SOUP OF THE YEAR
“Masak apa hari ini, Bun?”
“Ya, yang mudah dan tetap bergizilah..”
“Aaaaah, pasti sop lagi, sop lagi, sabtu kemarin sop, rabu ini sop…”
Aktifitas untuk memasak sebagai seorang ibu tidak bisa dihindari. Memasak adalah upaya untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap saji untuk dikonsumsi, untuk para anggota keluarga, terutama anak- anak. Tidak bisa dipungkiri, sop adalah sayur yang mudah dibuat, menyenyangkan, rasanya cukup enak dan mudah membuatnya.
Sebagai perempuan dengan aktifitas yang harus dimulai sejak matahari terbit hingga mata bapak terbenam, memasak sop adalah sebuah kewajiban bagi saya di keluarga ini. Dengan hanya mengeluarkan uang sebanyak sepuluh ribu rupiah yang saya belanjakan pada tukang sayur dekat rumah, saya mendapat sayur- sayuran lengkap seperti wortel, kentang, kol, tomat, daun bawang, bawang putih, bawang merah, dan beberapa potong ceker ayam untuk kaldu. Menu Sayur Sop sudah saya hafal di luar kepala. Saya mampu mengolahnya kurang dari 30 menit, pukul 7 pagi ketika anak- anak sudah mulai bangun, mereka sudah bisa mencium aroma kaldu ayam yang lezat dan berasal dari Sayur Sop buatan Bundanya.
“Bosen ah kamu, masaknya itu- itu saja!”
“Ini yang paling cepat dan mudah aku lakukan sebelum berangkat kerja, jadi nanti anak- anak kalau mau makan sudah siap”
“Ah kamu ini, gak becus banget jadi perempuan…”
Tidak becus jadi perempuan? Betulkah? Karena saya memasak hal yang mudah dan (dengan) menggunakan uang seadanya, saya masih harus menerima cacian bahwa saya seorang perempuan yang tidak becus.
“Kalau aku tidak becus, kamu dong becus cari uang supaya saya di rumah bisa masak menu lain layaknya di restoran!” ujar saya ketus.
“Lho, siapa yang suruh kamu kerja?”