Mohon tunggu...
mad yusup
mad yusup Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menggemari nulis, membaca, serta menggambar

tinggal di kota hujan sejak lahir hingga kini menginjak usia kepala lima

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Logika Rumah Hantu

20 Agustus 2020   23:17 Diperbarui: 20 Agustus 2020   23:23 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Antara Berpikir Kritis dan Krisis Berpikir

Ketika Cak Lontong memainkan 'trademark'-nya yang khas dengan ucapan mikiir, sesungguhnya itu adalah sindiran yang tajam terhadap pola untuk senantiasa berpikir kritis yang mulai luntur menjadi krisis berpikir.

Atau 'Anda sepertinya kurang piknik' kata anak sekarang untuk menohok mereka yang dianggap kurang mau membuka wawasan.

Bagaimana tidak disebut krisis berpikir dan kurang wawasan, ketika kita ikut menertawai kehadiran 'kerajaan-kerajaan mimpi' tetapi di sisi lain kita pun ikut terjebak 'jargon-jargon mimpi' yang tanpa kita sadari telah mampu 'menyingkirkan' kita dari sikap kritis. Buktinya kita termakan berita hoax, mengagungkan kelompok sendiri, dan lain-lain.

Meminjam ungkapan Rene Descartes (1596-1650) yang terkenal yaitu 'cogito ergo sum', aku berpikir maka aku ada. Merupakan cara kita untuk tidak mudah begitu saja meng-amini apalagi mengekor bagai kerbau yang dicocok hidungnya.

Descartes mengajak kita untuk senantiasa bersikap skeptis. Dengan demikian akan membuka mata kita, pikiran kita, sekaligus menunjukkan keberadaan kita sebagai manusia. Metode keraguan dan rasa penasaran mendidik kita untuk tidak ragu berpikir kritis.

Dalam alam demokratis, logika apapun sah-sah saja. Itu pilihan. Mau percaya bumi itu datar, bumi itu bulat, teori konspirasi, khilafah, republik, kerajaan, hingga ramalan Joyoboyo. Bebas Merdeka!

Yang pasti tetaplah berpikir kritis, jangan sampai krisis berpikir akibat terhipnotis logika rumah hantu yang memenuhi jagat maya maupun mayapada.

Batu hanya bisa membatu. Kerbau hanya bisa meng-kerbau. Sementara manusia bisa membatu, bisa meng-kerbau.

Bogor, 20 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun