Mohon tunggu...
mad yusup
mad yusup Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menggemari nulis, membaca, serta menggambar

tinggal di kota hujan sejak lahir hingga kini menginjak usia kepala lima

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Berkarier di Karikatur

24 Juni 2023   07:00 Diperbarui: 26 Juni 2023   11:30 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komar sedang membuat karikatur. (Dokumentasi Pribadi)

Di kampung, posisinya mungkin bisa disejajarkan dengan tokoh masyarakat. Sebab namanya sangat dikenal sebagai seniman yang disegani sekaligus murah hati. 

Lelaki paruh baya ini akan mudah dimintai tolong untuk hal-hal terkait gambar dan tulisan. Mulai dari dekorasi untuk agustusan hingga kaligrafi penghias masjid. Bahkan tulisan pada kotak amal jariah.

Dialah Komarudin alias Komar. Seniman kebanggaan Kampung Kebon Jukut yang namanya sudah menasional bahkan go internasional sebagai ilustrator buku. Ya, gambar-gambarnya kerap menghiasi ilustrasi buku, terutama buku-buku penelitian hutan dari organisasi kehutanan internasional.

Bahkan jauh sebelumnya, lelaki yang akrab disapa dengan Mas Komar -padahal bukan keturunan Jawa- itu pernah juga menjadi ilustrator tetap Majalah Humor era pertengahan 90-an.

Akhir tahun kemarin, dia menggarap ilustrasi sejarah golok yang ditulis pemerhati budaya. Sebelumnya, Komar pun sudah menyelesaikan ilustrasi untuk buku filsafat karya guru besar IPB.

Dengan Kapur Tulis

Secara genetik, Komar tak punya darah seni dari keluarganya. Bahkan ayahnya, seorang haji justru dikenal pintar berbisnis dan menjadi satu-satunya orang di Kampung Kebon Jukut saat itu yang membuka jasa penyewaan perlengkapan hajatan.

Sayangnya, Komar kecil ditinggal sang ayah pada saat dia masih duduk di bangku sekolah dasar yang membuatnya harus menerima kenyataan tak bisa lagi melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

Dia harus menjadi tulang punggung keluarga di usia belia. Dia pun mulai bekerja di percetakan. Pekerjaan ini membuatnya terampil membuat dan memotong huruf dengan pisau cutter. 

Tetapi kegemarannya menggambar tetap tersalurkan karena kerap ada desain gambar untuk dicetak yang saat itu masih era mesin cetak offset dan sablon manual. Belum secanggih sekarang yang serba komputer. Serba digital print.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun