Mohon tunggu...
little fufu
little fufu Mohon Tunggu... Jurnalis - Pembelajar aktif

manusia freedom yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Emosi, oh Emosi

23 Februari 2019   14:35 Diperbarui: 24 Februari 2019   12:24 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik". Pasti kalian begitu akrab dengan pernyataan tersebut. Nah, dari pernyataan tersebut dapat kita tempatkan pada berbagai hal atau aktivitas kita bukan? Seperti menyukai sesuatu dengan berebihan, makan secara berlebihan, kebanyakan tidur, bahkan terlalu senang dan terlalu sedih pun juga tidak baik. Semua itu ada porsinya masing-masing.

Di salah satu mata kuliah saya di semester ini, saya mendapatkan mata kuliah yang patut saya syukuri. Yup, Sosial-Emosional. Pada pertemuan minggu ini, beliau mengajak saya dan teman-teman untuk Nobar (Nonton Bareng). Inside Out (2015). Jujur, ini kali pertama saya melihat film tersebut, dan sejujurnya juga saya kurang suka dengan film kartu. Tapi, anehnya ketika saya melihat film Inside Out ini, saya langsung tertarik. Banyak pelajaran rupannya dibalik setiap animasi yang menarik tersebut.

Dari film tersebut, membuat saya bahkan mungkin teman-teman juga merasakan akan kemudahan memahami tentang emosi yang ada apa diri manusia dengan penyampaiannya yang ringan dan menarik. Hal tersebut cukup membuat saya tertarik dengan film kartun.

Sebelumnya, jangan bosan-bosan untuk membaca tulisan saya yang melulu membahas perihal emosi manusia. Percayalah, ini yang selalu bergelut dengan kita setiap harinya yaitu bertemu dengan orang-orang atau bahkan dengan diri kita sendiri dengan berbagai macam emosi di setiap waktunya. Lagi-lagi, mengenalkan emosi pada diri itu penting, terlebih kepada anak yang perlu dipahamkan sejak awal.

Emosi senang, sedih, marah, takut, dsb. merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi. Semisal, ketika kita mendapatkan sebuah kebahagiaan bahkan ketika akan menjemput kebahagiaan itu sendiri, akan ada proses yang perlu dilalui sebelumnya seperti kesedihan. Nah, dari sini kita bisa memahami bahwa mereka satu sama lain saling berhubungan. Dari sini juga persepsi saya tentang image kesedihan sendiri berubah, yang awalnya terlihat suram dan merugikan atau hal buruk lainya, berubah menjadi dari kesedihan itu lah kebahagiaan akan datang baik dengan mengekspresikan kesedihan itu dengan menangis yang akan berujung pada ketenangan hati atau yang lainnya.

Kita tidak bisa menghendaki hanya emosi bahagia saja yang kita miliki, tidak. Sejatinya setiap manusia memiliki emosi-emosi dasar seperti yang saya paparkan diatas. Bisa dibilang emosi-emosi tersebut sebenarnya menjadi tameng perlindungan dan penjagaan diri kita dari dunia yang ada di luar sana. Tanpa adanya emosi-emosi tersebut, hidup kita akan terasa suram, tidak berwarna. Seperti pada film inside out ini, yang di gambarkan melalui bola-bola   (memori) yang berwarna-warni karna banyaknya emosi yang mengikuti disetiap memorinya.

Perasaan dan emosi yang kita miliki sebenarnya memiliki ciri khas masing-masing, kita hanya perlu mengenal setiap emosi kita dan kemudian kita harus bisa mengatur reaksi dari emosi kita dengan menggunakan pikiran kita. Kita tidak bisa serta merta menginginkan sesuatu yang bahagia saja. Tetapi yang mampu kita lakukan yaitu dengan mengelolah dengan baik tentang bagaimana perasaan dan emosi kita ini siap menghadapi emosi baik atau buruk yang tiba-tiba muncul dengan sebaik mungkin. Sehingga dengan ini, hidup kita akan menjadi berwarna. Bukankah di setiap kenangan yang kita miliki, memiliki emosi-emosi tersendiri? Yang apabila kita mengingat kejadian tersebut kita akan ikut tersulut pada emosi yang ada pada memori tersebut. Maka dari itu, pentingnya kita mengenali, mengendalikan, dan mengontrol emosi diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun