diabetes melitus meningkat 700% dalam 10 tahun saja, dengan kasus diabetes tipe-1 ditemukan sebesar 90-95% dari keseluruhan kasus diabetes anak. Diabetes melitus tipe-1 terjadi ketika tubuh tidak bisa menghasilkan insulin yaitu hormon yang mengubah glukosa menjadi energi yang dibutuhkan sel tubuh, karena kelainan sistem kekebalan tubuh yang justru menyerang sel pankreas sebagai organ yang memproduksi insulin.
    Berdasarkan data yang dirilis IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) jumlah anak berusia 0-18 tahun yang terkenaApa faktor risiko anak bisa terkena diabetes melitus?
- GenetikÂ
Orang tua yang menderita diabetes melitus tipe-1 berisiko lebih tinggi menularkan penyakit ini kepada anaknya, karena gen  terkait sistem kekebalan tubuh menyebabkan diabetes.
- Virus
Infeksi virus seperti virus rubella dan virus gondongan menyebabkan kerusakan pada jaringan pankreas sebagai penghasil insulin, sehingga sistem kekebalan tubuh merespon dengan menyerang sel pankreas.
- Usia
Anak yang berusia 4-6 tahun dan 10-14 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe-1 karena usia tersebut berada pada fase pertumbuhan yang melibatkan perubahan hormon signifikan.
- Asupan susu sapi atau formula yang terlalu dini
Karena sistem kekebalan tubuh yang salah mengenali protein tersebut sebagai ancaman dan menyerang pankreas yang memproduksi insulin.
Waspada gejala diabetes tipe-1 pada anak sebagai berikut
- Warna kulit menghitam
Kulit anak akan menghitam, kering, tebal, kasar, dan teksturnya berbludru di area pangkal siku, ketiak, paha dan sekitar leher.
- Muncul luka atau infeksi tubuh yang sulit sembuh
Anak yang menderita diabetes akan memiliki luka yang sulit sembuh karena bakteri berkembang biak cepat ketika kadar gula tinggi, anak juga semakin mudah terkena infeksi.
- Nafsu makan meningkatÂ
Anak memakan lebih banyak karena penderita diabetes kesulitan menghasilkan energi sehingga sering merasa lapar untuk memperoleh energi.
- Berat badan turun
Merupakan salah satu tanda pertama diabetes, berat anak turun meskipun makan banyak karena kurangnya pasokan energi dan gula sehingga jaringan otot dan simpanan lemak akan menyusut.
Bagaimana penanganan diabetes pada anak?
- Terapi insulinÂ
Anak yang menderita diabetes akan sangat bergantung dengan insulin sebagai terapi utama dan pemberian suntikan 3-4 kali sehari tergantung jenis insulin dan keparahan penyakit.
- Nutrisi
Nutrisi yang baik dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak penderita diabetes melitus tipe-1, prinsip terapinya dengan makan sehat seperti sayur, buah, susu, gandum dan daging rendah lemak yang disesuaikan kebutuhan kalori harian anak.
- Aktifitas fisik
Aktivitas fisik akan menurunkan kebutuhan insulin serta meningkatkan metabolisme tubuh, rekomendasi aktivitas fisiknya dengan aerobic, olahraga yang menguatkan otot dan tulang selama lebih dari 60 menit per hari.
- Pemberian obat
Pemberian obat ini bertujuan untuk mencegah komplikasi, biasanya akan diberikan obat penurun kolesterol, aspirin, dan tekanan darah tinggi.
   Meskipun penyakit diabetes melitus tipe-1 tidak dapat disembuhkan, tetapi dengan pemantauan dan tata laksana yang tepat anak tetap memiliki kualitas hidup yang baik. Orang tua juga diharapkan lebih memperhatikan faktor risiko dan gejala yang mungkin sudah dialami oleh anak sebelum terlambat, serta tingkatkan upaya untuk menjaga kesehatan anak anda karena banyak penyakit berbahaya yang kini tidak hanya menyerang orang dewasa saja namun juga anak-anak.
Â
Daftar Pustaka
Mingqiang, Z., & Guanping, D. (2023). Diagnosis and management of diabetes mellitus in children. Chinese Journal of General Practitioners, 22(7), 671–676. https://doi.org/10.3760/cma.j.cn114798-20230214-00126
Obar, O., Hartati, S., & Zahara, S. A. P. (2024). Faktor-Faktor Penyebab Ternyadinya Diabetes Melitus Pada Anak Pra Sekolah Di Wilyah Puskesmas Cianjur Kota. Lentera : Jurnal Ilmiah Kesehatan Dan Keperawatan, 5(2), 74–80. https://doi.org/10.37150/jl.v5i2.2417
Pulungan, A. B., Annisa, D., & Imada, S. (2019). Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak: Situasi di Indonesia dan Tata Laksana. Sari Pediatri, 20(6), 392. https://doi.org/10.14238/sp20.6.2019.392-400
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H