Mohon tunggu...
Ni Loh Gusti Madewanti
Ni Loh Gusti Madewanti Mohon Tunggu... profesional -

Penulis adalah seorang perempuan dengan dua anak perempuan yang hebat. Hobi bersekolah dan memilih lulus dari program studi Pascasarjana Antropologi Universitas Indonesia. Lari dari Jakarta dan menghabiskan waktu dengan bercumbu pada buku, berdebat dengan angin lalu, dan mengusahakan diri untuk tetap sadar serta mengedepankan akal sehat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Soup of The Year

10 April 2014   22:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:49 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13971178061944997862

SOUP OF THE YEAR

“Masak apa hari ini, Bun?”

“Ya, yang mudah dan tetap bergizilah..”

“Aaaaah, pasti sop lagi, sop lagi, sabtu kemarin sop, rabu ini sop…”

Aktifitas untuk memasak sebagai seorang ibu tidak bisa dihindari. Memasak adalah upaya untuk mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap saji untuk dikonsumsi, untuk para anggota keluarga, terutama anak- anak. Tidak bisa dipungkiri, sop adalah sayur yang mudah dibuat, menyenyangkan, rasanya cukup enak dan mudah membuatnya.

Sebagai perempuan dengan aktifitas yang harus dimulai sejak matahari terbit hingga mata bapak terbenam, memasak sop adalah sebuah kewajiban bagi saya di keluarga ini. Dengan hanya mengeluarkan uang sebanyak sepuluh ribu rupiah yang saya belanjakan pada tukang sayur dekat rumah, saya mendapat sayur- sayuran lengkap seperti wortel, kentang, kol, tomat, daun bawang, bawang putih, bawang merah, dan beberapa potong ceker ayam untuk kaldu. Menu Sayur Sop sudah saya hafal di luar kepala. Saya mampu mengolahnya kurang dari 30 menit, pukul 7 pagi ketika anak- anak sudah mulai bangun, mereka sudah bisa mencium aroma kaldu ayam yang lezat dan berasal dari Sayur Sop buatan Bundanya.


“Bosen ah kamu, masaknya itu- itu saja!”

“Ini yang paling cepat dan mudah aku lakukan sebelum berangkat kerja, jadi nanti anak- anak kalau mau makan sudah siap”

“Ah kamu ini, gak becus banget jadi perempuan…”

Tidak becus jadi perempuan? Betulkah? Karena saya memasak hal yang mudah dan (dengan) menggunakan uang seadanya, saya masih harus menerima cacian bahwa saya seorang perempuan yang tidak becus.

“Kalau aku tidak becus, kamu dong becus cari uang supaya saya di rumah bisa masak menu lain layaknya di restoran!”
ujar saya ketus.

“Lho, siapa yang suruh kamu kerja?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun