Mohon tunggu...
Madinatul Munawwaroh
Madinatul Munawwaroh Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli gizi yang menulis

Sedang berlatih menyampaikan hal-hal yang menarik minat melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cokelat dan Kesehatan

20 Desember 2020   14:39 Diperbarui: 20 Desember 2020   14:55 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini, cokelat dianggap sebagai penyebab berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes mellitus (DM), sampai masalah kulit seperti jerawat.

Namun, beberapa penelitian justru membuktikan efek baik konsumsi cokelat untuk kesehatan. Hal ini karena kandungan polifenol yang ada dalam cokelat.

Polifenol adalah senyawa yang terkandung secara alami dalam produk nabati seperti buah, sayur, sereal, dan beberapa minuman (anggur, teh, kopi, cokelat). Berbagai penelitian juga telah membuktikan bahwa konsumsi makanan mengandung tinggi polifenol akan dapat meningkatkan status kesehatan. Contohnya dalam diet Mediterania dimana diet ini mengedepankan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung senyawa fenolik, seperti buah, sayur, sereal gandum, kacang-kacangan, minyak zaitun, dll.

Cokelat berasal dari fermentasi, pemanggangan, dan penggilingan biji kakao. Kakao sendiri adalah salah satu bahan makanan yang mengandung banyak polifenol yang termasuk dalam keluarga flavonoid. Pada produk cokelat, bubuk kakao akan dicampur dengan gula, akibatnya kandungan polifenol berkurang seiring berkurangnya jumlah bubuk kakao yang ada dalam cokelat.

Menurut database Phenol Explorer, bubuk kakao murni mengandung polifenol yang paling tinggi yaitu 510 mg (per 100 g). Sedangkan dalam cokelat hitam (yang mengandung 40-100% bubuk kakao) kandungan polifenolnya sekitar 240 mg (per 100 g), dan dalam cokelat putih (yang hanya mengandung mentega kakao) kandungan polifenolnya hanya 20 mg (per 100 g).

Dari berbagai penelitian tersebut, ternyata efek antioksidan yang dihasilkan dari polifenol dari kakao adalah salah satu hal yang menarik perhatian.

Bahkan, satu porsi cokelat hitam (40 g) menghasilkan lebih banyak antioksidan fenolik dibandingkan blueberry dan teh. Konsumsi cokelat bahkan telah terbukti positif untuk anti-inflamasi, anti-obesitas, anti-karsinogenik, kardioprotektif, dan neuroprotektif (melindungi dan mengurangi kerusakan saraf). Bahkan, diet yang diperkaya dengan kakao dapat mengurangi sintesis antibodi terkait alergi.

Namun, sebelum banyak orang menjadikan informasi ini sebagai pembenaran untuk mengonsumsi banyak cokelat, perlu diperhatikan beberapa hal.

Pertama, penelitian menunjukkan hasil positif untuk jenis cokelat hitam yang mengandung 40-100% bubuk kakao.

Kedua, beberapa jenis flavonoid tertentu memang dapat digunakan sebagai terapi alternatif atau pelengkap dalam pencegahan dan pengobatan alergi. Namun demikian, peningkatan jumlah penelitian dan uji klinis diperlukan untuk memastikan peran terapeutik flavonoid dalam kakao.

Sumber Pustaka:

Database on Polyphenol Content in Foods: Phenol-Explorer. [Online]. http://phenol-explorer.eu/. [8 Desember 2020].

Rodrguez-Lagunas, M. J., Vicente, F., Pereira, P., Castell, M., & Prez-Cano, F. J. (2019). Relationship between Cocoa Intake and Healthy Status: A Pilot Study in University Students. Molecules (Basel, Switzerland), 24(4), 812. https://doi.org/10.3390/molecules24040812.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun