Mohon tunggu...
Maydearly89
Maydearly89 Mohon Tunggu... Guru - Literasi Negeri

Saya adalah seorang pegiat literasi, blogger, penulis buku, editor buku, trainer, dan guru di SMP Negeri 1 Lebakgedong.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Bunga Surga

2 Juli 2021   08:00 Diperbarui: 2 Juli 2021   08:02 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Terimakasih bu" balas Tian sambil mencium tanganku sebanyak 3 kali. Nampak rona bahagia terpancar lewat senyum tipis si hitam manis.

Setelah bagi rapot selesai, aku dan anak-anak kelasku berswa foto dengan riang, ada yang senang ada yang sedih menghadapi libur. Barisan pun mulai bubar, aku berjalan menuju kantor dengan manaiki anak tangga. Tiba-tiba dibelakang ada suara memanggilku. Setelah ku tengok, ternyata ia adalah si pemilik senyum manis.

"Bu, sekali lagi, terimakasih ya. Tian pamit Pulang" Ujarnya sambil menyalamiku untuk yang ke empat kalinya.

"Hati-hati ya Nak" balasku. Seperti ada rasa sedih yang menyibak hati ketika Tian melangkah pergi.

Ku perhatikan dengan lekat derap langkahnya yang seperti berat, dua meter kemudian ia menengok ke belakang sembari melemparkan senyum manis. Tak seperti biasanya pemandangan yang kudapati di hari itu. Karena Tian adalah si manis yang pendiam, tak banyak bicara, dan tak sering bersenda gurau.

***

Episode libur pun dimulai, dua minggu berlalu ku tanggalkan profesi yang mengajar si putih biru. Cuaca yang extrim di penghujung tahun dengan curah hujan yang tinggi membuat kumpulan hari-hari menjadi lebih terisi dengan aktivitas di rumah.

Penghujung tahun pun tiba, biasanya manusia bak penonton yang merindukan tawa dan hiburan. Namun kali ini nampak berbeda, cuaca yang diguyur hujan tanpa henti seakan memberi isyarat untuk tunduk dalam do'a lekat dalam dzikir. Tak ada hingar bingar suara petasan, tak ada suara terompet, semua penduduk luruh dalam balutan hujan yang resah.

1 Januari 2020, menjadi kenangan paling mencekam selama hidupku. Hujan seperti tiada lagi membawa lengkungan pelangi, ia seperti nanar dengan membawa air bah yang menenggelamkan desa. Jeritan suara bersahutan menggambarkan hati yang gemetar.

Kisah panjang ini dimulai, tentang dia si pemilik senyum manis. Siswaku yang pandai nan pemalu yang ku panggil ia sebagai Tian. Jika waktu bisa diputar, ingin rasanya aku kumpulkan kekuatan untuk menolongnya yang terjebak dalam longsoran tanah.

Pagi itu matahari malu untuk terbit, hujan membasahi atap rumah Tian. Ia bersama kedua adiknya menikmati kartun penyambut pagi 'Masha and the Bear' adalah totonan yang digemari adiknya yang berumur 4 tahun. Dengan gayanya yang penyayang, Tian membersamai kedua adiknya diruang TV. Ibunya dengan santai membuat kudapan di daur, dan ayahnya menyeruput secangkir kopi hitam di teras rumah sambil menatap hujan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun