru-baru ini.
Media sosial, mulai dari Instagram, Twitter, Facebook, hingga YouTube milik para artis ramai menuliskan ucapan belasungkawa yang entah kepada siapa mereka tujukan. Kebanyakan mereka menautkan unggahannya dengan akun media sosial almarhumah dan suaminya yang entah dibaca atau tidak oleh yang bersangkutan di alam sana.
Semua demi konten!
Tanda likes dan komentar berdatangan. Engagement rate profil Instagram-nya naik berkat penyebutan nama korban. Views medsos-nya meroket seketika karena disertai berbagai tagar yang mengundang followers datang, bak memancing semut dengan gula.
Satu-satunya akun medsos artis yang menurut penilaian saya cukup 'bijaksana' dalam memilih angle adalah Podcast Deddy Corbuzier. Beliau menghadirkan langsung orang yang tepat untuk membahas kejadian tersebut, yaitu Dirlantas Polda Jatim.
Lainnya? Entahlah. Sila tanyakan pada rumput yang bergoyang atau pada cicak-cicak di dinding yang diam-diam merayap.
Kebanyakan mereka mewawancarai pihak yang 'mendadak' jadi berkepentingan. Pokoknya selama yang dibahas adalah mendiang artis, seandainya kucing bisa bicara pun, pasti si kucing bakal dijadikan objek wawancara di TV.
Ruang Digital yang Humanis
Perkembangan ruang digital di Indonesia kian masif. Semua berkat internetnya Indonesia yang terhubung dari Sabang sampai Merauke. Salah satu buktinya, IndiHome selaku market leader fixed broadband di Indonesia terus mencatat peningkatan kebutuhan pelanggan akan internet cepat.
IndiHome kini melayani lebih dari 8,3 juta pelanggan dari 496 kota dan kabupaten di Indonesia. Jumlah pelanggan IndiHome tumbuh 11,4 persen year on year (yoy) sepanjang semester pertama 2021.