Beberapa anggota FAN adalah para peneliti dengan banyak riset tentang pembangunan di NTT. Satu di antaranya adalah Dominggus Elcid Li, moderator FAN. Melalui lembaga think tank, Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) yang dikelolanya, banyak riset telah dihasilkan Elcid dan rekan-rekan.Â
Satu lagi sosok penting inisiator laboratorium qPCR di NTT, perempuan--namanya Fima Inabuy. Ia asli Kupang, belajar di Institut Teknologi Bandung, lalu meraih PhD bidang biomolekuler di Washington State University, USA. Fima memimpin Tim Pool Test dengan 12 orang sejawat. Mereka berasal dari ragam profesi dan dispilin ilmu. Semuanya bekerja secara voluntary dengan penuh keterbatasan.Â
Dua mesin qPCR dipinjam dari dua lembaga berbeda masing-masing satu dari Universitas Nusa Cendana Kupang dan satunya milik Rumah Sakit WZ. Johannes Kupang. Sementara peralatan pendukung lainnya adalah support dari beberapa instansi seperti  UPT Veterinarian dan Kampus Politani Negeri Kupang.
Dalam dunia ilmu pengetahuan (science), kolaborasi seperti ini merupakan sebuah kekuatan dasyat. Artikel Dicky Pelupessy di theconversation.com pada 14/09/2017 menulis urgensi kolaborasi pengetahuan menghadapi abad 21. Menurutnya, dunia ilmu abad 21 adalah era untuk bekerja dengan peneliti lain dari disiplin yang berbeda, bahkan dengan pemangku kepentingan publik lain. Kaitannya dengan upaya penanganan penyebaran Covid-19, pendekatan kolaboratif seperti ini adalah modal penting, karena mustahil membebankan semuanya kepada para ahli dan praktisi kesehatan. Â
Bekerja dalam kolaborasi lintas dispilin ilmu, melibatkan lembaga perguruan tinggi dan instansi relevan lain, Fima dan timnya telah mengangkat moral warga NTT untuk menghadapi gelombang penyebaran baru, seiring kampanye new normal yang mulai menurunkan tingkat kewaspadaan masyarakat. Proses transfer pengetahuan melalui pelatihan para laboran berakhir sukses.Â
NTT punya armada baru dalam wujud 20an tenaga laboran plus satu laboratorium qPCR di Klinik Pratama Undana yang sedang dalam proses pengerjaan, tiga lainnya dalam rencana masing-masing di Pulau Flores dan Sumba sebagaimana janji Gubernur, dan satunya akan dibangun di Kota Kupang sesuai janji Walikota.
Sebagai guru pelosok, mengikuti tahap demi tahap upaya yang dikerjakan FAN dan para inisiator Pool Test qPCR, saya menemukan keluhuran nilai ilmu pengetahuan, saat ia didedikasikan untuk kepentingan jutaan manusia, tanpa pamrih. Inilah perspektif pendidikan yang penting untuk ditanamkan dalam benak siswa-siswi Indonesia, sejak dini.Â
Sains memang belum mampu menghentikan dengan sempurna laju  Covid-19, tetapi darinya manusia juga belajar bagaimana bertahan dari serangan sang virus, dengan upaya bersama-gotong royong.Â
Saya tidak sabar untuk menceritakan perjuangan FAN, Fima dan tim Pool Test qPCR kepada murid-murid saya, saat bertemu pertama kali nanti di ruang kelas. Di pelosok, inspirasi semacam ini adalah vitamin, untuk membakar semangat dan kecintaan anak-anak pada ilmu pengetahuan serta manfaatnya untuk kemanusiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H