Mohon tunggu...
Madeni Al Lomboky
Madeni Al Lomboky Mohon Tunggu... Dosen - Penulis buku, Dosen, Da'i, Guru Ngaji, Pengusaha Muda

Dr. Madeni, M.Pd.I, dilahirkan di dusun Mentigi, Kabupaten Lombok Utara, NTB (Nusa Tenggara Barat pada tanggal 19 Juni 1987 dari pasangan Ibu Rakyah dan Bapak H. Suparman. Sejak Remaja mengenyam pendidik pesantren di MTs Ad Dinul Qayyim Kapek Gunung Sari Lombok Barat, kemudian Melanjutkan pendidikan SMA di Pondok pesantren Al Hikmah Pemenang, Lombok Utara sebelum Hijrah dan menutut Ilmu di Ma'had Ar Raayah Sukabumi, Jawa Barat, dan Menempuh pendidikan S1 di Kampus Dakwah STID Mohammad Natsir, serta S2 di Universitas Ibn Khaldun Bogor dan menyelesaikan pendidikan S3 Jurusan Ilmu Dakwah di Universitas Islam Asy Syafi'iyah, Bekasi serta Menyelsaikan Program Pendidikan Kader Ulama (PKU) Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia di PPMS Ulil Albab. Aktifitas sehari-hari sebagai dosen tetap di STID Mohammad Natsir, dan diamanahkan untuk menjabat sebagai Sekretaris Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, serta penulis buku Pemuda Ideal Harapan Umat dan Bangsa Dr. Madeni, M.Pd.I juga merupakan Da'i Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia yang pernah ditugaskan untuk berdakwah di Bolaang Mongondow, manado Sulawesi Utara serta terjun berdakwah ditengah-tengah masyarakat di lereng merapi Magelang Jawa Tengah selama satu tahun. Email:madeniallomboky@gmail.com Fb: Madeni Al Lomboky Ig: Madeni Al Lomboky twitter: Madeni Al Lomboky Youtube: Madeni Al Lomboky Hp: 085338140983

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku, Kamu, Dia, Kita Semua Memiliki Kewajiban yang Sama

19 Agustus 2022   17:37 Diperbarui: 19 Agustus 2022   17:53 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Madeni

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (Qs. Az-Zariyat: 56)

*****

Aku, kamu, dia, kita semua merupakan Makhluk ciptaan Allah Swt yang memiliki kewajiban yang sama yaitu beribadah

kepadaNya. Aku, kamu, dia, kita semua hidup di dunia ini diberikan kenikmatan oleh Allah Swt, diantara nikmat yang terbesar adalah nikmat Iman dan Islam.

Imam dalam makna yang sebenarnya, tidak hanya sebatas mengaku beriman hanya dalam ucapan, saya berislam tapi tidak setuju syariat Islam diterapkan, saya beriman tapi tidak mendirikan shalat, saya beriman tapi tidak melaksanakan puasa, saya beriman tapi tidak menunaikan ibadah haji.

Keimanan seperti ini belum dianggap memiliki iman yang sempurna, keimanan yang sempurna manakala seseorang mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan mengaplikasikannya dengan seluruh anggota badannya.

Dikisahkan dalam sebuah kisah, seorang laki-laki yang bermaksiat kepada Allah, menghadap kepada Ibrahim bin Adham untuk meminta nasihat kepadanya. Laki-laki itu berkata wahai Abu Ishaq (Panggilan Ibrahim bin Adham) Selama ini saya selalu bermaksiat kepada Allah, mohon berikan saya petuah dan nasihat.

Mendengar pertanyaan laki-laki tersebut Ibrahim memberikan Jawaban engkau boleh melakukan kemaksiatan manakala terpenuhi lima syarat. Mendengar jawaban tersebut laki-laki ini menjadi penasaran dan langsung meminta kepada Ibrahim bin Adham lima Syarat tersebut.

Ibrahim bin Adham kemudian menjawab syarat yang pertama, kalau engkau ingin bermaksiat kepada Allah jangan memakan rezeki Nya.Mendengar jawaban tersebut, pria itu mengernyitkan kening seraya berkata, bukannya semua yang ada di muka bumi ini rezeki dari Allah? Lalu aku mau makan dari mana?

''Ya betul,'' tegas Ibrahim bin Adham. ''Kalau engkau sudah mengetahuinya, masih pantaskah memakan rezekinya, sementara engkau selalu berkeinginan bermaksiat, kepadaNya?''

Yang kedua, kata Ibrahim kalau mau bermaksiat, jangan tinggal di buminya. Syarat ini membuat lelaki itu kaget setengah mati. Ibrahim kembali berkata kepadanya, Wahai Abdullah, pikirkanlah, apakah kamu layak memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumiNya, sementara kamu melanggar segala larangan-Nya? ''Ya, Anda benar,'' kata lelaki itu. Dia kemudian menanyakan syarat yang ketiga.

Yang ketiga, carilah tempat tersembunyi yang tidak dapat terlihat oleh-Nya, Kalau engkau masih mau bermaksiat. Lelaki itu kembali terperanjat dan berkata, Wahai Ibrahim, ini nasihat macam apa? Mana mungkin Allah tidak melihat kita.

Sementara Allah Al Bashir, Maha Melihat, melihat semua perbuatan hambaNya, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Semut hitam di batu hitam pada malam gelap gulita Allah melihatnya bahkan apa yang terbesit dalam hati Allah Maha tau itu semua.

''Nah, kalau memang yakin demikian, apakah kamu masih berkeinginan berlaku maksiat?'' kata Ibrahim. Lelaki itu mengangguk dan meminta syarat yang keempat.

Keempat Kalau malaikat maut datang hendak mencabut nyawamu katakanlah kepadanya, Mundurkan kematianku dulu. Aku masih mau bertobat dan melakukan amal saleh.

Laki-laki tersebut menggelengkan kepala dan segera tersadar, Wahai Ibrahim, mana mungkin malaikat maut akan memenuhi permintaanku? Wahai Abdullah, kalau anda sudah meyakini bahwa anda tidak bisa menunda dan mengundurkan datangnya kematianmu, lalu bagaimana engkau bisa lari dari murka Allah? Baiklah, apa syarat yang kelima?

Kelima Wahai Abdullah kalau malaikat Zabaniyah datang hendak menggiringmu ke api neraka di hari kiamat nanti, jangan engkau mau ikut bersamanya.

Perkataan tersebut membuat lelaki itu tersadar. Dia berkata, Wahai Aba Ishak, sudah pasti malaikat itu tidak membiarkan aku menolak kehendaknya. Dia tidak tahan lagi mendengar perkataan Ibrahim. Air matanya bercucuran.

Cukup-cukup. Mulai saat ini akut bertobat kepada Allah, katanya sambil terisak. Sejak saat itu lelaki tersebut fokus beribadah hingga ajal menjemputnya.

Ketika ibadah dilakukan di dunia, perintah dijalankan, larangan ditinggalkan maka di akhirat kita akan mendapatkan apa yang dijanjikan Allah berupa pahala, berupa surga, terhindar dari siksa, dijauhkan dari neraka.

Maka ketika itulah manusia akan mendapatkan keberuntungan hakiki, meraih kesuksesan sejati. Orang beruntung adalah ketika dia dimasukkan ke dalam surga dan dijauhkan dari api neraka.

Barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka dialah orang yang mendapatkan keberuntungan (Qs.. Al Imran: 185)

Allah berfirman tentang balasan amal shaleh seorang mukmin.

Barangsiapa mengerjakan kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Qs. An Nahl: 97)

Sebaliknya orang yang tidak beriman, tidak beribadah, tidak menjalankan perintah Allah dan rasulNya maka dia akan menjadi orang yang merugi dimasukkan kedalam neraka.

Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya (Qs. al Baqarah: 39

Maka oleh karena itu untuk mendapatkan keberuntungan, untuk memperoleh kemenangan, meraih surga, aku kamu, dia, kita semua hendaknya senantiasa beriman dan beribadah kepada Allah Swt dan menjalankan seluruh perintah serta menjauhi laranganNya.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun