Walaupun ia terbagi di antara pasa insani, akan tetapi ia tidak dapat dibagi. Ia mantap sebagai Yang Maha Tunggal. Ia pemelihara segala mahluk hidup yang ada, dan Ia juga yang menciptakan sekaligus menjadi pemusnah bagi mereka semua.
"jyotim api taj jyotis tamasah param ucyate, jna jeya jna-gamya hdi sarvasya vihitam"
Ia merupakan sumber dari segala benda yang bercahaya. Ia berada di luar kegelapan alam dan tentunya Ia tidak berwujud. Ia adalah sumber pengetahuan dan sekaligus tujuan dari pengetahuan. Ia berdiam diri di dalam jantung hati segala mahluk.
     Dengan demikian, kita harus wajib mempercayai dengan adanya keberadaan Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat-Nya lah kita ada di duni ini dan jika kita seorang manusia mempercayai, mengenal dengan baik dan tepat maka manusia itu akan dinyatakan sejalan dengan tujuan yang benar yang tentunya dapat menuntun kepada tujuan akhir dari manusia yakni Moksa (Nirwana). Sehingga, ada empat jalan atau sebuah cara umat yang beragama hindu dalam menghormati dan munju jalan Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa yakni disebut dengan Catur Marga. Adapun bagian-bagian dari Catur Marga diantaranya Bhakti Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga.
      Pengalaman yang pernah saya lakukan/terapkan sedari kecil dari Catur Marga adalah semua bagian Catur Marga. Pada Bhakti Marga Yoga, hal sering saya lakukan dikehidupan sehari-hari adalah melakukan Tri Sandya dan Yadnya sesa, melaksanakan kegiatan pada hari-hari keagamaan (Saraswati, Tumpek Wariga, dan sebagainya). Pada Karma Marga Yoga, hal yang pernah saya lakukan dari kecil hingga saat ini yakni membantu sesama. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan sedari kecil saya sudah diajarkan oleh Orang Tua saya bahwa apabila kita melihat orang kesusahan alangkah baiknya kita membantu semampu kita dan semua itu dilakukan tanpa pamrih. Pada Jnana Marga Yoga, hal yang saya lakukan adalah menuntun ilmu (Brahmacari), di mana jika kita sebagai manusia mempunyai akhlak yang benar pasti akan menempuh jalan yang benar dan tentunya akan sangat memepercayai dengan keberadaan Tuhan. Pada Raja Marga Yoga, hal  yang pernah saya lakukan adalah Catur brata penyepian. Sama dengan pengertian dari Raja Marga Yoga yang mempunyai makna bahawa jalan yang membawa kehadapan Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan penyatuan yakni melalui pengendalian diri dan pikiran. Dalam pelaksanaan Catur Brata Penyepian saya lakukan bertepatan pada Hari Raya Nyepi yang ada satu tahun sekali yang gunanya sendiri agar bisa berkonsentrasi atau mempu fokus dengan tenang dan tentram agar bisa kembali ke jati diri sendiri dengan menempuh cara meditasi, shamadi, merenungkan diri sendiri pada suasana yang sangat sunyi atau keadaan yang sangat hening. Catur Brata Penyepian sendiri mempunyai makna yakni empat larangan atau pantangan yang harus dilakukan oleh seluruh umat agama Hindu saat melakukan Hari Raya Nyepi. Adapun 4 pantangan tersebut adalah Amati Geni adalah pantangan agar tidak menyalakan api (lampu atau benda-benda elektronik), Amati Karya adalah pantangan agar tidak melakukan kegiatan/bekerja, Amati Lelungan adalah pantangan agar tidak melakukan berpergian dari kediaman, Amati Lelanguan adalah pantangan agar tidak melakukan bersenang-senang (kesenangan duniawi) agar mampu berfokus pada sembahnyang.
      Sehingga kita sebagai manusia agar tidak seperti pepatah yakni Bagai kacang lupa akan kulitnya yang artinya seseorang yang lupa akan asal-usul mereka dari mana. Jadi sebagai umat yang beragama, kita harus berimam kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kita harus bhakti terhadap Tuhan karena Ia lah yang menciptakan dan meleburu kita. Apabila kita tidak mempercayai dengan keberadaan Tuhan, maka kehidupan kita akan ambyar atau tidak jelas akan kemana (tidak tentu arah).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H