Mental Pecundang
Manakala kita menyerang pribadi orang saat beradu argumen sudah dipastikan itulah kualitas SDM kita. Mentalitas yang tak siap untuk berbeda pendapat. Ingin menang sendiri. Merasa benar sendiri. Sebuah ciri mentalitas seorang pecundang.
Secara psikologis, dalam diri manusia dikenal apa yang disebut dengan mekanisme pertahanan diri (self defense mechanism). Yang secara otomatis bereaksi ketika dirinya 'merasa terancam'.Â
Sigmund Freud (1856-1939) yang memperkenalkan istilah ini menyebutnya sebagai proses bawah sadar seseorang yang bertujuan melindungi dirinya dari kecemasan dengan memutarbalikkan realita dalam berbagai cara.
Meskipun dalam mekanisme pertahanan diri Freud ini tak semuanya bersifat negatif. Karena ada juga yang menjadi pendorong pada hal-hal positif sebagai jalan keluar dari kerasnya tekanan. Yang seperti ini biasanya disebut dengan mekanisme pertahanan diri sublimasi (sublimation), intelektualisasi (intellectualization), dan kompartementalisasi (compartmentalization). Â
Namun dalam kasus ad hominem ini yang bekerja adalah mekanisme pertahanan diri proyeksi (projection). Bentuk pembelaan diri manakala menutupi kekurangan, kesalahan, dan ketidakmampuan berargumen dengan cara menyalahkan orang lain, menyerang secara pribadi.
Atau mekanisme pertahanan diri berupa pengalihan (displacement), yakni pengalihan dari satu obyek ke obyek lain yang tidak ada hubungannya dengan pokok bahasan.
Mirisnya, mentalitas pecundang perilaku ad hominem seakan menjadi pembenar ketika serangan itu dibalut dengan egoisme paling agamis, paling nasionalis, paling pancasilais, paling moralis.
Bogor, 9 Januari 2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H