Mohon tunggu...
mad yusup
mad yusup Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menggemari nulis, membaca, serta menggambar

tinggal di kota hujan sejak lahir hingga kini menginjak usia kepala lima

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Tradisi Munggahan Pia Apple Pie

7 Maret 2024   18:48 Diperbarui: 7 Maret 2024   18:58 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Jelang memasuki bulan Ramadan, ada satu tradisi di lingkungan masyarakat Sunda dalam menyambut datangnya bulan suci tersebut. Yakni dengan makan bersama. Entah bersama keluarga, kerabat, tetangga, hingga teman lingkungan kerja.

Tradisi itu disebut munggahan. Terambil dari kata munggah yang artinya naik. Seperti halnya orang Sunda menyebut munggah haji untuk kata naik haji. Dan makna munggah atau naik di sini berarti akan dinaikkan, ditinggikan derajatnya orang-orang yang beriman di bulan yang penuh ampunan itu.

Tradisi munggahan merupakan sebentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan sekaligus pembersihan diri memasuki bulan suci, serta memohon agar terhindar dari perilaku yang buruk selama menjalankan ibadah puasa Ramadan. 

Sebenarnya tradisi di akhir bulan Sya'ban ini tak sebatas makan bersama semata, namun juga diawali dengan doa bersama dan diakhiri saling maaf-memaafkan. Selanjutnya berziarah ke makam orang tua atau keluarga yang sudah mendahului kita. Ada pula yang menyebut tradisi ini dengan nama sedekah munggah, apakah itu berupa uang atau berbagi makanan.

Kegiatan berbagi makanan dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadan inilah yang mendasari lahirnya acara munggahan di Pia Apple Pie. Berbagi dengan mereka yang kurang beruntung. Mulai dari anak-anak jalanan, pengamen, pengemis, hingga tukang rongsokan.

Pelopor usaha kuliner di kota hujan ini, sudah sejak lama memasukkan tradisi munggahan dalam agenda kegiatan sosialnya. Yang tentu saja dilangsungkan setiap menjelang bulan Ramadan. Di luar agenda rutin seperti bazar pakaian layak pakai dan nasi murah. 

Tak heran nama resto Pia Apple Pie dikenal pula di kalangan kelompok marjinal jalanan sekitar Kota Bogor. Bahkan kupon nasi murah-nya selalu ditunggu-tunggu.

Agenda Tetap Pia Apple Pie

Lebih dari dua dekade keberadaannya, nama Pia Apple Pie telah menjadi ikonik Kota Bogor, termasuk outlet Macaroni Panggang-nya yang tak asing lagi di telinga para pemburu makanan berkelas.

Namun di balik kesuksesannya sebagai tempat favorit kalangan menengah, Pia Apple Pie pun tak lupa untuk berbagi dengan mereka, para pejuang jalanan yang termarjinalkan. Lewat kegiatan sosialnya seperti bazar pakaian layak pakai serta penjualan nasi murah. Dan setahun sekali mengundang mereka untuk merasakan makan di outlet Pia Apple Pie dalam acara munggahan.

Semua ini tak lepas dari sentuhan sang pemilik Pia Apple Pie dalam menumbuhkan rasa empati di kalangan pegawainya. Melatih mereka merancang kegiatan-kegiatan sosial, salah satunya dengan mengadopsi kearifan lokal setempat seperti tradisi masyarakat Sunda ini.

Dan pada hari Selasa, 5 Maret 2024 lalu Pia Apple Pie kembali menggelar acara munggahan di salah satu outlet-nya.

Konsep dalam acara munggahan ala Pia Apple Pie ini terbilang unik. Sebagaimana acara sosial untuk bazar pakaian layak pakai dan nasi murah.

Di bawah koordinasi ketua seksi sosial (seksos) yang biasanya ditunjuk secara bergilir, mereka akan memajang iklan donasi untuk para pelanggan/pengunjung resto yang mau berpartisipasi. Sekali pun dana untuk acara makan bersama sendiri sudah dianggarkan.

Ketika ada pelanggan/pengunjung yang memberikan donasi, maka akan diberikan semacam welcome drink yang disertai kartu ucapan terima kasih di atas baki oleh pramusaji. Disertai penyampaian undangan secara langsung untuk berkenan hadir di acara munggahan.

Sehari sebelum hari H, kupon undangan  -sebagaimana kupon nasi murah-  disebar ke anak-anak jalanan, pengamen, pak ogah, pengemis, atau siapa pun yang layak diundang. Meski tak tertutup untuk mereka yang tidak mendapat kupon undangan.

Gelaran acara munggahan ini dikemas layaknya orang datang ke resepsi pernikahan/hajatan. Di pintu masuk ada sepasang penyambut tamu undangan. Baik tamu donatur maupun tamu anak jalanan tak dibedakan. Lalu para tamu akan diarahkan oleh pramusaji untuk duduk di kursi yang telah disediakan. Tentunya dengan layanan yang ramah.

Kursi-kursi undangan menghadap panggung yang di-setting bernuansa Islami. Setelah sambutan dari sang pemilik serta dilanjut dengan tausiyah dan doa, acara makan bersama pun dilaksanakan. Para pramusaji dengan cekatan melayani hampir seratusan undangan untuk menikmati hidangan yang digelar dengan model prasmanan itu.

Ketika ada pengemis yang kesusahan dalam berjalan karena kondisi tubuhnya, akan dilayani pramusaji dengan cara diantarkan langsung ke mejanya.

Acara makan bersama semakin meriah diiringi lantunan musik syahdu reliji yang dimainkan secara akustik oleh beberapa karyawan di atas panggung. Kadang beberapa pengamen ikut unjuk kebolehan menyanyi di atas panggung.

Tradisi munggahan yang digelar Pia Apple Pie ini tak sekedar acara socio-religius dalam konsep budaya Sunda, namun berdimensi relasi sosial antar manusia. Yang tak membedakan strata sosial.

Bogor, 6 Maret 2024

      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun