Mohon tunggu...
dinda kembara
dinda kembara Mohon Tunggu... -

membaca yang indah adalah membaca bunyi..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Semu

6 Desember 2013   09:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:15 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Merahnya tombak negaraku mulai menghitam
Putih warna baju bangsaku kini rusuh
Para penjaga terlena dalam kesudahan
Tembok berlumur darah semakin penuh luka
Mau dijadikan apa?
Atau sekalian dirobohkan saja?
Habis terkikis mungkin mata jalang y
ang bernyawa
tak tampak liar di jalanan dengan bambu runcing di ujung tangan
kata mereka bambu runcing sudah abadi di menara tertinggi
Tapi belum sempat aku
meringis
sudah kulahap jutaan tiang bangsa tercekik bengis

Ah, aku jadi bingung
Sebenarnya rumahku ini sudah merdeka atau belum?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun