What! Pekik saya dalam hati! Siapa yang suruh saya kerja? Gundulmu rata! Saya kerja itu karena uang yang kita peroleh tidak cukup memenuhi kebutuhan hidup, dan kamu sebagai laki- laki belum mampu memenuhi kewajiban kamu sebagai kepala rumah tangga seperti apa yang kamu selalu banggakan selama ini. Geram saya dalam hati. Habis asa saya, saya tinggalkan Sayur Sop yang panas penuh letupan pemberontakan setengah hati.
Gara- gara Sayur Sop, mood saya seharian ini kacau balau. Kadang saya berpikir, apa benar saya tidak becus jadi perempuan? Apakah seorang perempuan itu dianggap sempurna kalau ia bisa masak makanan yang enak- enak, duduk manis berpoles make up di rumah, dan menunggu keajaiban uang datang tiba- tiba di depan pintu rumah tanpa usaha? Sementara kami perempuan, tidak bisa memungkiri hidup ini harus tetap berlanjut, perut anak harus terisi, dan tentunya perut bapak. Perut saya? Hanya saya dan Tuhan yang tau.
Inilah pangkal permasalahan yang terkadang tidak kita sadari, sebagai seorang perempuan biasa dengan kehidupan rumah tangga sehari- hari. Sayur Sop itu telah mendidik saya tetang permasalahan jender. Perempuan identik dengan pekerjaan domestik. Mereka harus menjadi ‘Sang Master Chef’ dalam rumah, kalau gagal akibatnya kritikan bahkan cacian yang diberikan oleh juri layaknya yang sering kita tonton pada tayangan ‘Master Chef’ menjadi hal yang lumrah untuk ditelan bulat- bulat. Tidak ada alasan apapun yang bisa ‘melindungi’ si Sayur Sop. Termasuk alasan kenapa sampai hati memasak masakan yang murah, mudah dan itu-itu saja. Karena sebagai perempuan saya harus tetap bekerja di ranah publik, untuk memenuhi kebutuhan hidup, tanpa harus meninggalkan peran saya sebagai seorang istri dan seorang ibu. Semoga saja.
“Hhhhhhhhhhhh…” saya menarik nafas dalam- dalam. “Sayur Sop, Sayur Sop..”
“Besok masak apa ya?” Tanya saya dalam hati.
“Kayaknya Sayur Sop oke juga..” saya tertawa sendiri.
Pelajaran hidup yang saya terima hari ini.***
*) Seluruh bagian dari cerita ini berupa fiksi. Kesamaan nama dan atau kejadian, adalah hal yang merupakan kebetulan belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H