Mohon tunggu...
Maesa Mae
Maesa Mae Mohon Tunggu... Guru - Sensei

Buku: Metode Hebat Abad 21; Aktivasi Otak ala Berhitung Cepat diluar Kepala, KA21BDS melejitkan otak belajar dalam waktu 19 hari mengaktifkan otak kiri dan otak kanan menjadikan manusia mampu berhitung cepat secepat kalkulator. Buku Puisi Akrostik: 45 Lu'luatul Hub (Mutiara Cinta) Dan lebih dari 20 buku Antologi sudah terbit.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ku Tahu Engkau Mencintaiku

9 Oktober 2022   17:54 Diperbarui: 9 Oktober 2022   19:08 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sadar atau tidak bahasa tubuhmu selalu berkata

Aku ingin engkau selalu ada

Engkau mengagumiku dari awal bertemu

Engkau berkata padaku

Aku suka kamu

Mungkin kala itu hanya sebatas mengagumi

Karena aku seorang penulis

Engkau ajak aku menulis sebuah novel bersama

Sayang aku punya hati dan asa yang harus dijaga

Seseorang memilikimu juga berasa

Walaupun lelaki boleh miliki lebih idaman

Namun asa dan pandangan 

Harus dijaga agar tak kebablasan

Amanah ibuku selalu melekat dalam ingatan

Hingga aku tak boleh asal ambil putusan

Ibuku seorang wanita sama sepertiku dan belahan jiwamu

Yang harus dijaga kehormatan dan kedudukannya dihadapanku dan keluargaku

Jika ku mau merampas yang bukan hakku sudah kulakukan itu sejak dulu

Tapi aku ingin semuanya ridho (setuju)

Hingga tak ada yang merasa terganggu

Jangan pernah rusak hubungan karena asa

Yang bukan seharusnya

Banyak hal yang harus dipikirkan

Bukan memburu cinta tak karuan

Hanya akan membuat segalanya berantakan

Aku tahu walau engkau menjauh dariku

Aku yakin engkau selalu merindukan kehadiranku

Walau sepintas engkau selalu sempatkan melihatku

Namun aku selalu beku

Karena engkau bukan hakku

Aku memang tak seperti dulu 

Awal kita bertemu

Ceria dan mengasyikan yang selalu membuatmu rindu membiru

Namun itu tak boleh ku lakukan untukmu

Karena engkau bukan muhrimku

Asyik memang bersua denganmu 

Namun itu tak boleh diramu

Banyak fitnah menunggu

Membuatku bingung apa yang harus kulaku

Akhirnya kuputuskan menjauh darimu

Bukan aku benci padamu

Namun sikapmu menjatuhkan kehormatanku depan sahabatmu

Engkau tak bisa menjaga kehormatanku

Hingga ku berlalu kaku

Dan terdiam membeku dihadapanmu

Mungkin engkau bertanya ada apa gerangan

Harusnya engkau pikirkan

Apa gerangan yang telah aku lakukan?

Hingga ia menjauh tak berpamitan

Membuat hati tak karu-karuan

Ungkapan cintamu kau ukir dalam syair

Hingga ku termenung berpikir

Apa iya aku tak salah tafsir

Namun bahasa tubuhmu mengukir

Dalam laku yang terukir

Jakarta, 09 Oktobrr 2022

Maesa Mae

19.00 Wib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun