Mohon tunggu...
Madorii
Madorii Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Ganesha

Mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tri Hita Karana di Revolusi 4.0

21 September 2023   11:55 Diperbarui: 21 September 2023   12:06 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Adanya globalisasi dan revolusi 4.0 menyebabkan terjadinya megakompetisi, masyarakat cenderung bersifat individualistik dan materialistik, dengan kata lain masyarakat telah mengalami pergeseran dari masyakat yang bersifat sosioreligius ke dalam masyarakat yang materialistik lindividualistik, sehingga budaya gotong royong antar sesama dan toleransi dalam bermasyarakat sangat dibutuhkan untuk membangun kehidupan yang harmonis. 

Kemajuan teknologi tidak saja berdampak negatif terhadap kehidupan sosiokultural dan religius masyarakat tetapi juga telah menimbulkan polusi sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan. 

Fenomena ini merupakan suatu konsekuensi dari keangkuhan paradigma modernisasi dalam pembangunan yang cenderung mengesampingkan budaya tradisional dan kearifan lokal. Tri Hita Karana pada dasarnya adalah sikap seimbang dalam kehidupan antara Tuhan, sesama manusia, serta lingkungan alam. Membangun kehidupan yang harmonis, dinamis, dan produktif membutuhan pondasi filosifis yang kuat. Jika filosofi Tri Hita Karana menjadi sikap hidup masyarakat, maka hal – hal negatif tidak akan terjadi dalam upaya mencapai keharmonisan dan hidup bahagia.

1.Tri Hita Karana

Secara etimologis Bahasa Sanskerta Tri Hita Karana berasal dari kata “Tri” yang berarti tiga, “Hita” yang berarti kebahagiaan dan “Karana” yang berarti penyebab. Dengan demikian Tri Hata Karana berarti “Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan”. Hakikat ajaran Tri Hita Karana menekankan pada tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya, prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Pada dasarnya hakikat ajaran Tri Hita Karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan ini. Ketiga hubungan ini meliputi hubungan dengan sesame manusia, hubungan dengan alam sekitar, dan hubungan dengan Tuhan. Falsafah ini memiliki konsep yang dapat melestarikan keanekaragaman budaya dan lingkungan di tengah arus globalisasi dan homogenisasi.

Konsep Tri Hita Karana dikelompokkan menjadi tiga nilai, yaitu:

a.Hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa (Parhyangan)

b.Hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesamanya (Pawongan)

c.Hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungannya (Palemahan)

2.Konsep Tri Hita Karana

a.Parhyangan, hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai umat beragama atas dasar konsep theology yang diyakini khususnya umat Hindu, yang pertama harus dilakukan adalah bagaimana berusaha untuk berhubungan dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa melalui kerja keras sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

b.Pawongan, hubungan harmonis antara sesama umat manusia. Dalam hal ini ditekankan agar sesama umat beragama untuk selalu mengadakan komunikasi yang harmonis. Ini dipandang penting mengingat bahwa umat manusia selalu hidup berdampingan dan tidak bisa hidup sendirian.

c.Palemahan, hubungan harmonis antara umat manusia dengan alam lingkungannya. Menekankan kepada umat manusia untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan alam sekitar, sehingga terwujud keharmonisan alam dan tetap terjaganya keseimbangan ekosistem.

3.Penerapan Tri Hita Karana

a.Contoh penerapan Parhyangan, penerapannya dapat dilakukan dengan Dewa Yadnya misalnya dengan membersihkan pura-pura, taat bersembahyang dan melaksanakan ajaran-ajaran agama serta mengamalkan dharma.

b.Penerapan Pawongan, dengan menjaga dan menkalin hubungan yang baik dengan bersikap tenggang rasa, saling menghargai, dan saling tolong – menolong dengan setiap orang.

c.Penerapan Palemahan, menjaga kebersihan lingkungan serta menjaga kelestariannya.

Ajaran Tri Hita Karana telah menggariskan bagi umat manusia untuk selalu berupaya menjalin hubungan yang harmonis kehadapan Tuhan, antar manusia, dan hubungan yang harmonis terhadap alam dan lingkungan. Perubahan yang terjadi pada zaman global seperti sekarang ini, pola kehidupan manusia menjadi semakin instan dan pragmatis menuntut manusia untuk berpikir cerdas, cermat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di sisi yang lain, kehidupan global kadangkala juga merusak pola pikir manusia untuk meninggalkan pola kehidupan sosial, sehingga kadangkala manusia tidak lagi harmonis kehidupannya akibat lepas dari konsep ajaran Tri Hita Karana. Bukti emperik yang menyatakan kurang harmonis dari perilaku manusia dalam berbagai kasus yang melibatkan kelompok – kelompok tertentu terkait dengan semakin merosotnya moral manusia, yang jelas akibat kurangnya pemahaman untuk menjalin hubungan yang harmonis.

Referensi ::

Mahendra, Putu Ronny Angga, dan I Made Kartika. 2021. Membangun Karakter Berlandaskan Tri Hita Karana dalam Perspektif Kehidupan Global. Denpasar: Universitas Dwijendra

Adnyana, Putu Budi, dkk. 2020. Buku Ajar Tri Hita Karana. Depok: Rajawali Pers

Yhani, Putu Cory Candra. 2020. Filsafat Tri Hita Karana sebagai Landasan menuju Harmonisasi dan Hidup Bahagia. Singaraja: STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Parmajaya, I Putu Gede. 2018. Implementasi Konsep Tri Hita Karana dalam Perspektif Kehidupan Global: Berpikir Global Berperilaku Lokal. Singaraja: STAHN Mpu Kuturan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun