Mohon tunggu...
mado rusman
mado rusman Mohon Tunggu... Konsultan - menulis untuk mengingat

karena peristiwa bisa terlupa tanpa ada aksara termakna

Selanjutnya

Tutup

Music

Jadi, Mending Pestapora atau We The Fest?

25 September 2022   12:09 Diperbarui: 25 September 2022   12:08 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Kendaraan Umum: kita akan memangkas banyak pengeluaran jika menggunakan opsi ini, tidak ada risiko kehujanan, tidak terjebak macet, dan tidak perlu repot mencari slot parkir. Namun, tentu kita tidak akan mendapatkan flexibilitas secara waktu, dan ya beberapa langkah dan naik-turun tanga, tapi anggap saja olahraga. Ingin memasukan berdesakan sebagai Cons Point tapi belum tentu berdesakan juga. Transportasi umum yang tersedia: KRL dan Transjakarta

Mempertimbangkan kondisi yang ada, saya memutuskan untuk mengambil opsi ke tiga. butuh 90 menit untuk sampai ke gerbang utama festival.

Suasana festival begitu terasa dimulai sejak sebelum memasuki venue, sejumlah pengunjung menggunakan merch musisi kebanggaannya atau sebagian yang lain menjadikan kesempatan ini untuk menunjukan fashion statement mereka. Keren!

setelah masuk venue tentu lebih keren lagi, sejumlah booth merchants menanti untuk dikunjungi untuk pondasi sebelum kita menyaksikan pertunjukan. Namun, kehilangan sinyal dan keharusan untuk melakukan transaksi secara cashless tidak pernah menjadi pasangan yang serasi, tentu saja.

tidak banyak yang dapat saya ingat pada hari itu, karena saya harus mengejar jadwal transportasi umum. 

We The Fest 2022

Tidak pernah direncakan sebelumnya untuk mendatangi festival ini, bahkan mengikuti saja tidak, yang saya tahu, karena penyelenggara festival ini merupakan penyelenggara dari DWP sehingga saya berasumsi sajian utama dari festival ini adalah penampil dengan genre yang teramat sangat jarang saya dengarkan: EDM, sampai dengan Perunggu, salah satu Band yang saya penasaran dengan aksi panggungnya mengumumkan bahwa mereka akan tampil sebagai pembuka hari ke dua We The Fest. pada saat itu juga saya langsung membeli tiket khusus hari itu saja. Harga termurah yang ditawarkan atas tiket di link yang tersedia pada akun resmi We The Fest adalah Rp.700.000, ya, Rp.200.000 lebih mahal dengan apa yang harus saya bayar untuk mendapatkan tiket Pesta Pora selama 3 hari. Harga yang lebih mahal juga saya rasakan ketika saya mencoba membeli sebotol air mineral, dikarenakan transaksi di We The Fest ini menggunakan satuan token, sebotol air mineral tersebut dihargai 1 token, harga token adalah Rp.30.000 per token, jadi, saya membeli sebotol air mineral seharga Rp.30.000 apakah wajar? saya tidak tahu, yang jelas saya tetap membelinya karena tidak ada pilihan lain selain kehausan.

Konklusi:

Saya kira baik We The Fest maupun Pesta Pora menargetkan 2 pangsa pasar yang berbeda dari segala aspek, sehingga perbandingan yang terjadi tidak Apple to Apple, apalagi jika 2 festival ini berlangsung pada waktu yang berbeda, tidak ada salahnya untuk mendarangi keduanya tanpa melakukan perbandingan apapun, namun, karena kondisi yang ada memaksa saya untuk memilih, berikut kesimpulan saya:

Jika kalian punya banyak waktu,tanpa ingin kebobolan di anggaran, Pesta Pora adalah pilihan dengan Value For Money terbaik, kalian bisa menikmati festival dari awal hingga akhir karena Line Up yang tersedia lebih familiar bagi beberapa telinga, Line Up yang multi-genre juga memungkinan hadirnya multi-crowd, bisa bayangkan betapa asiknya menyaksikan musisi lintas genre ditengah penggemar yang juga tidak kalah lintas genrenya? sebuah pengalaman mengunjungi festival yang tidak perlah terlupakan, menceritakan apa yang kita lakukan di Pesta Pora dari Jumat-Minggu dengan suara yang habis pada hari Senin.

Di We The Fest, hampir setiap orang tidak hanya datang untuk menonton pertunjukan, mereka adalah bagian dari pertunjukan itu sendiri, mereka datang untuk berdansa, bernyanyi sebagian yang lain lupa telah melakukan keduanya. cukup sulit untuk bisa membatasi pengeluaran pada festival ini, selain karena transaksi hanya dapat dilakukan dengan token, yang tokennya sendiri cukup mahal, juga adanya sebuah brand pakaian yang menawarkan sejumlah benefit jika membeli pakaian pada event tersebut. ditengah area Gelora Bung Karno yang diapit gedung-gedung yang terlihat amat metropolis, juga akses yang jauh lebih mudah dengan adanya MRT, We The Fest adalah salah satu festival yang layak untuk diingat, kalau ingat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun