Sebuah buku katalog pameran lukisan berwarna krem bergambar lima ekor kelinci putih yang imut-imut tergeletak di antara tumpukan buku di meja kerja teman yang berprofesi sebagai ilustrator buku-buku penelitian.
"Ambil saja kalau suka. Itu kan katalog teman kita, waktu pameran di Singapura," ujar si ilustrator begitu saya mulai membolak-balik halaman katalog.
"Siapa?"
"Omay!"
Katalog lama tahun 2011 itu sungguh sebuah kejutan. Sebab tak tertulis nama Omay di sana. Tapi Cheng Shui, dengan foto wajah Omay yang tertera jelas di halaman dua. Benarkah ini Omay yang pernah saya kenal? Kenapa tiba-tiba jadi Cheng Shui? Apakah karena gaya lukisannya yang beraliran chinese art painting membuatnya harus berganti nama?
          ***
Secara pribadi, saya pertama kali mengenal Omay di awal tahun 2000. Saat ikut nongkrong bareng beberapa pelukis yang berkreasi di depan Kantor Pos Kebun Raya Bogor. Sempat juga beberapa kali main ke rumahnya yang terpencil itu. Menyaksikan aktivitas melukisnya. Termasuk melihat koleksi beberapa buku katalog seni di kamarnya yang sempit.
Karena urusan pekerjaan dan harus keluar daerah, akhirnya saya tak pernah bertemu dan kehilangan kontak selama dua dasawarsa. Hingga suatu hari usai keliling melihat-lihat villa di daerah Puncak yang hendak kami sewa untuk acara kantor, saya menyempatkan diri mampir ke rumahnya.
Sungguh tak menyangka, lelaki bertubuh kecil itu telah bermetamorfosa sebagai 'Mang Omay' yang cukup dihormati di kampung yang masih tetap sejuk dan hijau tersebut.
Namun pertemuan di rumah barunya yang besar, yang berseberangan dengan rumah lamanya yang kecil itu tak berlangsung lama. Saya harus kembali urusan kerja.