Thompson (2010), mengatakan bahwa ketika bayi mengekspresikan emosinya, secara tidak langsung bayi telah melakukan komunikasi emosi.
Disinilah peran orang tua, untuk peka dan responsif terhadap ekspresi emosi bayi, yang mana akan membantu mereka menumbuhkan emosinya (Thompson & Newton, 2009). Bentuk-bentuk pertama dari komunikasi bayi berupa tangisan dan senyuman. Â Â
Tangisan bayi pun memiliki arti, setidaknya ada tiga jenis tangisan bayi yaitu:
1.Tangisan dasar (basic cry), tangisan yang berpola. Beberapa ahli meyakini bahwa tangisan dasar ini memiliki makna bahwa bayi sedang merasa lapar.
2.Tangisan kemarahan (anger cry), tangisan yang lebih banyak mengeluarkan udara dari tali suaranya.
3.Tangisan kesakitan (pain cry), tangisan awal yang panjang dan diikuti menahan napas yang tanpa rintihan atau erangan dhulu.
Tidak hanya tangisan yang memiliki jenis-jenisnya, senyuman pun juga, yaitu:
1.Senyuman refleksi, senyuman yang bukan merupakan respons terhadap stimuli eksternal dan muncul selama satu bulan pertama setelah kelahiran, biasanya selama tidur.
2.Senyuman sosial, senyuman yang terjadi dari respons akibat adanya stimuli eksternal, biasanya seperti wajah yang dilihat oleh bayi yang berlangsung di awal perkembangan.
Selain tangisan dan senyuman, Rasa takut juga turut menghiasai emosi bayi yang terbilang paling awal. Biasanya muncul pertama kali di usia sekitar 6 bulan dan puncaknya pada usia 18 bulan (Campos, 2005).
Ekspresi takut yang paling sering diperlihatkan oleh bayi adalah kecemasan terhadap orang asing yang muncul secara bertahap (Scher & Harel, 2008). Tetapi ada pula bayi yang tidak terlalu memperlihatkan rasa tertekan dengan orang asing, selama mereka berada dalam lingkup yang sudah dikenal (Waters & Matas, 1974).