Terjadinya aksi terorisme dan konfik keagamaan beberapa waktu lalu melatarbelakangi penulis untuk mengungkapkan sedikit kegundahannya dalam tulisan ini.Penulis yakin tidak ada satu pun agama di dunia ini yang menganjurkan ‘kekerasan’ apalagi ‘terorisme’.Bahkan semua agama mencita-citakan kedamaian umat manusia diseluruh dunia.
Mengawali tulisan ini penulis ingin bertanya kepada para pembaca,“Mana yang lebih tepat, agama merupakan kebutuhan manusia ataukah agama yang membutuhkan manusia?”.Jika pembaca menjawab agama itu kebutuhan manusia,berarti pembaca sepikiran dengan penulis.Agama penulis katakan sebagai kebutuhan manusia.karena ada tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang dengan cara ia beragama.Pada dasarnya,setiap orang menginginkan ‘kebahagiaan’ dengan cara ia beragama.Karena memang itulah tugas agama.Yakni memberikan kebahagiaan,keselamatan,kemaslahatan,kesejahteraan,dan kedamaian bukan malah kesengsaraan atau kekerasan.Berarti ketika ada seseorang yang melakukan aksi yang merugikan banyak orang dengan mengatasnamakan ‘agamanya’, berarti ia keliru dalam memahami agamanya tersebut.
Beragama seperti halnya makan.Ketika penulis bertanya mengapa anda makan? Mungkin anda akan menjawab “Karena tubuh memerlukan energi untuk berativitas sehari-hari,sedangkan makan itu merupakan cara tubuh untuk memperoleh energi”.Berarti ada tujuan yang ingin anda capai dengan cara ‘makan’ itu.Dan tentu ketika makan anda merasa 'nikmat' bukan? Masalah makan itu membawa dampak negatif itu adalah persoalan ‘bagaimana cara anda makan’ termasuk ‘apa yang anda makan’.Begitu juga halnya dengan agama.Maka Agama bisa membawa ‘kebahagiaan’ atau ‘kesengsaaraan’ tergantung bagaimana cara anda beragama.
Dalam hal ini,seringkali islam dikaitkan dengan terorisme dan kekerasan yang sebenarnya dilakukan oleh sekompok orang.Sehingga orang yang ‘tidak tahu’ apa-apa tentang islam menganggap bahwa islam itu terorisme.Islam itu keras.Padahal tidak demikian.Banyak orang islam yang membenci terorisme dan kekerasan.Dalam beberapa tulisannya Gus Dur mengatakan bahwa akar dari terorisme yang mengatasnamakan islam adalah adanya kekeliruan dalam memahami islam itu sendiri (miss-interpretation). Beliau mengatakan bahwa islam radikal itu berkeyakinan bahwa islam itu bukan sekedar agama namun juga sebuah sistem hukum yang lengkap termasuk hukum yang mengatur negara.Karena itu mereka ingin mendirikan negara islam yang ideologinya juga islam. Padahal, Gus Dur melanjutkan, bahwa negara islam itu tidak ada konsepnya.Salah satu contohnya adalah berbeda-bedanya sistem peralihan kepemimpinan diantara khulafaurrasyidin. Dalam hal ini menurut penulis sebenarnya islam dalam hal ini adalah korban, yang menjadi ‘kambinghitam’ atas apa yang dilakukan oleh mereka yang salah dalam memahami keislamannya.
Dalam kesempatan lain Gus Dur pernah melontarkan pertanyaan yang menarik, “Kita ini sebetulnya orang Indonesia yang (kebetulan) beragama islam atau orang islam yang (kebetulan) tinggal di Indonesia?” pertanyaan ini pantas menjadi perenungan kita bersama. Bahwa kita ini hidup di Indonesia bukan di Arab, yang konteks kehidupannya dan konteks ‘keislamannya’ jelas berbeda dengan yang ada disana.Maka harus ada kesesuaian antara ‘teks’(ayat al qur’an) dan konteks.Bukan dengan cara ‘pemaksaan’ disesuaikan.
Orang yang memandang islam hanya dari sisi normatifnya saja akan menganggap bahwa islam itu ya rukun iman & rukun islam saja,sudah. Padahal Islam bukan hanya sekedar agama yang mengatur bagaimana cara kita sholat,puasa,haji,dan zakat (syari’at).Namun islam adalah bagaimana cara kita menjalani kehidupan di dunia ini,termasuk bagaimana cara kita memandang hidup itu sendiri dan bagaimana cara kita berinteraksi dengan sesama manusia.Bahkan dalam syari’at (ajaran islam) itu sendiri kita mengenal adanya beberapa madzhab (aliran) yang mana kita tidak bisa menyatakan salah satunya yang paling benar dan yang lainnya salah. Justru hal yang seperti itu yang tidak benar.Islam yang berkearifan lokal disitulah inti agama islam.Yang mana kata ‘islam’ itu sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti keselamatan.Itu berarti seharusnya ‘islam’ bisa memberikan ‘keselamatan’ tidak hanya kepada para pemeluknya saja namun juga kepada seluruh umat manusia di dunia.Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi SAW pada masa kepemimpinannya.Pada saat itu baik agama islam maupun yang lain bisa hidup berdampingan dan harmonis.Bukankah islam itu rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam)?seperti itulah islam yang kita cita-citakan.Bukan seperti islam yang dipahami oleh sekelompok orang saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H