Mohon tunggu...
Made Surawan
Made Surawan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Avant Garde Pengembangan Destinasi Wisata Indonesia

10 Januari 2017   05:41 Diperbarui: 10 Januari 2017   15:56 1255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Made Surawan

Angin surga potret pariwisata Indonesia adalah anugerah Tuhan berupa kombinasi ideal antara destinasi wisata yang elok dan Iklim cuaca yang “endess” (kata orang Jogja) dimana setiap sudut negeri ini di guyur sinar matahari belum lagi ditambah bumbu-bumbu penyedap akan pesatnya perkembangan pariwisata di Indonesia yang dihembuskan oleh berbagai pihak, dengan berbagai kepentingan. OK! Mari kita buka sekelumit data untuk memotret profile pariwisata Indonesia, data ini saya ambil dari berbagai sumber yang saya anggap cukup kredibel Allahu a’lam…

Dan Taarraaa…!!!, ternyata Indonesia hanya mampu men slice hanya 9% saja kue pariwisata ASEAN, ada apa gerangan dengan kita, hanya untuk bersaing ditingkat regonal saja kita kewalahan, selanjutnya untuk mengobati rasa penasaran coba kita lihat data Travel and Tourism Competitiveness Index dibawah ini. Dari data tersebut kita bisa berbangga hati (lebih tepatnya bersyukur…) karna benar kita dikaruniai Tuhan, kita unggul pada sisi Natural and Cultural Recourses dan satu lagi yang juga luar biasa adalah peringkat Price Competitiveness mengungguli semua negara di ASEAN.

Artinya ada sebuah Paradox bahwa kekayaan sumber daya alam pariwisata Indonesia yang sangat luar biasa itu sekalipun sudah ditawarkan dengan harga yang sangat murah ternyata belum mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap daya saing pariwisata Indonesia.”

Boro-boro memberikan nilai tambah, dengan modal keunggulan Natural Recources dan Price Competitiveness yang tinggi saja posisi Indonesia masih berada pada peringkat ke empat di tataran regional ASEAN dibawah Singapura, Malaysia dan Thailand.

WEF
WEF
Untuk itu perlu kiranya perlu para pemangku kepentingan atau stakeholder pariwisata Indonesia duduk bersama agar bisa keluar dari Zona ini. Perlu juga dipertimbangkan atau dicari cara-cara yang sifatnya out of the box. Maksudnya perlu strategi dan kecerdikan untuk mengembangakan pariwisata Indonesia baik dari sisi kuantitas dan kualitas destinasi wisata serta kuantitas dan kualitas kunjungan wisata. Thus... bagaimana caranya?

“Pariwisata dilihat sebagai suatu sistem (system approach) yang saling berhubungan (interrelated system); demikian halnya dalam perencanaan dan teknik analisanya. Pendekatan menyeluruh (comprehensive approach), pendekatan ini biasa disebut dengan pendekatan holistik. Seluruh aspek yang terkait dalam perencanaan pariwisata yang mencakup institusi, lingkungan, dan implikasi sosial ekonominya, dianalisis dan direncanakan secara menyeluruh. Pendekatan terintegrasi (Integrated approach); Pendekatan ini mirip dengan pendekatan sistem dan pendekatan menyeluruh. Pariwisata dikembangkan dan direncanakan sebagai suatu sistem yang terintegrasi baik ke dalam maupun ke luar. Dalam perencanaan suatu kawasan wisata, kawasan sekitarnya tidak bisa diabaikan, bahkan dipandang sebagai bagian integral perencanaan. Pendekatan ini didasari kebijakan dan rencana pemerintah, baik di tingkat nasional maupun di tingkat regional. Perencanaan pariwisata dilihat dari proses berkesinambungan yang perlu di evaluasi berdasar pemantauan dan umpan balik dalam kerangka pencapaian tujuan dan kebijakan pengembangan pariwisata selain itu pendekatan yang dapat dimplementasikan memiliki ciri: logis, luwes, obyektif dan realistis.”

Nah qoute yang tertulis diatas adalah pendekatan dari bahasa akademis, lalu bagaimana peran stakeholder lainnya, dalam pentahelix pariwisata Indonesia (akademisi, pelaku bisnis, komunitas, pemerintah, dan media), harusnya stakeholder lainnya secara bersama-sama mengambil peran dalam mengembangkan pariwisata Indonesia sesuai dengan porsinya masing-masing.

Keudian apa yang dimaksud dengan model pengembangan pariwisata secara avant garde adalah sebuah model pengembangan pariwisata dengan mengedepankan kreativitas baru dalam memunculkan destinasi wisata yang baru ataupun “menjual” destinasi wisata yang sudah ada.

Kembali kepada data Travel and Tourism Competitiveness Index pariwisata Indonesia yang memberikan skor tinggi pada Natural Resources dan Price Competitiveness maka kita bisa mulai dari sini, mengkomunikasikan keunggulan dari Index ini ke dunia pariwisata global.

Peranan masing-masing Stakeholder dalam pola hubungan senergisitas Pentahelix elemen-elemen Pariwisata Indonesia

AKADEMISI

  1. Membuat dokumentasi dan pendataan awal terhadap destinasi-destinasi yang sudah ada maupun destinasi wisata baru.
  2. Menganalisa seberapa besar dampak peningkatan kesejahteraan komunitas masyarakat setempat akibat adanya pengembangan destinasi wisata baru diwilayahnya.
  3. Melakukan riset tentang pengaruh pengembangan destinasi wisata baru terhadap Sustainability Environment dan Natural Conservation.
  4. Seluruh aspek yang terkait dalam perencanaan pariwisata yang mencakup institusi, lingkungan, dan implikasi sosial ekonominya, dianalisis dan direncanakan secara menyeluruh.
  5. Membuat konsep pengembangan pariwisata sehingga antara perencanaan dan proses pengembangan beriringan untuk menuju sebuah tujuan destinasi pariwisata yang ideal.

PEMERINTAH

  1. Pemerintah daerah juga berkewajiban untuk menerbitkan sebuah media informasi publik berupa direktori destinasi-destinasi wisata didaerahnya baik dalam bentuk digital maupun cetak.
  2. Sementara pemerintah pusat dapat membuat katalog atau direktori destinasi-destinasi wisata unggulan dari daerah-daerah secara nasional.
  3. Peran pemerintah pusat dan daerah yang utama adalah sebagai fasilitator dan memberikan insentif terhadap para pihak yang berkepentingan mempublikasikan destinasi-destinasi wisata melalui berbagai media.
  4. Pemerintah juga secara pro aktif mengundang dan mepresentasikan destinasi-destinasi wisata baru atau destinasi wisata minat khusus kepada para produser media, baik lokal maupun internasional.
  5. Pemerintah berperan aktif dalam membina masyarakat atau komunitas pariwisata, dan tetap berpihak kepada masyarakat dengan berpedoman kepada konsep CBT atau Community Based Tourism.

KOMUNITAS

  1. Komunitas masyarakat sebagai obyek sekaligus subyek pembangunan harus tetap berperan aktif, ikut berpartisipasi dan membangun suasana yang kondusif dalam setiap tahapan pengembangan pariwisata Indonesia oleh berbagai elemen pentahelix ini mulai dari tahapan Scouting, Documenting, Publishing sampai dengan Selling.

MEDIA

  1. Dalam era digital seperti sekarang ini materi dan content-content pariwisata begitu cepat waktu yang dibutuhkan mulai dari produksi sampai dengan terdistribusi ke masyarakat, tidak heran jika media memegang pranan sentral dalam konsep Avant Garde ini.
  2. Media dalam berbagai jenisnya baik digital online, TV Broadcastig, Radio maupun media cetak merupakan sarana terbaik dalam mentransmisikan atau membroadcast content sebuah destinasi wisata baru kepada wisatawan dengan coverage yang sangat luas.

PENGUSAHA

  1. Ada seribu alasan bagi seorang pengusaha mempublish sebuah destinasi baru dalam berbagai bentuk tayangan. Bagi seorang produser film memiliki kepentingan terhadap lokasi shoting, demikian juga halnya produser tayangan comercial TV. Bagi pengusaha Image and Video Footage juga berkepentingan terhadap Raw Material produknya, dan lain sebagainya.
  2. Dan tentunya bagi seorang pengusaha pariwisata bersama pemerintah dan masyarakat akan sangat berkepentingan membangun sarana prasarana wisata, jika obyek tersebut sudah dipublish media dan telah mengahsilkan feedback kunjungan wisata yang mulai naik.

Pentahelix Share dalam pengembangan Destinasi Wisata

SCOUTING

DOCUMENTING

PUBLISHING

SELLING

AKADEMISI
XX

PEMERINTAH

X
KOMUNITAS
XXXXMEDIA

X
PENGUSAHA

X

Benang merah dari tulisan ini bahwasanya Dalam era ICT (Information and Communication Technologies) ini modeling dalam pengembangan pariwisata jauh relatif lebih mudah dan murah untuk dilakukan dapat dikatakan satu-satunya yang membatasi hanyalah kreativitas.

Dengan konsep Avant Garde ini sepenuhnya bertumpu kepada kekuatan media digital serta produk audio visual beserta turunannya, mulai dari media sosial, blog, website, film, TV commercial untuk membroadcast atau mentransmisikan sebuah ide destinasi wisata kepada dunia.

Begitu selanjutnya content destinasi wisata menjadi viral media dan telah mengahasilkan feedback positif dari wisatawan, segera disikapi secara tepat oleh pemerintah, masyarakat dan pengusaha pariwisata dalam porsinya masing-masing dalam konsep CBT. Dan usaha-usaha semacam ini perlu dereplikasi untuk destinasi-destinasi baru lainnya sehingga bermunculanlah destinasi-destinasi wisata baru yang memanjakan wisatawan dalam melakukan pilihan. Ujung-ujungnya adalah peningkatan kuantitas destinasi dan wisatawan dan ujung berikutnya adalah peningkatan kualitas destinasi dan kualitas kunjungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun