Mohon tunggu...
Maemuna Mutakabbir
Maemuna Mutakabbir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

memasak, berenang, mendengakan musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Strategi Global Untuk Mengatasi Anemia Pada Anemia: Tantangan dan Solusi Menuju 2025

23 Agustus 2024   08:01 Diperbarui: 23 Agustus 2024   08:15 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Anemia adalah masalah kesehatan global yang memengaruhi jutaan perempuan di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang. Pada tahun 2012, Majelis Kesehatan Dunia (WHA) menetapkan target ambisius untuk mengurangi prevalensi anemia pada perempuan usia reproduksi sebanyak 50% pada tahun 2025. Dengan waktu yang semakin mendekati target tersebut, penting untuk menilai perkembangan yang telah dicapai, tantangan yang dihadapi, dan solusi yang dapat diimplementasikan untuk mencapai tujuan ini.

Anemia, yang sebagian besar disebabkan oleh defisiensi zat besi, memiliki dampak signifikan pada kesehatan dan kesejahteraan perempuan. Kondisi ini dapat menyebabkan kelelahan, penurunan produktivitas, serta peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Anemia juga berkontribusi pada angka kematian ibu yang tinggi di banyak negara berkembang. Data dari tahun 2011 menunjukkan bahwa 29% perempuan yang tidak hamil dan 38% perempuan hamil berusia 15-49 tahun mengalami anemia. Angka-angka ini mencerminkan besarnya tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai target WHA.

Meskipun upaya untuk mengatasi anemia telah dilakukan di banyak negara, kemajuan yang dicapai masih belum memadai. Salah satu tantangan utama dalam mengurangi prevalensi anemia adalah kompleksitas faktor penyebabnya. Selain defisiensi zat besi, anemia juga dapat disebabkan oleh defisiensi mikronutrien lainnya, infeksi seperti malaria, dan penyakit kronis. Faktor-faktor sosial dan ekonomi seperti kemiskinan, ketidaksetaraan gender, dan akses terbatas terhadap pelayanan kesehatan juga berperan penting dalam meningkatkan risiko anemia.

Selain itu, hubungan antara anemia dan masalah kesehatan lainnya seperti stunting, berat badan lahir rendah, kelebihan berat badan pada anak-anak, dan pemberian ASI eksklusif membuat penanganannya semakin kompleks. Sebagai contoh, perempuan yang mengalami anemia selama kehamilan memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko stunting. Oleh karena itu, strategi untuk mengatasi anemia harus mempertimbangkan interkoneksi dengan target kesehatan lainnya.

WHO telah merekomendasikan berbagai pendekatan untuk mengurangi prevalensi anemia, yang mencakup peningkatan diversitas makanan, fortifikasi makanan dengan zat besi dan asam folat, suplementasi zat besi, serta pengendalian infeksi dan malaria. Meskipun strategi-strategi ini terdengar efektif di atas kertas, implementasinya di lapangan sering kali menghadapi berbagai hambatan. Kurangnya infrastruktur kesehatan yang memadai, keterbatasan dana, serta resistensi budaya terhadap intervensi kesehatan seringkali menjadi penghalang bagi keberhasilan program-program tersebut.

Namun, meskipun menghadapi berbagai tantangan, ada beberapa negara yang telah berhasil menunjukkan penurunan signifikan dalam prevalensi anemia. Misalnya, program fortifikasi makanan di Venezuela telah berhasil meningkatkan asupan zat besi di kalangan masyarakat umum. Di India, distribusi suplemen zat besi telah membantu mengurangi prevalensi anemia pada perempuan hamil. Sementara itu, di Vietnam, proyek percontohan yang menggabungkan suplementasi zat besi dengan pengendalian malaria dan cacingan telah menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Keberhasilan-keberhasilan ini menunjukkan bahwa dengan komitmen yang kuat dari pemerintah, dukungan finansial yang memadai, dan implementasi program yang tepat sasaran, anemia dapat dikendalikan. Namun, keberhasilan ini juga menggarisbawahi pentingnya pendekatan yang disesuaikan dengan konteks lokal. Setiap negara memiliki tantangan dan kebutuhan yang berbeda, sehingga strategi yang berhasil di satu negara belum tentu efektif di negara lain.

Untuk mencapai target WHA pada tahun 2025, diperlukan tindakan prioritas yang lebih konkret dan komprehensif. Negara-negara harus meningkatkan upaya untuk mengidentifikasi dan memahami faktor-faktor penyebab anemia di kalangan perempuan usia reproduksi. Kemitraan antara pemerintah, organisasi internasional, dan sektor swasta juga harus diperkuat untuk memastikan adanya komitmen finansial yang berkelanjutan. Selain itu, kebijakan pembangunan yang mencakup aspek nutrisi harus diintegrasikan ke dalam program-program nasional, dan pelaksanaan program pengendalian anemia harus dipantau dan dievaluasi secara berkala.

Selain intervensi kesehatan, pendekatan multisektoral yang mencakup perbaikan kondisi sosial dan ekonomi juga sangat diperlukan. Pemberdayaan perempuan melalui pendidikan, peningkatan akses terhadap layanan kesehatan, serta pengentasan kemiskinan dapat berkontribusi pada penurunan prevalensi anemia. Dengan demikian, upaya untuk mengatasi anemia bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah pembangunan yang lebih luas.

Secara keseluruhan, meskipun tantangan untuk mencapai target WHA pada tahun 2025 sangat besar, pencapaian tersebut bukanlah hal yang mustahil. Pengalaman dari negara-negara yang telah berhasil menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat dan komitmen yang kuat, anemia dapat dikendalikan. Namun, waktu semakin mendesak, dan tindakan yang lebih tegas dan terarah diperlukan untuk memastikan bahwa target global ini dapat tercapai. Keberhasilan dalam mengatasi anemia tidak hanya akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan perempuan, tetapi juga akan membawa dampak positif yang luas bagi perkembangan sosial dan ekonomi global.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun