"Laci? Otak? Memangnya di otak terdapat laci? Aneh-aneh saja kamu ini!", ucap salah satu teman dekat saya.
Respon yang saya berikan hanya tertawa ringan, melihat dia yang sedang merespon analogi saya yang tercipta tanpa sadar.
Berawal dari menentukan besaran iuran yang akan dipungut dari hasil belanja bulanan bersama, yang membuat salah satu teman saya sedikit gemas karena melihat teman-teman nya bingung. Singkat cerita, dia mengambil alih dan mulai menghitung tanpa alat bantu dengan cepat.
Lantas, terbesit di dalam otak saya, "anak ini cepat sekali dalam memproses informasi. Apa ini ada hubungannya dengan materi yang pernah dijelaskan oleh salah satu dosen saya? Tentu saja, iya", tanpa sadar self-talking pun berlangsung.
Eh, terbesit deh tanda tanya tentang bagaimana caranya otak dapat menerima informasi? Apakah semudah seperti mengguakan laptop atau pc yang hanya dengan menekan ctrl+c dan ctrl+v, file sudah dapat diterima? Yuk mengkaji bersama.
Sebelum itu, mari kita membahas terlebih dahulu mengenai apa itu informasi dan apa itu pemrosesan informasi. Informasi adalah pengetahuan yang didapat dari pengalaman, instruksi atau pembelajaran, sedangkan pengertian pemrosesan informasi adalah merujuk pada bagaimana cara otak untuk menerima stimulus, mengorganisasi pengetahuan/informasi, memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep dan lain sebagainya.Â
Bisa dibilang, otak memiliki fitur input dan output. Input berupa memasukan atau menerima data dan output berupa hasil pemikiran. Dalam pemrosesan informasi sendiri adanya 4 konsep yang mana dapat mempengaruhi terjadinya pemrosesan informasi.
4 konsep tersebut adalah sensasi, atensi, persepsi, dan memori.
1. Sensasi (sense: alat penginderaan yang menjadi jembatan penghubung antara organisme dengan lingkungannya), singkatnya apabila alat indera telah menangkap dan mengubah informasi yang didapat menjadi impuls-impuls saraf yang dapat diterjemahkan oleh otak, maka telah terjadi sebuah sensasi. Disini fungsi alat indra berperan sangat penting.Â
Contoh: ketika anak merasakan coklat manis untuk pertama kalinya, maka otak akan mengidentifikasi informasi tersebut dan membuat sebuah kesimpulan bahwa coklat yang dia makan ini manis dan membuat dia senang.
2. Atensi (attention: perhatian), inti dari atensi adalah focalization (kesadaran), yang akhirnya dapat disimpulkan bahwa atensi itu dapat terjadi apabila kita sedang sadar.Â
Contoh: ketika proses belajar-mengajar berlangsung, terdapat siswa sedang mengantuk berat, dan apabila ketika ia sadar dan diberi pertanyaan pada bagian ketika ia sedang tidur, maka dia akan kesusahan atau bahkan tidak tahu harus menjawab apa, karena atensi mereka berpindah mode, yaitu mode-off aka tidur. Intinya ketika ingin menerima suatu informasi, seperti kata Charlie Puth di dalam lagunya, yaitu "you just need attention".
3. Persepsi (perception: memahami sesuatu), arti mudahnya adalah persepsi merupakan tanggapan dari pengamatan. Contoh: apabila guru bertanya kepada siswanya mengenai kupu-kupu, maka akan timbul berbagai macam jawaban yang dalam hal ini tergolong dalam persepsi, bagaimana cara anak menyimpulkan kupu-kupu itu seperti apa. Semakin dalam mereka memahami tentang kupu-kupu maka akan semakin spesifik pula siswa tersebut akan menjelaskan.
4. Memori (ingatan), pada artikel saya sebelumnya telah dibahas secara rinci mengenai memori. Singkatnya, memori dapat diartikan sebagai fase keberadaan informasi di dala otak kita, yang akhirnya terklasifikasi menjadi ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang. Lebih lanjut dapat memasukan artikel saya sebelumnya pada daftar antre bacaan.
Lalu, apa hubungannya ini semua dengan otak dan laci?
Okay, sabar, here we go. Sebenarnya ini merupakan buah dari analisis yang berujung pada menganalogikan otak dengan sesuatu yang ada di sekitar saya.
1. Sistem pemrosesan informasi itu terjadi di dalam otak tanpa sadar.
2. Laci, sebagaimana mestinya fungsi laci, dia berfungsi untuk menyimpan sesuatu. Kalau saya, biasanya laci saya gunakan untuk menyimpan barang. Dalam menempatkan barang, saya selalu mengklasifikasikan mereka pada satu spesies yang sama.Â
Contoh, alat tulis terletak pada laci pertama, sticky note dan spesiesnya berada pada laci kedua, dan laci terakhir merupakan tempat aksesoris-aksesoris yang lucu. Sama halnya dengan isi lemari, bahan kaos terdapat di lemari bagian atas, baju formal terdapat di lemari bagian tengah, jubah digantungkan, dan lain sebagainya. Intinya adalah, wadah untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya.
Lalu, hubungannya antara laci dengan otak versi saya adalah ketika kita menyimpan informasi. Bentuk penyimpanannya, saya ibaratkan dengan kumpulan laci yang siap menampung berbagai macam informasi sesuai dengan klasifikasinya.
Contoh: informasi tentang warna hijau, kuning, merang, biru, dan lain sebagainya diletakkan pada laci dengan klasifikasi warna. Otomatis, secara tidak langsung saya membayangkan betapa banyaknya laci yang ada di dalam otak saya.Â
Imaginasi saya kemudian semakin liar, dimana menganggap di dalam otak terdapat kurir yang menempatkan informasi. Ibarat kata seperti tukang pos yang harus mengirimkan barangnya pada tempat yang dituju. Kurir yang ada di dalam otak kita bertugas secara otomatis ketika atensi kita berada pada mode-On.
Ketika mode-on sudah aktif, maka kurir akan menunggu informasi yang datang, dimana informasi tersebut telah melalui berbagai konsep yang sudah dijelaskan diatas dan mengklasifikasikan informasi tersebut. Kesimpulannya adalah informasi yang diterima kurir adalah informasi yang sudah siap pakai sewaktu-waktu apabila manusia ingin me-recalling informasi yang sudah pernah disimpannya.
Begitulah tapak tilas sederhana dari perjalanan informasi hingga menjadi informasi yang siap pakai di dalam otak.Â
Begitulah imaginasi saya tentang keadaan di dalam otak yang mungkin dapat membantu kalian untuk memvisualkan keadaan, semoga bermanfaat bagi pembaca, terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H