Mohon tunggu...
Rachmadi
Rachmadi Mohon Tunggu... Administrasi - Sarjana Ekonomi yang sekarang bekerja di bidang Administrasi dan Keuangan

Menulis dan Bercerita

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Belanja "Online" atau Investasi "Online"?

7 Desember 2017   00:43 Diperbarui: 7 Desember 2017   15:44 1351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar editan pribadi

Ketika kita bertanya pada teman, kenalan atau saudara "Beli dimana sepatunya?" atau "Tasnya beli dimana?" Sebagian besar jawabannya beli di Lazada atau Tokopedia, atau toko online yang lainnya. Fenomena ini sering kali kita jumpai dilingkungan sekitar. Hampir semua barang yang dimiliki orang belinya ditoko online.

Tentunya kita sudah tidak bertanya-tanya lagi mengapa itu terjadi. Karena saya pikir semua orang saat ini sudah sangat dekat dengan kebiasaan tersebut. Bukan hanya karena ingin mengikuti tren namun juga belanja online ini memiliki segudang kelebihan dibandingkan belanja secara tradisional. Yang paling membedakannya adalah si pembeli tidak perlu datang lagi ke sebuah toko, tetapi hanya duduk manis dan menunggu dirumahnya saja karena barang yang dibeli akan diantarkan kepada si pemesan. Modalnya hanya tiga, smartphone, koneksi internet dan tentunya uang.

Namun pernahkah kita berfikir bahwa kebiasaan tersebut menjadikan kita sebagai orang yang berjiwa konsumtif tinggi?. Di Aceh misalnya, budaya konsumtif ini benar-benar terasa. Bukan hanya perempuan tetapi kaum laki-laki pun sudah menjadi seperti itu. Ironis memang, jika seorang yang masih diusia produktif tenggelam dengan budaya konsumtif. Lalu bagaimana? Mungkinkah kita tinggalkan kebiasaan belanja online itu? Jawabannya tentu tidak, tetapi alangkah baiknya bagi kita untuk memikirkan masa depan dengan mulai berinvestasi.

Investasi yaitu penanaman modal, biasanya dalam jangka panjang untuk pengadaan aktiva tetap atau pembelian saham-saham dan surat berharga lain untuk memperoleh keuntungan. Investasi merupakan usaha seseorang dalam mempersiapkan segala sesuatu yang dia butuhkan dimasa depan. Sangat penting untuk berinvestasi sejak dini, apalagi bagi seorang mahasiswa, berinvestasi bisa menjadi kegiatan positif agar uang jajan yang diberikan orang tua tidak hanya habis untuk ngopi saja  atau kegiatan lain yang tidak ada manfaatnya.

Pertanyaannya, mau investasi dimana? Beli tanah, beli emas ataukah beli dollar?. Ketiga hal yang disebutkan itu memang merupakan bentuk investasi. Tetapi yang saya maksud disini adalah berinvestasi dipasar modal. Zaman sudah maju, semuanya sudah pakai digital, dan investasi dipasar modal ini adalah salah satu contohnya. 

Ya, investasi dengan beli saham dipasar modal maksudnya. Kita setuju bahwa investasi dipasar modal ini sangat besar manfaatnya karena keuntungan yang didapat bisa berlipat ganda. Tak tanggung-taggung keuntungan dari fluktuasi saham dipasar modal ini lebih tinggi dari keuntungan deposito di bank.

Setidaknya ada tiga keuntungan yang bisa didapatkan oleh seorang investor saham dipasar modal, seperti yang dijelaskan di web finansialku :1) Capital Gain yaitu keuntungan yang kita dapatkan ketika membeli saham pada harga yang rendah kemudian menjualnya pada harga yang lebih tinggi. 2) Pendapatan pasif dari deviden, karena investor tidak perlu bekerja diperusahaan yang sahamnya dia dimiliki namun mendapatkan bagi hasil keuntungan dari pendapatan bersih perusahaan. 3) Likuiditas, yaitu kemudahan dalam mencairkan dana jika sewaktu-waktu si investor berniat untuk menjual sahamnya. Peluang untuk terjualnya saham itu sangatlah besar, berbeda jika kita investasi dibidang properti misalnya, menjual barang seperti itu membutuhkan waktu. Tapi kalau transasksi saham hanya dalam hitungan menit.

Perlu disadari bahwa investasi dipasar modal tetap ada resiko, karena apapun ceritanya setiap investasi pastilah memiliki resiko. Tetapi resiko bukan menjadi penghalang bagi seseorang untuk memulai investasinya. Saya teringat ucapan dari salah satu pembicara talkshow pasar modal di televisi waktu itu. Kata beliau "Investasi ibarat seseorang yang ingin belajar menyetir mobil, ketika itu menyetir terasa sangat sulit dan beresiko tinggi. Resiko kecelakaan selalu terbayang. 

Tetapi apakah setelah kita berhasil dan mampu menyetir mobil, resiko dan ketakutan itu masih ada? Pastinya tidak pernah terfikirkan lagi. Begitu pula dengan berinvestasi dipasar modal, mula-mula memang terasa sedikit takut karena beresiko, namun setelah investasi itu berjalan dan memberikan keuntungan bagi si investor maka resiko tadi seperti hilang dari ingatan". Menarik bukan?

Menteri Keuangan, ibu Sri Mulyani menginginkan generasi muda Indonesia untuk gencar berinvestasi dipasar modal. Karena melihat potensi generasi muda yang begitu besar. Generasi muda sangat akrab dan terbiasa dengan tekhnologi digital, peluang untuk menjadi investor pun terbuka lebar. 

Memang berbicara soal investasi ini belum puas rasanya jika kita tidak langsung mencobanya. Mulailah berinvestasi dipasar modal, manfaatkan tekhnologi yang ada digenggaman kita. Jangan biarkan kecanggihan tekhnologi saat ini melebihi kepintaran otak kita. Ayo berfikir cerdas, kurangi budaya konsumsi dan mulailah berinvestasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun