Mohon tunggu...
Madeline Griselda Lim
Madeline Griselda Lim Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Tidak bekerja

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sindrom FOMO, Si Paling Takut Ketinggalan

9 Februari 2023   21:18 Diperbarui: 9 Februari 2023   21:29 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Fear of missing out atau yang biasa dikenal sebagai FOMO, merupakan sebuah sindrom yang sering dialami masyarakat khususnya para Gen Z. Istilah tersebut pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan asal Inggris bernama Dr. Andrew K. Przybylski, dan istilah ini pun sudah tercantum dalam Oxford English Dictionary sejak tahun 2013. Sesuai dengan namanya, FOMO memiliki arti "takut ketinggalan" dan biasanya ketakutan ini merujuk pada trend yang sedang booming. Sindrom FOMO ini membuat seseorang percaya bahwa semua momen berharga tidak boleh dilewatkan. Ini membuat mereka merasa gelisah dan terus menerus khawatir ketika tidak bisa mengikuti apa yang dilihatnya. 

Penggiat sosial, Damar Juniarto mengatakan banyaknya fenomena viral yang bertebaran di media sosial disebabkan banyaknya generasi millennial Indonesia terjangkit fear of missing out (FOMO). Damar menjelaskan sebanyak 68 persen generasi millennial Indonesia terjangkit FOMO. 

Penyebab FOMO

Perasaan cemas akibat FOMO ini disebabkan oleh hal-hal yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu karena penggunaan media sosial yang berlebihan. Sadar atau tidak, mayoritas masyarakat Indonesia menggunakan media sosial. Media sosial digunakan sebagai platform untuk menampilkan rutinitas dan kehidupan sehari-hari. Biasanya postingan yang diunggah berisi hal-hal yang glamorous dan terlihat asik. 

Secara tidak langsung, pernyataan, "Aku ingin seperti mereka" atau "Wah, hidup mereka menyenangkan sekali, aku harus seperti mereka" akan tertanam di dalam pikiran. Mengutip dari Sciensdaily.com, manusia di dunia ini memiliki kecenderungan mengukur standar hidup mereka berdasarkan unggahan media sosial milik artis ternama dan juga selebgram atau influencer. 

Penyebab berikutnya yaitu hubungan sosial yang kurang baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, seseorang mengalami rasa takut kehilangan momen dapat terjadi karena tidak memiliki hubungan atau kedekatan yang baik di lingkungannya. Hal yang dimaksud adalah sahabat dekat yang bisa mendengarkan cerita dan selalu ada waktu di saat mereka membutuhkannya. 

Penyebab terakhir, biasanya mereka memiliki rasa keberhargaan diri yang rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan para mahasiswa Universitas Mulawarman, seseorang yang memiliki self esteem rendah akan rentan terkena sindrom FOMO. Ketika mereka melihat kebahagian yang dimiliki orang lain, maka ada rasa cemas yang timbul di alam bawah sadarnya yang membuatnya membandingkan diri dengan kehidupan mereka. 

Ciri-ciri FOMO

Gejala FOMO adalah masalah yang terjadi setiap hari untuk setiap orang dari kalangan usia baik remaja hingga orang dewasa. Bagian terburuknya adalah ketika anak melihat teman-teman terdekatnya melakukan kegiatan tanpa kehadiran anak. Mari kenali beberapa ciri FOMO pada anak.Pertama yaitu, anak dapat menggunakan media sosial setiap jam dan tidak dapat mengalihkan pandangan dari ponselnya. Dengan  adanya kemajuan teknologi dan gaya hidup yang meningkat, gejala FOMO dapat dilihat ketika remaja menggunakan smartphone dan media sosialnya selama waktu yang lama.

Ciri fomo berikutnya yaitu, selalu ingin mengambil bagian pada tren atau kegiatan yang sedang dilakukan banyak orang. Meskipun terkadang anak merasa tubuhnya tidak setuju, tetapi anak akan terus-menerus mengambil bagian dalam tren kegiatan karena takut ketinggalan. Dan ciri terakhir yaitu, memiliki hubungan sosial yang kurang baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa universitas mulawarman,seseorang mengalami rasa takut kehilangan momen dapat terjadi karena tidak memiliki hubungan dekat yang baik di lingkungannya.

Dampak FOMO

Fenomena FOMO memberikan beberapa dampak buruk pada remaja, dan sebagian besar berdampak negatif untuk kesehatan mentalnya. Tanda-tanda anak terkena FOMO juga beragam, salah satunya ketika anak menghabiskan waktu yang lama bermain media sosial. Dampak buruk yang dapat ditimbulkan pada remaja yaitu, dapat mempengaruhi kesehatan mental. Dengan adanya akses media sosial yang lebih mudah untuk dijangkau, hal ini menyebabkan kecemasan menjadi lebih besar. Rasa ketakutan ini pun akan membuat anak merasa lebih cepat lelah, kurang konsentrasi, bahkan insomnia.

Dampak selanjutnya yaitu dapat berdampak buruk pada hubungan sosial. Selain mempengaruhi fisik dan mental,  FOMO juga bisa mempengaruhi hubungan sosialnya, baik pertemanan anak. Hal ini pun dapat menyebabkan hubungan sosial semakin merenggang dan dapat menghancurkan pertemanan.

Tidak hanya berdampak pada kesehatan mental dan hubungan sosial saja, fomo dapat menimbulkan masalah perekonomian. Tak dapat dipungkiri lagi, fenomena FOMO menyebabkan perilaku konsumtif pada remaja yang semakin besar. Akibatnya, remaja seringkali menyebabkan perekonomian keluarga semakin buruk hanya demi memenuhi kebutuhan yang tidak penting.

Kesimpulannya, Sindrom FOMO ini seringkali dialami oleh masyarakat khususnya para gen Z. Sindrom ini membuat orang percaya bahwa momen berharga tidak boleh terlewatkan begitu saja. Hal tersebut memicu mereka untuk terus terhubung dengan tren yang terkini sehingga menimbulkan beberapa dampak negatif pada dirinya karena takut kehilangan momen tersebut. Maka dari itu, alangkah baiknya untuk membantu kerabat/teman untuk meminimalisir rasa takut akan ketertinggalannya tersebut dan mencegah anak untuk melakukan tindakan buruk dengan cara fokus pada bersyukur. Dengan adanya keterlibatan dalam aktivitas yang meningkatkan rasa syukur seperti menulis jurnal rasa syukur, dapat mengangkat semangat anak serta orang yang ada di sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun