Mohon tunggu...
MN Aba Nuen
MN Aba Nuen Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Pengajar pelosok yang jatuh cinta pada quotation "menulisalah, agar engkau dicatat peradaban," Surel:noyatokan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gemohin dan Gelekat Anak Rantau Oringbele

31 Desember 2023   08:16 Diperbarui: 31 Desember 2023   08:26 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisahnya berawal dari pengalaman seorang ayah merawat anak yang sakit, pada sebuah rumah sakit di kota Samarinda-Kalimantan Timur. Gerinus Tokan, sang ayah yang karyawan perusahaan tambang di Pulau Kalimantan sedang mengurus administrasi atas tindakan medis yang diterima buah hatinya. 

Saat itu, hatinya getir ketika pihak rumah sakit mengabarkan bahwa urusan pembiayaan anaknya ditangani oleh Kita Bisa. Rasa penasaran membawanya mencari tahu, apa itu Kita Bisa? Ternyata, Kita Bisa adalah sebuah gerakan moril di rumah sakit tempat anaknya dirawat, yang digagas paramedis untuk menyediakan bantuan pembiayaan secara probono bagi pihak yang membutuhkan atas nama kemanusiaan. 

Gerys Tokan, ketua Kita Bisa Oringbele (dokpri) 
Gerys Tokan, ketua Kita Bisa Oringbele (dokpri) 

Pengalaman tersebut menginspirasi Gerinus Tokan, untuk mengadopsi pola kerja filantropi yang dialaminya, sebagai sebuah gerakan sosial di komunitasnya. Gerakan awal dimulai dengan membentuk kelompok arisan, yang terdiri dari para perantau dari Desa Oringbele, di Pulau Adonara,  Nusa Tenggara Timur. Para perantau yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia bahkan Malaysia dikonsolidasikan secara virtual. Sesekali para anggotanya saling melepas rindu melalui video call.

Kebersamaan dalam arisan tersebut melahirkan ide lain, yakni pengadaan iuran bagi setiap anggota selain kewajiban arisan.  Tujuannya sederhana, yaitu dana yang terkumpul dari iuran tersebut akan didonasikan kepada keluarga anggota yang tertimpa musibah kematian di kampung halaman. Langkah awal itu sukses menghimpun dana hingga Rp17 juta untuk didonasikan dalam bentuk sumbangan duka dan bantuan sosial lainnya.

Penyerahan donasi kepada keluarga yang meninggal (dokpri) 
Penyerahan donasi kepada keluarga yang meninggal (dokpri) 

Gerakan itu terus tumbuh, hingga pada Februari 2023, gerakan Kita Bisa benar-benar diaplikasikan oleh warga desa Oringbele di tanah rantau dalam semangat Gelekat. Gelekat adalah diksi bahasa Lamaholot, yang dapat diartikan sebagai bentuk ketulusan memberi tanpa pamrih. Gelekat mengandung unsur sukarela, dan merupakan salah satu bentuk manifestasi keluhuran nilai kemanusiaan. 

Seiring perjalanan waktu, Kita Bisa versi warga diaspora Oringbele terus berkembang dengan pertambahan anggota. Sampai dengan Desember 2023, tercatat sebanyak 74 anggota dengan iuran wajib setiap bulan sebesar Rp50.000. Dengan jumlah ini, Kita Bisa Oringbele memiliki aset finansial sebesar Rp3.700.000/bulan, atau Rp44. 400.000 per tahun. 

Donasi untuk rumah ibadah (dokpri) 
Donasi untuk rumah ibadah (dokpri) 

Aset finansial tersebut diperuntukkan untuk beberapa sasaran, yaitu pertama membantu para anggota saat menghadapi situasi darurat, terutama musibah kematian dalam keluarga inti. Kedua, sumbangan juga disalurkan kepada warga desa Oringbele secara umum yang meninggal. Ketiga, dana yang terhimpun didonasikan untuk pengadaan infrastruktur sosial di desa Oringbele, seperti pengadaan kursi dan bantuan untuk rumah ibadah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun