Sarana (Banten) yang digunakan dalam perlengkapan upacara di Hari Raya Kuningan skarang cukup berfariasi, tentunya sarana tersebut mempunyai makna filosofi atau arti dari sebuah simbol yang wajib digunakan.
Alat upacara atau sarana yang paling khas dalam perayaan Kuningan ini adalah Tamiang, bentuknya bulat seperti periasi, dibuat dengan bagus dari bahan daun kelapa muda atau janur, dan mempunyai makna sebuah tameng yang menjadi perisai dalam perang.
Tamiang dan Endongan Hari Raya Kuningan,
Tamiang juga diartikan sebagai roda alam atau cakraning manggilingan yang dipahami sebagai roda kehidupan yang selalu berputar. Semuanya menjadi warisan budaya Hindu yang terjaga dengan baik yang berkaitan dengan kehidupan beragama di pulau Dewata Bali.
Selain itu ada makanan yang khas di hari Kuningan yaitu Nasi Kuning , Nasi kuning pada hari Kuningan mempunyai arti
sebagai lambang kemakmuran dan dihaturkan sesaji sebagai tanda terima kasih atau suksmaning idep sebagai manusia (umat) menerima anugrah dari Hyang Widhi berupa bahan-bahan sandang dan pangan yang semuanya itu dilimpahkan oleh beliau kepada umat-Nya atas dasar
Kemudian ada sarana Ter, ter merupakan lambang dari senjata panah untuk simbol kelengkapan perang dalam kehidupan dan senjata paling ampuh adalah ketenangan pikiran, sarana Sampian gantung adalah sebagai penangkal hal buruk bagi umat manusia.
Banten segehan di Hari Raya Kuningan
dari sarana dan makna yang terkandung dalam sarana upacara saat Hari Raya Kuningan lebih identik dengan alat atau senjata dalam perang umat manusia, berbeda ketika pada banten Galungan ataupun pada saat Pagerwesi.
Dari semua ini akan mengingatkan kita sebagai manusia  selalu berusaha berperang melawan ketidak adilan atau keadaan untuk mencapai jalan kemenangan dan kehidupan yang lebih baik kedepananya, baik untuk kehidupan di dunia dan di akhirat nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H