Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Sex Pistols, SID, dan Bullying Penggemar ‘Idiot’

11 Oktober 2015   04:20 Diperbarui: 11 Oktober 2015   04:35 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sex Pistols"][/caption]

John Joseph Lydon aka Johnny Rotten, dedengkot musik punk yang  dikenal dunia saat dia menjadi vokalis utama Sex Pistols (1975-1978) kemudian membentuk beberapa band lain seperti Public Image Ltd (PiL), Afrika Bambaataa, dan Leftfield hingga mencoba menghidupkan kembali Sex Pistols dan PiL. Bersama ketiga temannya, Paul Cook, Glen Matlock, dan Steve Jones ia mengobrak-abrik jagat musik Inggris yang sudah mapan sebelumnya lewat The Beatles, Rolling Stones, atau juga Queen. Sex Pistols yang terispirasi oleh grup punk AS, Ramones, kemudian justru dikenal sebagai  pelopor dan bahkan tonggak musik punk, meskipun secara resmi, band nyeleneh ini hanya menghasilkan satu album saja, Never Mind the Bollocks, Here’s the Sex Pistols (1977), sisanya hanya berupa album kompilasi dengan satu atau dua lagu.

Lagu? Bagi orang ‘normal’ apa yang mereka sebut sebagai ‘lagu’ itu sama sekali nggak enak didengar. Lydon didaulat sebagai vokalis bukan karena suaranya yang merdu, sebaliknya, apa yang terdengar dari mulutnya hanya semacam geraman fals. Tapi itulah Lydon, ia dipilih Malcolm McLaren, seorang pemilik toko sextoys yang ingin meramaikan tokonya dengan cara mengubahnya menjadi tempat nongkrong anak-anak muda. McLaren lah yang kemudian menggabungkan Lydon dengan Jones, Matlock, dan Paul Cook yang  sebelumnya sudah kerja paruh waktu di tokonya itu. Dan itu diakui sendiri oleh Steve Jones, ‘we’re not music, we’re into chaos!’ yang terkenal di kalangan penggemar punk. Dan punk saat itu, tidak semata hanya sekadar ‘musik’ tapi adalah ‘pemberontakan’ seperti yang disuarakan Sex Pistols dalam lirik-lirik lagunya, seperti Anarchy in the UK.

Gonjang-ganjing kembali terjadi dalam tubuh Sex Pistols sendiri, terutama sejak masuknya Sid Vicius yang menggantikan Glen Matlock. Matlock yang dianggap terlalu lembek, ternyata dipecat gara-gara latar belakang keluarganya yang bersal dari kelas menengah. Sementara Vicius, sobat Lydon, punya affair dengan Nancy Spungen, dan kecanduan obat-obatan. Sid Vicius belakangan malah lebih dikenal ketimbang personel lainnya, karena kelakuan nyelenehnya, hingga kematiannya.

Musik, lirik, dan kelakuan Sex Pistol memanglah nyeleneh, bahkan sempat dianggap berbahaya di UK. Ini tak lain gara-gara lirik lagu mereka yang banyak berisi pemujaan terhadap obat bius, seks bebas, hingga caci maki terhadap kerajaan Inggris tanpa alasan yang jelas. Dalam single God Save Queen (sama sekali bukan lagu kebangsaan Inggris) misalnya, Sex Pistols bahkan terang-terangan menyebut Ratu Inggris sebagai ‘idiot’ belum lagi sampul album mereka (versi awal) menggambarkan Sang Ratu dengan tindik peniti! Gara-gara kelakuannya ini, hampir semua perusahaan rekaman yang mengontraknya kesulitan membuat promo, bahkan toko kaset pun ogah menjual kaset mereka karena ogah berurusan dengan aparat. Sex Pistols kemudian menggelar sebuah konser di atas perahu yang melayari Sungai Thames sebagai bentuk promo album mereka.

Entah kebetulan atau tidak, 40 tahun kemudian, di sini, dari kampung halamanku di Bali. Lahir sebuah band punk yang kemudian dikenal luas, Superman Is Dead (SID). Entah sangat menghayati gaya hidup punk ala Sex Pistols atau bagaimana, gaya hidup ala Sex Pistols terlihat pula dalam gaya SID. Tato, musik dengan lirik pemberontakan, dan sebagainya (yang lain saya tidak tau, nggak mau nuduh, entar dibilang fitnah), hingga peluncuran buku biografi mereka juga dilakukan di atas kapal pesiar yang melayari Teluk Benoa! Ini belum termasuk kata-kata yang banyak ditiru SID dari Sex Pistols seperti bunga, racun, anarki, dsb. Satu lagi, ternyata SID juga doyan mengumbar kata ‘idiot’ seperti yang dilakukan Sex Pistols pada Ratu Inggris. Korbannya? Penggemarnya sendiri! Lihat gambar ini:

 [caption caption="capture yang diposting penggemar dan dikomentari IDIOT oleh SID"]

[/caption]

Akun Facebook SID tanggal 9 Oktober 2015 memasang posting capture komentar penggemarnya tentang korupsi. Penggemar? Ya, lihat saja buku yang dipegang cowok itu, itu adalah buku Rasis! Pengkhianat! Miskin Moral! Yang baru diluncurkan SID di atas kapal pesiar di Teluk Benoa itu. Dan komentar SID (admin SID atau siapapun yang mengomentarinya, jelas itu tanggungjawab SID), singkat: IDIOT MINGGU INI.

Entah bagaimana kronologinya hingga penggemar cowok berinisial SA itu mengeluarkan pendapatnya tentang korupsi, lalu di-capture oleh SID dan dikomentari seperti itu. Postingan itu lalu dikomentari cewek berinisial YDR yang mengaku kecewa terhadap SID:

 [caption caption="Komentar cewek yang malah dibully SID dan lainnya"]

[/caption]

Bukannya ditanggapi serius, SID malah membalas komentar itu dengan ‘enteng’: Kena Ce*** Wa***! Astaga…  sebagai orang Bali, saya sendiri merasa tersinggung dengan komentar ‘enteng’ SID itu. Dan komentar itu juga dikomentari oleh seorang yang dari namanya terlihat berasal dari Bali, kok tumben sekarang adminnya kayak gini… menunjukkan ada sesuatu yang salah dengan komentar SID terhadap cewek itu.

Berikutnya, tak banyak yang mengomentari soal ungkapan Kena Ce*** Wa*** yang dilontarkan SID itu, mungkin tak banyak yang paham. Tapi banyak diantara komentar berikutnya yang membuli dua orang, RA yang ungkapannya di-capture dan komentar YDR yang kemudian banyak direndahkan kaperempuanannya, padahal ia hanya mengungkapkan kekecewaan pada SID karena mengomentari RA!

Entah apa yang terjadi, SID tampak cuek aja dengan komentar-komentar berikutnya yang membuli RA dan YDR, juga komentator lain yang berseberangan ‘paham’ dengannya. Dari berbagai komentar, terselip beberap orang yang mencoba membela RA dan YDR, tapi seperti sebelumnya, mereka kemudian menjadi korban bullying!

 

[caption caption="Komentar yang membela RA kemudian ikut dibully"]

[/caption]

[caption caption="Komentar yang membela RA kemudian ikut dibully"]

[/caption]

[caption caption="Komentar yang membela RA kemudian ikut dibully"]

[/caption]

Ini mungkin berkaitan dengan sikap saya yang berbeda dengan SID soal revitalisasi Teluk Benoa sebelumnya, tapi mungkin juga menguatkan sikap saya untuk semakin bersebarangan dengan SID meski dulu saya sempat menyukai musikalitas mereka. Musik itu juga soal attitude, lihat Slank yang pemberontak dan sempat sesat dengan narkoba tapi kemudian berusaha untuk mengajak penggemarnya yang ikut terpengaruh untuk kembali. Sikap terhadap sebuah hal adalah pilihan, termasuk dalam soal yang terjadi di Bali, juga pandangan soal korupsi yang disampaikan RA. Tapi mencemooh dan membully pandangan seseorang (yang notabene itu adalah penggemarnya sendiri) bukanlah sifat yang terpuji.

 [caption caption="Entah apa perasaan RA jika tau ia dibully idolanya, padahal ia begitu bangga pada SID"]

[/caption]

Bayangkanlah perasaan RA yang (mungkin) ingin terlihat rebel dan antimainstream dengan ungkapannya (mengikuti idolanya, terbukti dengan kebanggaannya memperlihatkan buku biografi SID di foto profilnya), justru malah menjadi korban cemoohan idolanya sendiri dan mendapatkan bully dari sesamanya. Bayangkan pula perasaan YDR yang bukan hanya kecewa pada sikap SID, tapi juga mendapatkan bully soal keperempuanannya.

Jika sudah begini, entahlah, siapa yang sesungguhnya idiot seperti yang dikatakan SID itu!

 

Nak Bali nawang melah agen Baline!

 

cekidot: fb.me/MNOykbmD (tapi jangan ikut bully ya)

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun