Agama Hindu merupakan Agama paling tertua yang ada di dunia dan merupakan agama dominan di Asia bagian selatan, terutama pada bagian di negara India dan Nepal. Hal tersebut bisa terjadi karena negara-negara Asia Selatan lah yang pertama kali terbentuknya Agama Hindu itu sendiri. Awal mulanya yakni masuknya suatu bangsa yaitu Bangsa Arya ke negara India pada 1.500 SM, yang mengakibatkan mempengaruhi pola pikir dari masyarakat India pada saat itu sehingga secara tidak langsung akan mengubah tatanan kehidupan sosial masyarakatnya. Agama Hindu bisa terbentuk pada saat itu karena terjadinya pembauran antara Bangsa Arya dengan Bangsa Dravida menjadi satu kesatuan yang utuh atau bulat sehingga terbentuklah kubudayaan dalam Agama Hindu. Dalam pedomannya, Bangsa Arya juga menuliskan kitab yang dipergunkanan untuk suatu keyakinan dan kepecayaan mereka dari Agama Hindu itu sendiri, seperti Reg Weda, Sama Weda, Yayur Weda, dan Atharwa Weda. Dalam Agama Hindu sendiri pun tak luput dalam memuja banyak dewa atau sering disebut dengan Politeisme, seperti memuja Dewa Wisnu, memuja Dewa Brahma, memuja Dewa Siwa, memuja Dewa Ganesha, dan masih banyak dewa lainnya.
      Agama Hindu saat ini merupakan agama dengan pemeluk nomor 3 terbesar di seluruh dunia. Tidak hanya di India saja Agama Hindu berdiam, melainkan diberbagai belahan penjuru dunia ada juga yang memeluk Agama Hindu sebagai agama mereka. India merupakan negara dengan pemeluk Agama Hindu terbanyak yakni mecapai 1,053 miliar. Selain India ada beberapa negara dengan jumlah penduduk Agama Hindu tertinggi yakni diantaranya: Bangladesh, Indonesia, Pakistan, Sri Langka, Amerika, Malaysia, Inggris, dan Mauritius. Untuk Indonesia, mayoritas agamanya bukanlah Agama Hindu melainkan Agama Islam. Agama Hindu memang tersebar di Indonesia, namun hanya sebagai agama minoritas saja karena di Indonesia sendiri terdapat berbagai macam agama seperti Agama Islam, Agama Hindu, Agama Kristen Katolik, Agama Kristen protestan, Agama Budha, Agama Konghucu, dan masih banyak lainnya (karena ada diberbagai daerah mempunyai kerpercayaan masing-masing yang masih banyak orang ketahui).
      Dalam seluruh agama yang ada di dunia ini, tentunya ada ajaran-ajaran yang harus mereka lakukan atau sering kita kenal dengan sebuah pegangan dalam menjalankan agama dalam kehidupan. Di Agama Hindu sendiri pun terdapat hal demikian, di mana hal - hal ini akan menjadikan sebuah acauan dasar dalam kehidupan mereka yang medasari bahwa mereka memang benar-benar mempercayai adanya Tuhan atau masyarakat Bali sering menyebut Ida Sang Hyang Widi Wasa. Dasar - dasar dari keyakinan tersebut disebut dengan PANCA SRADHA. Panca Sradha merupakan kata yang berasal dari Bahasa Sangsekerta, di mana Panca mempunyai makna lima dan Sradha mempunyai makna suatu keyakinann. Jadi arti dari Panca Sradha adalah lima dasar suatu keyakinan dari umat Hindu itu sendiri.
![whatsapp-image-2022-04-17-at-10-41-47-625b86993794d124be4c3a22.jpeg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2022/04/17/whatsapp-image-2022-04-17-at-10-41-47-625b86993794d124be4c3a22.jpeg?t=o&v=770)
      Karena dalam judul artikel sudah terpapar jelas, maka yang akan dibahas secara detail pada bagian intinya adalah pada bagian Brahman nya saja. Brahman atau bisa disebut dengan Widhi Tattwa yang mempunyai makna bahwa kita mempercayai adanya Tuhan/Ida Sang Hyang Widi Wasa karena Beliau-Lah penguasa tertinggi dalam sebuah konsep pada ajaran Agama Hindu. Jadi pada dasarnya ajaran ini hanya berfokus pada keyakinan Brahman atau disebut dengan Tuhan/Ida Sang Hyang Widi Wasa. Dalam ajaran Agama Hindu, ada banyak sekali sebutan untuk para dewa/Tuhan. Brahman sendiri juga merupakan penguasa/strata tertinggi dalam konsep ketuhanan yang ada pada ajaran Agama Hindu, di mana Brahman memiliki sifat yang kekal, tidak mempunyai wujud, imanensi, tak terbatas, tidak mempunyai awalan dan tentunya tidak mempunyai akhiran, dan menguasai segala bentuk  di alam semesta ini (bentuk, ruang, waktu, energi, serta dari jagat raya yang ada) serta seluruh segala bentuk/isi yang ada di seluruh alam semesta ini.
      Sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, bahwa brahman juga merupakan salah satu bagian dari berbagai nama Tuhan yang ada, sehingga ada sifat-sifat brahman dan sudah tertulis dengan jelas pada Kitab Bhagawan Gita dan tentunya juga sudah dijabarkan melalui perantara Sri Kresna, berikut adalah seloka dan terjemahannya.
"sarvendriya-gubhsa sarvendriya-vivarjitam, asakta sarva-bhc caiva nirguam guna-bhokt ca"
Ia merupakan sumber asli segala indria, akan tetapi tidak mempunyai indria. Ia juga tidak terikat, walau saja ia memelihara semua mahluk. Ia melewati sifat-sifat alam, dan pada waktu yang bersamaan ia adalah penguasa dari semua sifat yang ada pada alam materia.
"bair anta ca bhtnm acara caram eva ca, skmatvt tad avijeya dra-stha cntike ca tat"
Ia berada di luar dan di dalam segala insan, tidak melakukan gerkan akan tetapi senantiasa melakukan gerakan, Ia di luar daya pemahaman indria material. Ia amat lah sangat jauh, akan tetapi ia juga terasa sangat dekat dengan semua mahluk.
"avibhakta ca bhteu vibhaktam iva ca sthitam, bhta-bhart ca taj jeya grasiu prabhaviu ca"
Walaupun ia terbagi di antara pasa insani, akan tetapi ia tidak dapat dibagi. Ia mantap sebagai Yang Maha Tunggal. Ia pemelihara segala mahluk hidup yang ada, dan Ia juga yang menciptakan sekaligus menjadi pemusnah bagi mereka semua.
"jyotim api taj jyotis tamasah param ucyate, jna jeya jna-gamya hdi sarvasya vihitam"
Ia merupakan sumber dari segala benda yang bercahaya. Ia berada di luar kegelapan alam dan tentunya Ia tidak berwujud. Ia adalah sumber pengetahuan dan sekaligus tujuan dari pengetahuan. Ia berdiam diri di dalam jantung hati segala mahluk.
     Dengan demikian, kita harus wajib mempercayai dengan adanya keberadaan Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat-Nya lah kita ada di duni ini dan jika kita seorang manusia mempercayai, mengenal dengan baik dan tepat maka manusia itu akan dinyatakan sejalan dengan tujuan yang benar yang tentunya dapat menuntun kepada tujuan akhir dari manusia yakni Moksa (Nirwana). Sehingga, ada empat jalan atau sebuah cara umat yang beragama hindu dalam menghormati dan munju jalan Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa yakni disebut dengan Catur Marga. Adapun bagian-bagian dari Catur Marga diantaranya Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga.
      Pengalaman yang pernah saya lakukan/terapkan sedari kecil dari Catur Marga adalah semua bagian Catur Marga. Pada Bhakti Marga Yoga, hal sering saya lakukan dikehidupan sehari-hari adalah melakukan Tri Sandya dan Yadnya sesa, melaksanakan kegiatan pada hari-hari keagamaan (Saraswati, Tumpek Wariga, dan sebagainya). Pada Karma Marga Yoga, hal yang pernah saya lakukan dari kecil hingga saat ini yakni membantu sesama. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan sedari kecil saya sudah diajarkan oleh Orang Tua saya bahwa apabila kita melihat orang kesusahan alangkah baiknya kita membantu semampu kita dan semua itu dilakukan tanpa pamrih. Pada Jnana Marga Yoga, hal yang saya lakukan adalah menuntun ilmu (Brahmacari), di mana jika kita sebagai manusia mempunyai akhlak yang benar pasti akan menempuh jalan yang benar dan tentunya akan sangat memepercayai dengan keberadaan Tuhan. Pada Raja Marga Yoga, hal  yang pernah saya lakukan adalah Catur brata penyepian. Sama dengan pengertian dari Raja Marga Yoga yang mempunyai makna bahawa jalan yang membawa kehadapan Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan penyatuan yakni melalui pengendalian diri dan pikiran. Dalam pelaksanaan Catur Brata Penyepian saya lakukan bertepatan pada Hari Raya Nyepi yang ada satu tahun sekali yang gunanya sendiri agar bisa berkonsentrasi atau mempu fokus dengan tenang dan tentram agar bisa kembali ke jati diri sendiri dengan menempuh cara meditasi, shamadi, merenungkan diri sendiri pada suasana yang sangat sunyi atau keadaan yang sangat hening. Catur Brata Penyepian sendiri mempunyai makna yakni empat larangan atau pantangan yang harus dilakukan oleh seluruh umat agama Hindu saat melakukan Hari Raya Nyepi. Adapun 4 pantangan tersebut adalah Amati Geni adalah pantangan agar tidak menyalakan api (lampu atau benda-benda elektronik), Amati Karya adalah pantangan agar tidak melakukan kegiatan/bekerja, Amati Lelungan adalah pantangan agar tidak melakukan berpergian dari kediaman, Amati Lelanguan adalah pantangan agar tidak melakukan bersenang-senang (kesenangan duniawi) agar mampu berfokus pada sembahnyang.
      Sehingga kita sebagai manusia agar tidak seperti pepatah yakni Bagai kacang lupa akan kulitnya yang artinya seseorang yang lupa akan asal-usul mereka dari mana. Jadi sebagai umat yang beragama, kita harus berimam kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kita harus bhakti terhadap Tuhan karena Ia lah yang menciptakan dan meleburu kita. Apabila kita tidak mempercayai dengan keberadaan Tuhan, maka kehidupan kita akan ambyar atau tidak jelas akan kemana (tidak tentu arah).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI