Faktor Penyebab Terdepresiasinya Rupiah
Terdepresiasinya nilai tukar rupiah bukanlah suatu fenomena yang terjadi secara tiba-tiba tanpa sebab. Faktor utama yang mempengaruhi nilai tukar adalah:
Ketidakstabilan ekonomi global: Ketegangan perdagangan antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Tiongkok, serta ketidakpastian politik di seluruh dunia, berdampak pada arus investasi global. Investor cenderung menghindari risiko dengan menarik uangnya dari negara-negara emerging market, termasuk Indonesia, dan memindahkannya ke aset-aset yang dianggap lebih aman, seperti dolar AS.
Defisit Perdagangan: Jika impor melebihi ekspor, negara tersebut mengalami defisit perdagangan. Defisit ini menyebabkan peningkatan permintaan mata uang asing dan memberikan tekanan pada nilai rupiah. Indonesia, yang banyak mengimpor barang konsumsi dan bahan baku industri, seringkali mengalami defisit ini.
Kebijakan Moneter: Kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Sentral AS dan Sistem Federal Reserve, termasuk: B. Kenaikan suku bunga juga mempengaruhi nilai tukar Rupiah. Meningkatnya suku bunga dolar telah meningkatkan minat investor untuk menginvestasikan uangnya di Amerika Serikat dibandingkan di negara berkembang.
Faktor dalam negeri: Ketidakpastian politik dalam negeri, masalah korupsi dan kurangnya kepastian hukum dapat mempengaruhi kepercayaan investor terhadap Indonesia. Hal ini membebaskan aset Rupiah dan mengubahnya menjadi mata uang asing.
Melonjaknya harga bahan pokok
Melonjaknya harga bahan pokok akibat melemahnya nilai tukar rupiah merupakan permasalahan yang serius. Berikut adalah contoh makanan pokok yang terkena dampaknya:
Gula: Mayoritas gula yang dikonsumsi di Indonesia masih diimpor. Depresiasi nilai tukar rupiah akan meningkatkan harga gula impor sehingga berdampak pada kenaikan harga di tingkat konsumen. Naiknya harga gula berdampak pada industri makanan dan minuman yang menggunakan gula sebagai bahan utamanya.
Minyak nabati: Bahan baku minyak nabati seperti minyak sawit dan minyak kedelai juga diimpor. Melemahnya nilai tukar Rupiah akan meningkatkan harga bahan baku tersebut dan juga akan meningkatkan harga minyak nabati di pasar.
Beras: Indonesia memproduksi beras di dalam negeri, namun kekurangan pasokan dalam negeri sering kali harus dipenuhi melalui impor. Depresiasi nilai tukar rupiah akan meningkatkan biaya impor beras sehingga mempengaruhi harga di pasar dalam negeri.